webnovel

Kelas baru

Loria sudah membuka pintu kelas nya, senyum getir terpampang di wajah tampan Loria. Tidak ada satupun dari orang yang ada di kelas itu menyambut Loria. Individualisme begitu terasa, apakah Loria harus menunggu di depan pintu kelas itu saja untuk memulai pembelajaran?

"Hei Nak, kemarilah. Pembelajaran di kelas ini tidak akan ku mulai sampai semuanya masuk dan berada di kelas ini," ujar sang wali kelas.

Loria tegang, dia tidak bisa masuk ke sana. Kalaupun dipaksakan untuk masuk, akan tetap kembali seperti tadi. Hanya membuat keributan.

"Hahh," desah wali kelas Loria terlihat sebal. Sebal dengan posisinya sebagai wali kelas di kelas yang menurutnya kurang menyenangkan itu.

"Apa lagi?" tanya wali kelas itu.

Wali kelas itu mengangkat tangan nya, sejajar dengan dadanya. Menggerakkan jari dan telapak tangannya untuk mengarahkan sebuah gumpalan awan mendekati Loria.

"Naiklah ke sana, aku berikan sedikit bantuan untuk murid-murid baru di akademi ini. Sekarang kalian semua sudah menjadi bagian dari ODDAM. Selamat datang."

Senyap, tak ada tepuk tangan. Semua orang yang ada di ruangan semacam dangeon bernuansa langit itu hanya diam saja tanpa melakukan apa-apa.

Prok

Prok

Prok

Lagi-lagi Loria membuat malu dirinya dengan cara bertepuk tangan di kala semua orang tengah larut dalam suasana ketidaknyamanan. Mereka semua melirik sinis ke arah Loria, tidak berniat untuk membahas atau menyinggung perihal apapun yang berkaitan dengan Loria tadi.

Tidak ada kehangatan dan rasa kekeluargaan.

Loria perlahan-lahan mengurangi suara tepukan tangannya, dia mengaruk kepalanya yang tidak terasa gatal. Hanya peralihan rasa saja, menutupi rasa malu dan canggung yang mencekam di sana.

'Sial, aku melakukannya lagi. Berhentilah bersikap ramah dan sok bersahabat, Loria. Jangan sampai kau seperti dulu lagi.'

Loria memperingatkan dirinya untuk berhenti terlalu terbuka pada rekan-rekan sekelasnya. Sudah menjadi pengalaman yang tidak menyenangkan sejak dia sekolah menengah atas hingga dia lulus. Tidak ada yang menyukainya tulus.

"Sudahlah, kita mulai pembelajaran kita hari ini. Jangan ada yang protes, di sini tidak ada pembedaan antara yang tua dengan yang muda."

"Pak!" Seorang pria berkulit coklat dengan rambut lurus dikepang mengacungkan jarinya.

"Ada apa?" tanya guru itu.

"Lalu bagaimana pembelajaran akademis kami berlangsung? Sedangkan di sini usianya tidak semuanya sepantaran, ada yang anak kecil, remaja, dan orang dewasa."

"Pertanyaan bagus, sebelum kita memulai pembelajaran, maka aku akan menjelaskan sesuatu pada kalian." Wali kelas itu berdehem pelan.

Loria yang duduk di atas awan buatan wali kelasnya itu menyimak penjelasan wali kelasnya dengan saksama.

"Kalian di sini bukan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran akademis, selama kalian berada di kelas ini jangan ingat atau pikirkan hal apapun selain pengembangan kekuatan super kalian. Setelah kalian keluar dari kelas ini, nanti kalian akan mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas lain. Aku tidak tahu dimana letaknya, karena setiap kelas dan tingkatan punya gedung tersendiri kalian semua akan terpisah-pisah setelah ini. Namun, kalian tetaplah anggota dari peserta belajar di kelas ini bila sudah melatih kekuatan super kalian. Dan untuk yang dewasa dan telah menyelesaikan pendidikannya sampai jenjang tertentu maka akan dialihkan untuk menguasai pendalaman akademis lain, bisa saja itu berbentuk keahlian atau skill halus."

"Maaf, aku belum menjelaskan kepada kalian tentang siapa diriku." Wali kelas mereka itu kemudian memperkenalkan diri. "Namaku Shark Marwell. Panggil aku Shark. Biasanya aku aktif di kelas SMA ODDAM. Aku adalah guru fisika di sana."

Para peserta didik di ruangan itu menunggu giliran mereka untuk berkenalan, merasa hebat karena sudah berada di sana dan ingin menyombongkan kekuatan super mereka. Tapi sayangnya Shark tidak membiarkan itu terjadi.

"Tidak perlu perkenalan, kalian bisa mengenal satu sama lain setelah keluar dari ruangan ini. Sedangkan aku, aku sudah mengetahui identitas kalian ketika kalian baru memijakkan kaki kalian di sini."

Beberapa orang di sana mencebik kesal, mereka tidak punya kesempatan untuk mengeluarkan kemampuan mereka dan pamer. Selain itu, kelas itu terasa sangat membosankan karena pengajar sekaligus wali kelas di sana terlalu serius dan kaku.

Setelah mengetahui sistematika pembelajaran di kelas itu, kemudian para peserta didik yang berhadir di dalam ruangan tersebut mulai mempelajari dasar-dasar tentang kekuatan super dan cara menggunakan nya.

"Apa kalian sudah mendapatkan konfirmasi kepada Madam Betty? Dan apa kalian sudah mendapat gelang kertas dari nya?" tanya wali kelas itu.

Satu persatu menyuarakan pendapat mereka, tidak ada yang terlewat kan dari mereka semua. Semuanya sudah mendapatkan gelang kertas yang diberikan Madam Betty.

Loria memperhatikan pergelangan tangannya, gelang itu sudah meresap masuk ke dalam tubuhnya. Tidak tahu apa fungsi dari gelang itu, tapi Loria lebih banyak diam karena merasa diawasi dengan keberadaan gelang yang tertanam di dalam tubuhnya tersebut.

"Apa fungsi dari gelang itu?"

Suara yang datar dan bernada rendah, serak dan tebal namun menenangkan. Dari suaranya saja sudah terdengar kalau orang itu adalah orang yang keren. Suaranya benar-benar terdengar menyenangkan dan mempesona.

Seluruh orang yang ada di kelas itu sontak menoleh, mereka kaget dengan keberanian pemuda itu dalam menuturkan pertanyaan di pikiran nya.

"Itu bukan apa-apa, hanya sebuah penanda, identitas diri kalian tercatat di sana. Tidak perlu khawatir, itu tidak akan membahayakan kalian, tidak akan tercampur dengan DNA kalian."

Next chapter