1 Sekolah baru

Hari pertama masuk sekolah merupakan hari yang paling ditunggu - tunggu oleh kebanyakan murid sekolah. Begitu juga dengan aku, Alexandra Hampton. Kehidupan remaja ku baru saja akan dimulai hari ini.

Sejak kecil aku hidup dengan keadaan keuangan yang hanya cukup untuk makan sehari lalu untuk hari lain nya, ayah ku harus mencari kembali uang itu. Berkat kerja keras ayah, kehidupan keluarga kami semakin membaik. Ia banting tulang siang dan malam. Percaya tidak percaya beliau memulai bisnis nya dengan modal meminjam uang dari orang dan marketing mulut ke mulut. Dengan hasil kerja keras nya itu, ayah dapat mensekolahkan aku dan adik ku, Darren Hampton di sekolahan paling elit di kota ku.

Aku seorang anak yang hanya lulusan 'SD buangan' - begitu orang memanggil nya, saat ini masuk dan bersekolah di sekolahan paling elit di kota ku.

Seragam baru, sepatu baru, semua serba baru . Aku sangat tidak sabar untuk segera menginjakkan kaki di sekolah baru.

Saat ini aku berdiri di depan gedung sekolah yang akan menjadi tempat ku belajar selama 3 tahun. Anak-anak yang datang pagi itu nampak diantar oleh kedua orang tua nya, tetapi tidak dengan diri ku. Entah lah, aku sudah terbiasa sendiri. Aku yang meminta ibu untuk tidak mengantarkan ku sekolah.

Aku kemudian masuk ke dalam gedung sekolah itu. Aku memasuki ruang kelas yang di pintu nya tertulis namaku.

"Alexandra Hampton."

Pada saat itu aku benar - benar seorang diri. Tidak ada satu pun dari mereka yang ku kenal. Sedang kan yang lain tampak sudah akrab satu dengan yang lain. Lalu datang lah seorang anak perempuan yang muka nya sangat cantik menghampiri ku.

"Boleh duduk di sini?" tanya anak perempuan itu kepada diri ku.

"Boleh," kataku sambil tersenyum.

"Nama mu siapa?" tanya anak itu.

"Nama ku Alexandra Hampton. Kamu?" Aku balik bertanya.

"Nama ku Natasha Hensley. Aku dari SD. Pelita."

Mendengar nama lulusan sekolah itu membuat aku sedikit malu. Dia lulus dari sekolah dasar elit di kota ini sedang kan aku hanya lulusan sekolah dasar buangan di kota ini.

"Aku dari SD. Kemuning," ucap ku sambil menahan rasa malu.

"Nanti barengan aja sama aku ya selama MOS ini." Natasha berkata demikian sambil tersenyum.

Hati ku yang mendengar kalimat itu langsung lega. Jujur saja aku takut dia tidak mau bergaul dengan ku karena background lulusan ku. Aku senang sekali setidaknya untuk saat ini aku sudah bisa berkenalan dengan orang yang baik hati.

Bell pun berbunyi, seperti biasa anak - anak segera berjalan ke arah lapangan upacara. Upacara pagi itu tidak lama. Setelah itu kami berkumpul ke dalam kelompok besar. Di kelompok besar itu kami di beri arahan. Saat jam istirahat aku pun berbincang - bincang dengan anak - anak yang lain nya.

"Kamu dari SD mana?" tanya seorang anak perempuan yang nampak sangat mendominasi percakapan itu.

"Oh, aku dari SD. Kemuning."

Percayalah aka berusaha sekuat tenaga agar nampak terlihat normal saat menyebutkan nama sekolah dasar tempat diri ku mengecap ilmu dulu.

" Ohh..." Nada anak perempuan itu nampak merendahkan.

Tatapan anak-anak yang lain juga langsung berubah kepadaku. Aku benar-benar ingin mengatakan kepada mereka. Biarpun aku lulus dari SD yang kata nya buangan itu. Tapi aku juga memiliki kualitas. Namun semua itu hanya ku simpan dalam hati saja. Akan ku buktikan pada mereka semua.

Hari itu berjalan dengan singkat. Setelah semua persiapan di umum kan. Kami di perbolehkan untuk pulang. Aku pun berjalan menyebrangi jalanan kemudian menunggu angkutan umum berwarna biru itu. Seorang ibu dan anak nya yang memakai seragam yang sama dengan ku juga ikut menunggu. Kami kemudian masuk ke dalam angkutan umum yang sama.

"Baru masuk juga ya?" tanya ibu-ibu itu pada ku dengan senyuman ramah nya.

"Iya, Tante." Aku pun balik tersenyum.

" Nama nya siapa?" tanya ibu itu lagi.

"Alexandra Hampton, Tante."

"Oh. Kenalin ini anak Tante, dia juga sama kaya kamu."

"Dea Ananda." Anak perempuan itu mengulurkan tangan nya dan tersenyum.

"Panggil aku Lexa saja ya," ucap ku.

"Kamu lulusan mana?" tanya ibu itu.

Demi apapun, aku benar-benar malas ketika di tanyai mengenai lulusan mana aku berasal. Karena sebagian besar reaksi mereka pasti membuat ku kecewa.

"Dari SD. Kemuning, Tante."

"Ohh... SD. Kemuning." Senyuman yang di berikan ibu itu kali ini berbeda tampak merendah kan. Ia pun berhenti menanyai ku. Jujur saja hati ku sedih.

'Apakah tempat orang itu mengeyam pendidikan mendefinisikan orang itu?' batin ku.

avataravatar
Next chapter