1 Bukan Takdir Tapi Sebuah Pilihan

Tinggal di kota yang ramai penduduk, Hidup di tengah kecanggihan teknologi & maraknya kesenjangan sosial bukan masalah besar buatku, bahkan hal itu sama sekali tidak harus di pikirkan. Tetapi, yang menjadi masalah terbesarku hingga saat ini adalah hidup dengan penuh kehampaan tanpa harapan, ya ini aku, Fikri Mulyadi, seorang karyawan di sebuah minimarket yang terletak di kota Surabaya.

"Kota Metropolitan", itulah sebutan kota ini di zaman sekarang, hal yang wajar jika banyak investor & orang orang sukses yang berada di kota ini. Sementara aku ? aku hanyalah orang suram yang mencoba tinggal di kota mewah ini. Alasannya sederhana, karena kota Surabaya saat ini adalah kota yang ramai penduduk di banding 5 atau 10 tahun yang lalu, bahkan, di kota ini semua fasilitas terasa lengkap, mulai dari Tempat tinggal, Pendidikan, bahkan gedung penelitian sains yang ada di indonesia, berpusat di kota ini. Mungkin itu di sebabkan dengan banyaknya investor asing yang datang dan membangun berbagai fasilitas, sisi buruknya, Banyak penduduk asli kota Surabaya yang saat ini harus pindah ke luar kota karena sedikitnya lahan untuk di jadikan rumah bagi mereka, yah.....mungkin hidup itu memang tidak adil.

Setiap hari, aku harus berangkat tepat waktu untuk bekerja, walaupun sebenarnya bukan pekerjaan yang di inginkan semua orang di umur 24 tahun, tapi aku merasa kalau hal itu sama sekali bukan masalah, Sampai pada suatu hari, tepatnya pada tanggal 3 Maret 2025, di saat waktu senggang selama bekerja, temanku yang sesama karyawan minimarket bertanya padaku

"Hei Fik, apa kau hidup untuk melakukan ini ?"

Pertanyaan yang sama sekali gak normal di bicarakan saat bekerja, mungkin alasannya adalah karena pekerjaan menjadi penjaga kasir di minimarket tergolong pekerjaan rendahan yang sama sekali tidak mempunyai arti, dengan kata lain, itu adalah pekerjaan untuk orang orang yang tidak mempunyai masa depan, setidaknya itulah pemikiran orang di masa sekarang.

"Apa kau pikir pekerjaan ini adalah pekerjaan yang hina ? Sampai kau bertanya seperti itu ?"

Lanjut aku "Tolong jangan tanyakan hal aneh di saat bekerja"

Aku selalu berpikir, kenapa orang orang selalu memandang pekerjaan ini sebagai pekerjaan yang gak cocok untuk di lakukan orang berumur 24 tahun ? Pada dasarnya pekerjaan tetaplah pekerjaan, hanya saja status sosial yang mengubah prinsip itu semua. Ironis...

"Kau ini, selalu menjawab pertanyaan dengan jawaban yang salah"

Oh iya, temanku yang sama sama menjadi penjaga kasir bernama Miko, dia memiliki sifat yang aneh tetapi selalu berpikir kritis

"Mungkin kau berpikir kalau kehidupan yang kau jalani sekarang adalah takdir bukan ? Jika takdir bisa di ubah, aku ingin kembali & memikirkan masa depanku sekali lagi, tapi itu terdengar mustahil kan ?"

Jika aku menjawab pertanyaannya dengan mengatakan " jangan putus asa, jalani saja yang ada sekarang"

Berarti aku adalah orang yang sama bodohnya, karena aku sendiri adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai harapan atau tujuan sejak masih bersekolah, bisa dibilang, aku setuju dengan pertanyaan miko tadi

Aku pun menjawab "Memikirkan kembali keputusanmu yang sekarang sama saja dengan kau berharap agar bisa pergi ke masa lalu & memperbaiki semuanya, sudah jelas itu adalah hal yang sangat mustahil untuk di lakukan"

Mungkin untuk beberapa orang termasuk Miko, berharap untuk bisa kembali ke masa lalu, dengan alasan untuk memperbaiki kesalahan yang pernah mereka lakukan di masa lalu & mencegahnya berbuat demikian, yang mungkin akan mengubah kehidupan mereka dimasa yang akan datang entah itu memberikan efek besar atau kecil, itulah yang di namakan Butterfly Effect.

"Jika aku bisa pergi ke masa lalu bagaimana ? Apa kau akan terkejut ?"

Pertanyaan yang keluar dari mulut Miko itu sangatlah aneh & tidak masuk akal, seakan akan dia benar benar bisa melakukannya.

Aku memasang wajah penasaran & berkata "Apa maksudmu ? karena itu adalah hal mustahil di lakukan jadi berhentilah mengkhayal, hukum fisika tidak mengizinkan kita kembali ke masa lalu, itu sudah jelas"

Tetapi, aku terdiam setelah mendengar kata kata ini dari miko

"Berpikir secara logika hanya akan membawamu kepada satu tempat saja, tapi imajinasi bisa membawamu ke semua tempat yang kau mau"

Alasan kenapa aku terdiam karena dia mengutip kata kata tersebut dari sang fisikawan ternama albert einstein, orang itu di juluki sebagai manusia terpintar karena dia telah banyak memberikan manfaat di bidang fisika. Berkat kecerdasannya, orang orang di zaman sekarang banyak di berikan kemudahan di bidang teknologi.

Aku pun mencoba berpikir "kenapa seorang fisikawan mengatakan hal semacam itu, padahal logika adalah segalanya karena memberikan semua informasi yang dapat di terima akal sehat"

Dan aku mulai berpikir kalau pertanyaan miko ada benarnya.

Sepulang kerja, aku terus memikirkan kata kata miko tadi, seakan-akan kata kata itu menancap tajam di kepalaku, selalu berpikir & berpikir

"Apa jalan yang ku pilih ini sesuai keinginanku ?"

Sampai berharap....

"Apa aku bisa kembali ke masa lalu untuk mengulanginya kembali ?"

Karena jujur saja, kehidupan ku yang sekarang, rasanya aku ingin mengakhirinya, lelah dengan jalan hidup yang begitu saja tanpa punya harapan, membuat mu ingin mati lebih cepat.

Aku adalah salah satu murid terpintar saat masih duduk di bangku SMA dulu, selalu mendapat peringkat satu di kelas & 5 besar dalam lingkup sekolah, tetapi, aku menyadari sekarang kalau orang yang pintar dalam mata pelajaran, belum tentu menjadi orang yang sukses di masa yang akan datang jika sama sekali tidak mempunyai harapan & tujuan, setidaknya itulah yang kupikirkan sekarang.

Setelah berpikir panjang di sepanjang jalan, akhirnya aku sampai di appartemen-ku, orang orang sekarang khususnya anak kuliah & seorang pekerja lebih memilih appartemen sebagai tempat tinggalnya, alasannya adalah karena rata rata harga appartemen sekarang lebih ramah di kantong & lebih cepat menuju ke tempat kerja ataupun universitas, & aku sendiri sebenarnya tidak mempunyai alasan khusus untuk tinggal di appartemen, mungkin hanya untuk kesendirianku saja, karena aku juga adalah seorang introvert, sifat yang masih ku punya dari saat kelas 1 SMA.

Tanpa pikir panjang, karena aku cukup lelah hari ini, aku langsung berbaring di kasur untuk segera tidur tanpa merapikan pakaianku yang cukup lusuh, tetapi, hal aneh terjadi saat di pertengahan fase tidur, terdengar suara ibu,ayah, & juga mungkin adik perempuanku dari balik kamarku ini, tapi aku sama sekali tidak peduli karena saking lelahnya, sampai pada akhirnya, akupun sadar kalau...

To Be continued

avataravatar
Next chapter