1 1

Jennie Marrisa. Nama yang diberikan oleh Mom 17 tahun yang lalu pada putri sulungnya. Orang memanggilku Jennie, tapi keluargaku terbiasa memanggilku dengan Risa. Entah itu Jennie atau Risa tak masalah bagiku. Aku hanya ingin mengakhiri kebosananku menunggu Erick -sepupuku yang menyebalkan- yang tak kunjung datang. Aku sudah mengiriminya pesan 20 menit yang lalu bahwa aku tiba dibandara. Dia bilang akan menjemputku secepatnya, tapi dia sudah terlambat 10 menit. 

Dari kejauhan aku melihat seorang laki-laki sedang berlari. Aku hanya berharap semoga itu bukan Erick. Kau tahu kenapa? Karena itu sangat memalukan untuk dilihat. Laki - laki itu hanya mengenakan celana hitam jeansnya sambil membawa kaos ditangannya. Shirtless. Aku tau sepupuku itu gila. Tapi aku yakin dia masih punya rasa malu.

Laki - laki itu semakin mendekat dan berjalan ke arahku. Kami sama - sama bertatapan. Sial. Dia Erick. Masih dalam posisi duduk, aku berpura - pura menelpon seseorang.

"Jennie? "

Dia sudah berdiri dihadapanku dengan napas terengah- engah. Mata biru nya menatapku dengan tatapan 'Apa kamu marah?'. Tentu saja aku marah. Apalagi dengan penampilannya seperti itu tambah membuatku kesal.

"Maafkan aku, sejujurnya aku bisa menjemputmu tepat waktu. Tapi Mr.Herold tidak mengijinkanku pulang lebih awal. Begitu selesai latihan, aku langsung pergi," Ucap laki - laki didepanku dengan wajah menyesal.

Aku ingin memarahinya, tapi aku merasa kasihan padanya. Aku tahu dia sedang latihan sepak bola hari ini. Dia menelponku kemarin untuk memastikan dia akan menjemputku dibandara. Dia sudah berusaha untuk tepat waktu.

"Oke. Pertama bisakah kau memakai baju yang kau bawa itu?" Tak bisa dipungkiri bahwa berpuluh pasang mata memandang kami. Ada yang tersenyum dan bahkan ada yang memfoto. Bukan karena adegan romantis seorang laki-laki bertemu pacarnya dibandara, tapi tubuh sixpack Erick berhasil menarik perhatian para gadis atau wanita yang sedang lewat. Bahkan aku bisa mendengar obrolan tentang betapa beruntungnya aku mendapatkan pacar seperti Erick.

Dia hanya menyeringai kepadaku, lalu memakai kaos putihnya. Tanpa berkata lagi, aku beranjak pergi dari tempat ini. Erick hanya mengikuti dari belakang dan membawakan koperku. Dan karena dia 15 centi lebih tinggi dariku, dia bisa berjalan sejajar denganku walaupun aku berjalan cepat.

Kami keluar dari bandara dengan sebuah porsche hitam milik Erick. Dia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan normal. Aku merasa dia sengaja melakukannya supaya aku bisa menikmati perjalanan. Aku melihat keluar dan menyadari banyak yang berubah di tempat ini.

"Its been 7 year right?"

Aku menoleh ke arah Erick dan memandangnya. Harus kuakui dia terlihat lebih keren dan tampan sejak terakhir kali aku bertemu dengannya. Dengan rambut dark-brown dan mata biru teduh miliknya pasti dia sangat populer disekolahnya.

"Aku akan tinggal disini sampai lulus kuliah,"

"Benarkah?" Erick melirikku dengan tatapan terkejut

"Daddy bilang bahwa aku lebih aman disini. Dan ada sepupu yang menyebalkan yang bisa menjagaku, "

"Paman Zack mungkin tidak tahu jika aku bisa saja menjualmu kepada gangster. Hasil uangnya bahkan bisa kubelikan mobil sport baru,"

Ini adalah Erick yang kukenal. Dia memang selalu berkata seperti itu kepadaku. Aku sudah mengenalnya sejak kecil. Umur kami hanya terpaut beberapa bulan dan tentu saja dia lahir lebih dulu. Mom dan Daddy sering mengajakku kerumah paman Bernett-ayah Erick- ketika umurku 5 tahun. Itulah awal aku bertemu dengan Erick.

"Kenapa tidak sekalian membuangku ke roket NASA dan mungkin aku lebih aman di Mars," Jawabku membalasnya

"Lain kali kita bisa mencobanya," Ucapnya dengan mengerlingkan matanya

Bukan Erick namanya kalau tidak punya ide gila. He is stupid crazy troublemaker. Dan anehnya aku selalu saja mengikuti tingkahnya. Meskipun beberapa kali aku dimarahi oleh Daddy, tapi aku tetap saja nekat. Kami berdua bertingkah seperti seorang bajak laut mencari harta karun. Kami selalu berpetualang mencari hal - hal yang menarik.

"Bagaimana kabar Wendy? Dia pasti jadi cantik dan menggemaskan,"

"Dia sudah masuk sekolah tahun pertama. Kau tahu? Dia sangat menantimu ketika mendengar kau akan berkunjung. And she's not cute and adorable as you think, "

"Aku tak sabar ingin melihatnya juga !" Teriakku senang

"Bisakah kau tidak berteriak didalam mobil? Kau mengganggu konsentrasiku mengemudi, "

"Sorry,"

Calm dawn,Jennie. Hanya saja aku tidak bisa menyembunyikan rasa senangku. Mengapa tidak? Selama ini aku hanya melihat wajah Wendy lewat video call. Jika aku bisa bepergian sendiri, aku lebih memilih untuk bertemu langsung dengannya. Aku mengira bahwa aku bisa bertemu dengannya setelah lulus sma, tapi entah kenapa Daddy tiba - tiba menyuruhku pindah ke sini. So, Im lucky to be here.

Banyak kenangan yang tersimpan di kota ini. Aku merasa lebih nyaman. Disini aku bisa lebih bebas menunjukkan siapa diriku yang sebenarnya. Alasannya tak lain karena aku lebih banyak menghabiskan waktu kecilku di sini.

--------------------+++++++++++++----------------

avataravatar
Next chapter