webnovel

Part 9: Bram Pulang

Dua minggu sudah Cia berjauh-jauhan dengan Bram. Selama dua minggu itu juga, setiap malam mereka selalu berkabar melalui telepon. Tidak pernah absen. Hari ini, Cia disuruh Bram untuk menjemputnya. Bram flight dari Lombok jam 5, jadi Cia akan berangkat ke Bandara sehabis pulang dari kantor saja.

To: Bram

Nanti kalo udah flight kabarin ya

Setelah mengetik pesan tersebut, Cia buru-buru menutup ponselnya. Gawat. Amel pasti mengintip isi pesannya dengan Bram. Ia malu.

"Iya sayang aku pasti kabarin" ucap Amel meledek.

Kan.. udah lah ilang harga diri gue yang mahal ini. batin Cia.

"Kenapa Mel?" tanya Ale sambil tertawa kecil

"Cia nih maunya dikabarin terus sama Bram"

Sial emang ni anak. Batin Cia lagi.

"Yakan nanti gue yang jemput dia bangke, biar gue tau kapan sampe nya"

"Ngeles nya jago juga ya bund" goda Ale

Udahlah. Ngomong sama mereka ga pernah ada ujungnya.

Cia melenggang pergi dari kubikelnya. Ia berjalan ke pantry untuk membuat teh.

Ting

Dibuka ponsel Cia

From: Bram

Iya Ai.

Cia tersenyum membacanya. Ai. Semenjak hari itu, Bram memanggilnya Ai. Kadang Cia geli sendiri tapi ia juga suka dengan panggilan itu. Waktu Cia bertanya kenapa ia dipanggil Ai. Bram bilang "Nama kamu kan C I A, yaudah aku balik aja. Tapi gamungkin dong aku panggil kamu aic, sudah jadinya aku ga baca C nya. Jadilah Ai". Aneh juga sih alasannya. Ya kenapa harus dibalik aja gitu. Pikir Cia waktu itu. Yaudahlah Cia tidak memikirkan itu terlalu lama. Mau-mau dia aja.

***

Waktunya pulang dan menjemput Bram. Cia menata kertas-kertas di mejanya terlebih dahulu agar besok ia tidak kerepotan mencari-cari kertas yang hilang.

"Yuk Ci" ajak Amel.

Cia mengangguk dan ikut mesejajarkan langkahnya dengan Amel dan Ale.

"Ehem.. ada yang mau ketemu doi nih" kata Ale sambil pura-pura terbatuk.

"Sumpah ya kalian tuh ga cape apa godain gue mulu" gerutu Cia

Amel tertawa terbahak-bahak lalu menepuk pundak Cia

"Gue sayang sama lo kok Ci"

"Sayang dari mananya?" ucap Cia sambil melipat tangannya di depan dada.

"Ululu.. cayang aku" Ale merangkul pundak Cia.

"Lagian ya Ci, lo tuh ngasih waktu 1 tahun buat Bram. Baru sebulan aja lo udah meleleh. Payah deh lo" sekarang gantian Amel yang berbicara.

Cia membenarkan itu di benaknya. Ia juga tidak tau kenapa jadi seperti ini. Cia merasa jadi super baperan kalo sama Bram. Sial. Ini bukan perasaan yang Cia mau juga.

"Bye guys… parkiran gue di A1" pamit Cia melambaikan tangan. Ia tidak ingin menanggapi perkataan Amel. Sekaligus tempat parkir mobil Cia jauh dari parkir mobil mereka. Jadi, Cia terselamatkan.

***

Sesampainya di bandara, pas sekali pesawat kedatangan dari Lombok sampai. Cia sudah berada di terminal satu, ia menunggu di mobil saja.

To: Bram

Aku udah sampe

Pake mobil kamu

Hari ini Cia menggunakan mobil Bram untuk bekerja. Tadi pagi, Cia bangun kesiangan dan mobil Cia besinnya habis. Terlalu lama jika harus mengisi bensin. Sebenernya udah beberapa kali Cia menggunakan mobil Bram untuk berangkat kerja atas izin Bram tentunya. Namun, hari ini Cia lupa bilang karena tadi terburu-buru.

Tokt tok tok

Cia yang sedang scrolling Instagram kaget. Ternyata, yang mengetuk jendela mobil adalah pemilik mobil yang dibawanya. Kemudian, Cia membukakan pintunya.

"Hallooo" sapa Bram merentangkan tangan

Cia hanya diam membeku. Ya masa harus pelukan gitu sih. Cringe banget. Batin Cia.

Tak kunjung dibalas akhirnya Bram memberanikan diri memeluk Cia. Badan Cia tegang. Jujur saja, Cia kaget dengan perlakuan Bram ini. Cia tau ini hanya pelukan tapi Cia tidak biasa dengan hal-hal manis seperti itu.

"Kangen Ai."

Cia masih diam. Setelah itu Cia berusaha mendorong dada Bram menjauh.

"Kamu yang nyetir ato aku yang nyetir?" tanya Cia

"Aku capek"

Cia mengangguk paham.

Sepanjang perjalanan, Cia dan Bram hanya diam saja. Hanya radio yang menemani kesepian mobil. Cia ingin memulai percakapan tapi takut Bram terlalu lelah dengan perjalanannya. Sedangkan Bram berusaha tidur daritadi. Ia kesal dengan perlakuan Cia yang tidak mau membalas pelukannya.

"Mau makan malem dulu ngga?" tanya Cia akhirnya.

Bram hanya mengangguk sambil merem.

Ih.. sombong amat dah ni laki. Udahlah males gue ngajak dia makan. Batin Cia menggerutu.

Cia benar-benar tidak jadi mengajak Bram makan walaupun perutnya sudah bersuara daritadi.

"Bram udah sampe" ucap Cia menepuk bahu Bram

"Lo pura-pura tidur ya?" Bram masih diam

"Kenapa lo masih ganteng ya Bram" ucap Cia lalu menggelengkan kepalanya. Cia menepuk bahu Bram lagi dengan pelan. "Bram.. bangun udah sampe"

Bram mulai membuka mata.

"Anjir gue ketiduran. Jadi makan dimana?" tanya Bram. Cia diam saja.

"Mau makan di apart aku aja?" tanya Bram lembut sekali.

Cia menimang-nimang permintaan Bram.

"Ngga deh Bram, aku langsung pulang aja?" tolak Cia. Mungkin Cia bisa berbohong tapi perutnya tidak bisa. Perut Cia berbunyi ketika ia mengucapkan kalimat itu. Cia malu sekali.

"Yaudah yuk masuk"

Bram keluar dari mobil dan mengambil koper di bagasi.

'Sial kamu perut kenapa malu-maluin banget sih lo' gumam Cia menatap perutnya

***

"Welcome to my apart Ai"

Apartement Bram terdiri dari 2 bedroom. Namun, satu kamarnya ia gunakan sebagai ruang kerja. Cia menatap ke sekeliling ruangan yang ada di apartement Bram. Apartement yang cukup besar jika di huni satu orang.

"Duduk dulu Ci"

Kemudian Cia duduk di sofa depan tv. Sambil menunggu Bram membersihkan diri, ia memberanikan diri untuk membuka kulkas dan ia hanya menemukan nugget, telur dan sosis. Lalu, Cia membuka counter top Bram dan menemukan mie. Akhirnya Cia memutuskan untuk memasak indomie saja. Cepat dan praktis.

Bram keluar dari kamarnya.

"Baunya enak" ucap Bram

"Nih aku buatin mie, abisnya Cuma ada itu"

"Makasih Ai" kata Bram sambil mengambil piring.

Mereka menikmati mie berdua di meja makan tanpa ada pembicaraan, hanya terdengar suara dentingan piring. Sepertinya mereka berdua memang sudah sangat lapar.

Selesai makan Bram bertanya kepada Cia "Pulangnya gimana?" Bram sudah tidak kuat bila mengantar Cia ke rumah. Remuk sekali badannya.

"Naik taksi?" Cia mengedikkan bahu

"No…. ga ada naik taksi. Bahaya"

"Mau ngga kalo tidur sini?"

"HAH?" jawab Cia terkejut.

"Aku khawatir kalo kamu pulang naik taksi, lagian aku ada baju cewek kok. Kakak aku kan sering main ke sini Ai"

Ya bener juga sih. Cia takut juga kalau naik taksi jam 10 seperti ini. Apalagi rumahnya jauh.

"Aku udah telepon tante Je kok, dia bilang gapapa"

Skak mat. Ga ada alasan lain buat nolak. Akhirnya Cia hanya pasrah menangguk.

"Sini aku cuciin piringnya. Kamu mandi sana." ucap Bram.

Gimana mau mandi, gue aja engga tau dimana bajunye. Batin Cia.

"Bajunya di kamar aku. Buka aja lemari aku yang sebelah kanan pojok" Lah kok Bram tau apa yang Cia pikirkan.

Dibukanya kamar Bram. Kamar Bram bernuasa gelap dan corak lampu di atas berwarna biru. Kamar Bram tertata rapi sekali. Bahkan lebih rapi jika dibandingkan dengan kamar Cia. Setelah memandangi kamar Bram, Cia membuka almari sebelah kanan pojok seperti yang diperintahkan Bram.

Setelah selesai mandi. Cia mengampiri Bram di sofa depan tv. "Aku tidur dimana"

Bram diam saja memandangi Cia. Padahal Cia hanya memakai baju tidur biasa dan tertutup. Ya emang pendek si. Semua baju yang ada di almari itu berisi baju pendek dan celana pendek semua. Ini saja Cia memilih yang paling aman.

"Bram" panggil Cia "Aku tidur dimana?"

"Di kamar aku aja, aku tidur di sini gapapa"

Cia mengangguk dan menghampiri Bram di sofa. Kemudian Cia duduk di sebelah Bram. "Nonton apa?"

"Lanjutin umbrella academy" jawab Bram. Kali ini, Bram mencoba untuk merangkul pundak Cia yang berada di sampingnya.

Satu jam sudah berlalu. Cia ketiduran di sofa yang harusnya ditiduri Bram.

Bram tidak tega membangunkan Cia, jadilah Bram menggendong Cia ke kamar. Setelah Bram menaruh Cia di kasur. Cia tidak mau melepas rangkulan tangannya di leher Bram.

"Emh.."

"Sini tidur sama aku aja"

Bram diam membeku

***

TO BE CONTINUE….

PLEASE GIVE ME VOTE AND COMMENT GUYS

LOVE YOU ALL

STAY HEALTHY

Next chapter