1 Prolog

Ada banyak hal yang tidak nyata tidak kita sadari memang bersama-sama dengan kita hidup dibumi yang sama. Di darat dan laut yang sama. Pernahkah kau mendengar yang namanya mermaid alias putri duyung?

Jika tidak, maka hari ini Indonesia digemparkan dengan sebuah temuan oleh bajak laut yang tak sengaja melihat seekor putri duyung dan menangkapnya.

Tepatnya di salah satu daerah di Indonesia. Seorang pemimpin bajak laut bernama Vernos memutuskan untuk menjual putri duyung nan elok rupanya dengan ekor layaknya ikan dari pinggang sampai ke bawah. Sementara dari pinggang ke atas berwujud manusia yang sangat cantik. Kulit yang putih, hanya saja sedikit bersisik dan bau amis.

Putri duyung itu kelihatan ketakutan. Ia seolah meringkuk di dalam bak layaknya bak mandi hanya saja cukup besar untuk menampung tubuhnya dan air sebatas pinggangnya sehingga ia tetap merasa basah dan tidak pengap.

Para manusia itu!

Ia mengutuk di dalam hati. Benar kata nenek leluhur mereka. Manusia itu monster. Tega sekali menangkap habitat mereka dan sekarang malah dirinya yang terkena imbas dari perbuatan sialan para manusia itu.

Fisha.

Panggil dia Fisha. Di seekor putri duyung yang nasibnya sangat sial. Andai ia mendengar ucapan kakaknya sang pangeran duyung untuk tidak mencapai daratan dan mengizinkan para manusia melihat mereka. Namun, berkat ketidakturutannya. Ia harus terjebak dalam situasi yang menakutkan ini.

[Aku harus apa sekarang? Bagaimana jika mereka akan membunuhku dan membakar ekorku yang indah ini?]

Putri duyung itu berbicara dalam hati. Ia menatap sekelilingnya yang terlihat sangat asing. Segala benda-benda yang ada di sana menurutnya sangat aneh. Karena memang ini pertama kalinya ia ada di daratan, di dunia manusia.

Berada sendirian di dalam ruangan berkayu ini menambah suasana mencekam. Fisha menunggu-nunggu pintu dibuka dan memperlihatkan saudara-saudaranya yang datang untuk menyelamatkannya.

Namun, lagi-lagi Fisha merasa sial. Karena sesaat setelah dirinya mengatakan hal itu dalam hati, pintu pun terbuka, akan tetapi bukan saudaranya yang datang melainkan bajak laut jelek dengan jenggot yang menangkapnya itu.

Tapi tunggu.

Bajak laut itu tidak sendiri. Ia bersama seorang lelaki yang memakai jubah hitam. Rambut mengkilap dengan jambul tepat di depan dahinya. Wow! Untuk sesaat Fisha menjerit dengan bola mata melotot. Pria yang sangat tampan.

Asal kalian tahu. Fisha adalah seorang putri yang dramatis atau lebay alay dalam bahasa gaul membuat bajak laut dan pria itu tadi terkejut melihat Fisha meleyot dengan mata merem melek di dalam air.

Fisha merasa berbunga-bunga. Ketampanan lelaki itu telah menyihirnya.

"Tampan," gumamnya tersenyum tidak jelas membuat Pria tampan itu dan bajak laut saling tatapan kebingung.

Bajak laut mencibir. "Putri duyung bisa juga terpana?"

Fisha masih tak tergolek di bak penuh air itu. Sedangkan sang pria tampan itu terlihat acuh sama sekali. Tujuannya sekarang adalah membeli putri duyung itu agar ia bisa menemukan dimana Ibu kandungnya berada.

Panggil pria tampan itu Sagara. Seorang pria berumur 30 tahun dan masih awet muda. Seorang tuan muda yang memiliki kekayaan sepuluh turunan tidak akan habis. Seorang pengusaha yang idamkan sebagai suami. Berkat ketampanannya, ia diidolakan oleh gadis-gadis di sini. Namun, satu sikap jeleknya, yaitu dia sangat dingin dan galak membuat gadis-gadis tidak berani mendekatinya dan hanya bisa mengaguminya dari jauh.

Berita heboh tadi pagi membawanya ke tempat ini. Dimana seekor putri duyung telah ditangkap dan akan dijual dengan harga seratus miliar. Sagara tidak masalah dengan harga uangnya. Yang ia pentingkan adalah putri duyungnya bisa ia dapatkan.

Lantas, setelah melihat sendiri. Sekarang Sagarq tidak akan sungkan mengeluarkan uang seratus miliar itu.

"Aku akan membelinya." Sagara memberi kode kepada anak buahnya untuk meletakkan sekoper uang seratus miliar yang telah ia siapkan di atas meja.

Melupakan Fisha yang masih dalam keadaan meleyot dan terpana, ketiga pria itu berjalan sedikit menjauh dari bak mandi untuk berdiskusi sejenak.

"Ini uangnya. Nanti saja kau hitung. Jika kurang kau bisa menhubungiku," kata Sagara dengan wajah dingin.

Bajak laut itu menatap penuh hasrat uang di dalam koper yang telah terbuka itu. Semua berwarna merah dan terlihat sangat menggiurkan. "Baiklah. Senang berbisnis denganmu."

"Hmm. Jadi ...." Sagara menunjuk bak mandi, lebih tepatnya putri duyung yang ada di dalamnya. "Dia milikku sekarang."

Bajak laut mengangguk mantap. "Gunakan dia semaumu dan sepuasmu."

"Terimakasih."

"Sekali lagi senang berbisnis denganmu."

"Ya."

Hari itu, Fisha resmi jadi milik seorang Sagara Gauthama. Pengusaha terkenal di masa sekarang. Namun, bukan dalam arti milik sesungguhnya, melainkan sebuah peliharaan yang telah ia beli untuk membawanya kepada sang Ibu kandungnya.

avataravatar