webnovel

Bermalam di Restoran

Di rumah Purnomo, setiap malam Vanya tidak bisa tidur nyenyak lantaran Purnomo sering mengajaknya berhubungan badan. Pasti ada saja cara Vanya dan Anita menggagalkannya.

Malam ini Anita sedang berkunjung ke rumah ibu, karena menjenguk ayahnya yang lagi sakit. Vanya tidak keluar setelah makan malam usai. Terpaksa Purnomo menggedor pintu Vanya dan memaksanya untuk melakukan hubungan itu.

"Vanya!!! Keluar!!! Aku sudah tidak punya kesabaran lagi untuk menghadapimu!!" gertak Purnomo.

Vanya takut, dia menyelimuti dirinya walau tahu tubuhnya penuh peluh yang bercucuran karena dia ingin bersembunyi agar tidak ditemukan Purnomo.

"Vanya!! Aku hitung sampai 3 kali, jika tidak kamu buka pintu ini aku akan mendobraknya!!!" ancam Purnomo.

"Bagaimana ini?? Aku tidak bisa terus bersembunyi di dalam kamar ini. Tenangkanlah dirimu Vanya!!! Berpikirlah!!! Ayo!!" kata Vanya menyemangati dirinya sendiri.

Purnomo sudah mulai menghitung, ketika dia sudah sampai angka ketiga. Terdengar pintu sedang dipukul dengan benda tumpul yang berbunyi 'Brakk' berulang kali.

"Hahahaa!!! Ayo manis!!! Serahkan tubuhmu kepadaku!!!" ucap Purnomo menyeringai.

Purnomo semakin bersemangat memukul pintu itu, dia berhasil merusaknya yang membuat pintu itu terbuka karena engselnya rusak.

"Lihatlah!!! Aku tidak akan melewatkan sejengkal pun tubuh mulusmu!!!" Purnomo mengusap salivanya ketika membayangkan bentuk indah lekuk tubuh Vanya.

Purnomo memegang kenop pintu, lalu dia mendorongnya perlahan sengaja dia lakukan untuk menggoda Vanya.

"Sayang!!! Aku datang, bersiaplah mendapatkan kejutan dariku!!!"

Purnomo membuka lebar pintu yang dia pegang, mukanya tanpa ekspresi. Senyum lebar yang menghiasi wajah kini berubah ngeri karena dia tidak mendapati Vanya ada di dalam kamarnya.

Purnomo melihat jendela kamar Vanya terbuka yang gordennya tertiup angin melambai-lambai, seakan gorden itu mengejek Purnomo yang apes tidak bisa tidur dengan Vanya lagi.

"Aaaarghhh!!!!!"

Purnomo berteriak sekeras dia bisa, gorden itu dia tarik sekuat tenaga sampai terlepas. Tidak cukup dengan gorden, lemari kaca untuk menyimpan baju Vanya itu dia pukul.

Bunyi kaca pecah itu terdengar sampai teras rumah, Vanya terus berlari meninggalkan rumah. Dia tidak beralas kaki, dia hanya membawa baju yang dia kenakan dan sling bag yang berisi ponsel serta dompetnya.

Purnomo menguasai dirinya lagi, dia keluar kamar untuk mengejar Vanya yang dia pikir belum jauh dari rumah.

"Awas saja kalau kamu tertangkap!!!! Aku akan mengikat tubuhmu tanpa busana!!!" gerutu Purnomo.

Purnomo celingukan ketika dia berada di depan teras, lalu dia berjalan ke depan dan melihat Vanya berlari ke kanan jalan. Jarak 50 meter antara Purnomo dengan Vanya, Purnomo berlari sambil berteriak.

"Vanya!!! Berhenti!!"

Perumahan sepi sekali, sehingga Purnomo berteriak pun tidak ada yang keluar rumah. Paling beberapa pembantu dan para istri penghuni yang tidak mau ambil pusing mengurusi masalah orang lain.

Vanya masih muda sehingga tenaga yang dia punya tidak sebanding dengan Purnomo, sesekali Purnomo berhenti untuk mengambil napas kemudian mengejar Vanya yang sudah jauh. Akhirnya Vanya sampai di jalan raya, dia segera menghentikan taksi lalu naik ke dalamnya.

"Tujuannya kemana, Mbak?" tanya sopir taksi tersebut.

"Jalan dulu Pak!!" ucap Vanya di tengah napasnya yang tersengal.

Taksi itu pun jalan, sopir taksi sempat melirik dia melalui spion mobil. Dia melihat Vanya yang kepayahan dan berpeluh dengan penampilan berantakannya.

Setelah napas Vanya berangsur normal, dia memberitahu alamat yang akan dituju Vanya, yaitu restoran Purnomo.

Syukurlah!!!! Aku selamat untuk sekarang, batin Vanya.

Dua jam sudah Vanya menempuh perjalanan, akhirnya Vanya sampai di restoran. Segera Vanya turun dan membayar tarif taksi. Restoran tampak gelap, di pojok pintu masuk ada 1 satpam yang menjaga gerbang tersebut.

Ruang satpam yang hanya berukuran 1x1 meter itu penuh dengan asap rokok, satpam memandang ponsel sampai dia tidak sadar ada orang berdiri di depan pintu.

"Pak!!" panggil Vanya.

"Astaga!!! Kamu orang apa hantu?"

Satpam tersebut tampak kaget melihat penampilan Vanya yang berantakan tanpa alas kaki.

"Saya manager disini Pak, saya Vanya!!" jelas Vanya.

Satpam itu mengamati wanita yang berada di depannya, seketika dia berdiri dalam posisi siap.

"Maaf Bu Vanya atas ucapan saya tadi!!!" ucap satpam tersebut.

"Tidak apa-apa Pak, tolong bukakan gerbangnya!!!" pinta Vanya.

"Siap Bu!!" sahut satpam.

Kemudian satpam itu melakukan perintah Vanya, lalu dia masuk ke dalam restoran langsung menuju ruangan manager.

Vanya menyalakan lampu, lalu menuju meja kerjanya. Dia duduk di kursi, kemudian mengambil botol air mineral, dia menegaknya sampai habis.

Vanya menghela napas panjang, dia memegang ponsel untuk membagi ketakutan yang baru saja dia alami ke Anita. Namun, dia mengurungkan niatnya. Karena dia tidak mau mengganggu Anita.

"Sedihnya diriku yang tidak mempunyai banyak teman," keluh Vanya.

Dia meletakkan ponsel ke meja. Vanya membaringkan diri ke sofa, tidak butuh lama dia terlelap. Vanya merasa aman, jiwa dan raganya yang waspada waktu di rumah Purnomo itu kini tenang sehingga membuatnya cepat tertidur.

Malam sedih itu sudah berakhir, kini pagi kembali datang untuk menorehkan cerita baru. Cleaning Service itu datangnya paling pagi diantara karyawan lain, karena mereka harus membersihkan seisi sudut restoran.

Setelah Anthony mencari peralatannya, dia hanya menemukan sapu lantai. Itu pun dia temukan diatas genting, karena Anthony tidak ingin membuang waktu dia langsung membersihkan restoran yang dimulai dari kantor ruang manager.

Anthony membuka pintu ruangan manager, dia kaget ketika melihat seorang wanita yang tergeletak di sofa.

"Astaga!!! Vanya!!!" seru Anthony.

Next chapter