12 Pagi yang Bermasalah

Anthony pulang ke rumah dengan membawa perasaan gembira, karena hari ini dia bisa berbicara dengan Vanya orang yang dia nanti setelah keluar dari rumah sakit.

"Ton!! Bahagia sekali tampaknya, apa kamu bertemu dengan wanita cantik?" tanya nenek Yasmini.

Yasmini duduk di teras rumah setelah dia memberi makan ayam, lalu dia beristirahat sambil menunggu Anthony pulang. Dia duduk di kursi panjang yang terbuat dari bambu, orang di desa sering menyebutnya 'Amben' . Anthony duduk di sebelahnya dan mencomot ubi rebus yang menemani minum kopi di sore hari.

"Iya Nek, wanita yang sangat cantik sekali. Tidak Anthony sangka hari ini pertemuan keduaku dengan dia, Nek!!" ungkap Anthony.

"Oohh pantas saja!!! Kamu senyum-senyum sendiri," seru Yasmini.

"Ya sudah mandi dulu, Ton. Sebentar lagi hari sudah mulai gelap," imbuh Yasmini.

"Iya Nek," jawab Anthony.

Anthony pun segera masuk rumah, dia menuju kamar bukannya mengambil baju bersih untuk bergegas mandi, akan tetapi dia menjatuhkan diri ke ranjang. Tangan kanannya dia lipat untuk digunakan sebagai bantal.

"Hah!! Vanya, kenapa kamu cantik sekali!!!" gumam Anthony.

Anthony sedang membayangkan wajah Vanya yang berbentuk oval mungil dan tahi lalat di pipi kanannya, dia berkulit kuning langsat. Apalagi waktu dia tersenyum yang memperlihatkan gigi gingsulnya itu menambah manis senyuman yang dihasilkannya.

"Vanya, pernikahanmu itu tidak benar. Malang sekali nasibmu!!! Apa seorang pejabat boleh seenaknya saja menikahkan anak tanpa memperhitungkan perasaan anaknya terlebih dahulu!!!" gumam Anthony.

Anthony mendengar suara azan magrib, segera dia bangun dan bergegas mandi. Nenek pasti sudah menunggunya untuk makan malam bersama.

Baru saja keluar dari kamar, neneknya sudah berada di depan pintu. Yasmini sudah mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu. Namun, bukan pintu yang dia ketuk melainkan dahi Anthony.

"Kamu ini ya, disuruh mandi juga malah tiduran!!" ucap Yasmini tersenyum sebal.

"Aduh sakit, Nek!!!" seru Anthony.

"Waduh!! Maaf nenek terlalu keras memukulmu ya?" tanya Yasmini dengan merasa sedikit bersalah.

"Hehe tidak Nek, Anthony bercanda," jawab Anthony.

"Dasar kamu ya!!! Buruan mandi, nanti makanannya dingin," pinta Yasmini.

Anthony pergi dari hadapan neneknya menuju kamar mandi, setelah selesai dia duduk di ruang makan.

"Menu kali ini apa, Nek?" tanya Anthony, dia penasaran dengan menu yang ada di meja.

"Nenek masak asem-asem, tempe goreng dan rempeyek, Ton," jawab Yasmini.

"Asem-asem?"

"Iya, bahan utamanya buncis, wortel, lombok hijau dan lombok merah. Enak rasanya asem, manis dan pedas. Coba saja!!!" pinta Yasmini.

Anthony sudah tidak meragukan lagi masakan neneknya, dia mengambil nasi lalu ditambah dengan sayur yang dimasak neneknya.

"Enak Nek. Nenek pandai sekali memasak!!" puji Anthony.

"Sudah!! Ayo dimakan!" pinta Yasmini.

Anthony sedikit menemukan kehangatan di rumah nenek, dulu waktu mama dan papahnya masih ada masa kecilnya bahagia, kasih sayang orang tuanya masih penuh. Seiring berjalannya waktu, orang tuanya sibuk yang mengakibatkan dia sering tidur di rumah sendiri bersama para pembantunya.

Makan malam itu usai, Anthony duduk di amben depan untuk mencari angin. Kemudian dia mengeluarkan ponsel, dia mencari nomor Sean yang sudah dia simpan sebelumnya, lalu dia menghubunginya.

"Hallo Sean, ini aku Anthony,"

"Anthony, My friend. Gimana betah tidak?"

"Betahlah!! Karena masakan nenekku enak, hehe," ungkap Anthony.

"Bisa saja kau, Ton. Apa kabarmu? Lama sekali baru menghubungiku?"

"Nungguin ya?? Sorry, aku sibuk mencari pekerjaan, Sean," jawab Anthony.

"Ohh!!! Syukurlah kalau kamu sudah membaik. Jangan ganti nomor ya!!! Ini aku simpan loh!!" peringat Sean.

"Iya!!! Udah dulu ya, salam buat mama papamu,"

Salam penutup dari Anthony mengakhiri pembicaraan di telepon. Anthony tersenyum lega, dia sudah memberitahu Sean sohib terdekat yang dia punya.

Malam bintang bergemerlap, cahaya terangnya seperti mimpi yang tergantung. Mimpi Anthony baru saja dimulai, dia sudah berdamai dengan dirinya sendiri untuk menerima kepahitan dengan lapang dada.

Semakin malam, makhluk pengisap darah sudah mengganggu kenyamanan duduk santai Anthony. Dia segera masuk ke kamar, dan membakar obat nyamuk yang sudah di siapkan neneknya.

Dia berbaring, dalam pikirannya sedang berusaha keras untuk membangun sebuah bisnis. Dia tidak mungkin akan seperti ini kedepannya. Saking nyamannya ranjang, atau mungkin dia yang kelelahan membuatnya terlelap.

Suara ayam berkokok bagaikan alarm dari alam yang menandakan hari sudah mulai pagi, semua aktivitas akan dimulai. Begitu juga rumah Yasmini, yang sudah sibuk segala aktivitasnya di pagi hari.

Kebiasaan Anthony bangun bersamaan dengan neneknya, dia membantu mengerjakan rumah seperti menyapu ataupun mencuci piring.

Awal datang Anthony tidak biasa melakukan aktivitas itu, tapi setelah melihat nenek yang sudah tidak muda lagi itu membuat dia tergerak untuk membantunya.

"Kamu itu lelaki, Ton. Apa nggak malu mengerjakan pekerjaan rumah?? Biar nenek saja," saran Yasmini.

"Nggak Nek, Anthony kan bukaan lelaki biasa," ucap dia berkelakar.

Yasmini pun tersenyum, dia merasa terbantu di usia senjanya berkat Anthony. Sejak suaminya meninggal, Yasmini harus hidup sendiri dan mengerjakan semuanya sendiri.

Setelah selesai dengan urusan rumah dan sarapan, Anthony pun berpamitan untuk pergi bekerja. 30 menit sudah dia menempuh perjalanan, akhirnya sampai juga di restoran.

Anthony menuju gudang, untuk mengambil semua peralatan yang diperlukan. Dia sudah mencari ke seluruh ruangan. Namun, dia tidak menemukan 1 alat pun untuk membersihkan restoran.

"Kemana peralatan itu?? Perasaan kemarin aku menaruhnya di sini?" gumam Anthony.

avataravatar
Next chapter