2 Secepat Itu?

Di ruangan itu Andra mendekat ke Omanya, menarik kursi lalu duduk menggenggam erat tangan yang berkulit kendor dan keriput itu.

"Sudah cukup baktimu, Adik-adik kembarmu sudah mulai dewasa, Rafi walau begitu sudah tidak nakal lagi,sudah berhenti dugem walau kuliah belum lulus, dan Rafa juga sudah sibuk di kantor, kini tinggal kamu CEO merana," ucapan Omanya meledek.

"MasyaAllah, aku tidak merana ada Oma dan yang lain apalagi si kecil Aidil, Oma ... Aku rilex dengan kehidupanku, tapi jika Oma memintaku untuk menikah, baik aku akan berusaha cinta, tapi kalau tidak bisa cinta aku harus bagaimana? Bukankah aku akan menyakiti hatinya. Oma pasangan yang aku lihat sempurna yaitu Faisal dan Almarhum istrinya, saling cinta dan bahagia. Aku sendiri tidak tau bagaimana cara menumbuhkan cinta, sedang aku hanya memcintai Oma semata,"

"Gombal kamu Sal, eh ... Dra." Karena usia Omanya sering keliru.

"Andra Oma," sahutnya cepat.

"Mereka bisa saling bahagia karena landasan ilmu agama, Adikmu itu religi beda dengan kamu dan si kembar, dia merasa mudah karena tidak memberatkan masalahnya, dia rilexs dan tawakkal dan ikhtiar, melakukan apa pun yang sudah dicontohkan bahkan mengambil sikap pun dia mencontoh sunnah Rosul, kamu saja salat masih di gabung-gabung, masa boleh seperti itu," ujar Omanya sambil memencet hidung mancung milik Andra, Andra hanya cenge-ngesan.

"Kamu sibuk kerja tapi lupa Allah lah yang sudah memberi segalanya dan seharusnya rasa syukur itu cukup dengan lakukan yang diwajibkan, menambah sunnah akan lebih sempurna, tapi Oma belum percaya sama kamu, jadi ... Yang terpenting adalah jangan tinggalkan solat lima waktu," tegur Omanya.

"Bagaimana ya Oma, takut tidak diterima sih karna tidak khusyuk," bantahnya.

"Sombong kali kau," tegur Omanya berlogat Batak dengan nada marah. "Diterima atau tidak yang penting solat, jangan sok. Jangan lagi membantah, Oma tidak suka, kamu mau Ayah dan Mamamu disiksa karena putranya membangkang, kamu itu sama saja masa Rafa, eh siapa itu lupa aku," Omanya berpikir.

"Rafi Oma ...." jawab Andra.

"Oh iyo, Rafi, dengar Faisal eh ... Dra

tetap harus salat, kalau kamu berprinsip seperti tadi setan akan tambah senang dan terus membujukmu agar kamu tidak melaksanakan solat, kalau kamu nunggu kamu bersih tanpa dosa itu namanya takabbur, dan kamu tidak tau panjang pendeknya umurmu, kamu mau is death dengan banyak dosa?" tanya Omanya, Andra tertunduk pasrah dan hanya meneguk ludah, dia menggelengkan kepala.

"Makanya solat, eh tapi kamu paling tidak hapal Doa qunut, tahyat akhir iya kan?" tanya Omanya serius pemuda itu hanya memainkan bibirnya.

"Oma itu sudah jelas," jawabnya ringan.

"Heh ... Ya Allah ... Yang dibawa mati itu amal bukan harta, Oma pusing kali ini mikirin kamu dan Raf, eh Fi, kalian yang paling sulit diatur, kamu mau dijodohkan dengan gadis benama Rosiana Giva? Dia gadis solihah IngsyaAllah, atau Raysa Amanda? Pilihlah dari dua nama itu," pinta Omanya yang menatap pria itu.

"Aku pilih Rosiana," jawabnya enteng tanpa mikir.

"Alhamdulillah ... Besok kita lamar ke Bogor," jelas Omanya.

"Ha?! Secepat itu? Iya ... deh, terserah Oma," jawabnya pasrah.

"Yang legowo, jangan seperti itu," tegur Omanya yang melihat dengan wajah malas.

"Oma jangan membuat aku salah gitu dong, baik Oma, pilihan Oma adalah yang terbaik untukku, aku yakin dia gadis yang baik, Eh Oma, berhijab atau seksi?" tanya Andra setelah pasrah.

"Kamu sukanya yang mana, yang seksi ya?" Omanya balik bertanya.

"Terserah Oma. Oma sukanya yang berhijab. Aku juga suka yang berhijab," jawab dari Andra membuat Omanya lega. "Tapi lebih baik sama Faisal Oma," dia kembali mengelak dan melemparkan perjodohan itu ke Adiknya yang duda keren.

"Heh dasar. Oma hanya menjodohkan kamu dan Ana, ingat besok pakai pakaian batik, jangan seperti ini. Masa niat melamar pakai baju ngantor."

"What!!! Secepat itu Oma? Melamar? Kenalan dulu, apa itu bahasanya ta'aruf dulu lah Oma, Oma, ih ...." Pria itu terus mengelak dan mencari celah agar dapat terbebas dari perjodohannya.

"Tidak bisa, besok langsung melamar, Oma sudah sering chat dan vidio call," jelas Omanya belum selesai.

"Ih, dia tidak nolak Oma?" tanya Andra menyahut.

"Dia patuh dengan pilihan kedua orang tuanya. Bahkan Abahnya sudah istikhoroh tentangmu, dia tidak matre dan gadis cerdas, Oma sangat yakin kamu akan cepat jatuh cinta," jelas Omanya.

"Ya, ya, ya ya." Tanggapan yang menyebalkan dari Andra.

"Ya Allah ... Andra Oma serius, dengar gadis Desa itu lebih bisa menghormati orang tua, IngsyaAllah, Oma dan keluarganya juga teman kedua orang tuamu, kamu dan Faisal pasti ingatkan dengan Villa milik Ayahmu yang ada di Bogor, kamu juga pasti ingat dengan gadis yang dipanggil Ros-ros?" tanya Omanya, Andra mengedipkan mata dan berpikir.

"Lupa, kebanyakan tugas sih," jawabnya. "Eh, tunggu, Rosiana adalah ros-ros, haha ha, bagaimana bisa orang tuanya memberikan nama itu, ha haha." Andra tertawa lepas.

"Setidaknya kamu bisa tertawa biasanya kamu serius terus," ujar Omanya, Andra tertawa kecil.

"Bisa-bisa aku memanggilnya ros-ros nama kok ros-ros," gumamnya menahan tawa, melihat Omanya yang tiba-tiba murung.

"Oma, apa yang Oma fikirkan? Kok tiba-tiba wajahnya semakin keriput dan sedih, iya, iya Oma, aku mau dijodohkan dan menikahi si ros itu," ujarnya, Omanya menepuk lengannya.

"Au ... Sakit Oma, ternyata tenaga Oma masih seperti wonder women," candanya membuat Omanya menangis.

"Oma, wanita terindahku jangan menangis, ada apa?" Andra duduk di ranjang lalu memeluk Omanya.

"Oma hanya teringat kecelakaan dua puluh tahun lalu kecelakaan yang dialami Ayah dan Mamamu, di mana Oma dan kamu yang harus merawat Adik kembarmu. Tugas Oma hanya ke Rafi kali ini, Oma sangat takut dengan pergaulan bebasnya. Andra, kini ... tugasmu adalah kebahagiaan itu yang Oma inginkan sebelum Oma menutup mata, jadi kamu tolong fokus ke perjodohan ini, ya ... Masalah Rafi itu urusan Oma dan Faisal, sudah cukup kamu mengurus Adik-adikmu," pinta Omanya, Andra menghela napas lalu menghapus air mata Omanya.

"Iya Oma baik," jawab Andra berusaha melegakan perasaan wanita yang disayanginya.

"Kamu tidak ingin tau Ros cantik atau tidak?" tanya Omanya.

"Ya ... Masalah cantik atau tidak, ya mintanya cantik namun kalau tidak ya tidak papa, Oma aku bukan Rafi pemuda yang melihat fisik, aku sudah menjadi Pak de sekarang yang terpenting adalah calon istriku sayang sama Oma melebihi aku, terima keadaan Oma yang cerewet," ucapannya belum selesai Omanya menjewernya.

"O ... Jadi Oma cerewet, Ha?" tanya Omanya.

"Ha ha ha. Ampun ... Oma, ha ha ha, kenyataan Oma, Oma cerewet, galak itu semua demi kebaikan kami, terima kasih Oma," imbuhnya, memeluk Omanya mereka tersenyum bahagia.

Bersambung.

avataravatar
Next chapter