3 Rencana Besar

Andrew sedang menatap file depan PC. Tanpa dia sadari Reno sudah duduk dihadapannya.

"Hai Bro .... Lagi baca laporan atau melamun," sapa Reno sambil menepuk pundak Andrew.

"Kapan kamu datang?" tanya Andrew terlihat sedikit kaget.

"Kemarin-kemarin," jawabnya sewot.

"Gimana? Tugas sudah beres belum?" Andrew menghampiri Reno dan duduk di meja menghadapnya.

"Ini semua informasi ada di dalam amplop, termasuk beberapa foto juga video," jelas Reno padanya.

"Oke, terimakasih. Aku akan segera transfer bayarannya," ucap Andrew sambil sedikit membuka amplop itu.

"Aku langsung pamit, masih ada kerjaan." Reno menepuk pundak Andrew dan meninggalkannya.

Melihat amplop coklat didepannya membuat jantung Andrew berdebar. Dibukanya amplop itu, disitu tertulis nama wanita itu Clarissa Anastasia. Seorang mahasiswa jurusan arsitektur semester 6 di Universitas Yogyakarta. Dia tinggal di sebuah rumah kontrakan, hingga 1 tahun lalu pindah ke sebuah apartemen mewah di Jogja. Andrew melihat foto-foto yang mempertontonkan keseharian Clarissa. Kemudian dia mengambil flashdisk, dan memutar video. Video itu berdurasi 3 menit, terlihat Clarissa sedang berciuman mesra dengan pria di atas mobil. Sayangnya, dalam video itu gambar dari pria itu kurang jelas. Andrew sedikit emosi dan memukuli meja di hadapannya.

Tak berselang lama, Nindy mengetuk pintu ruangannya.

"Ada apa Nindy?" tanya Andrew dingin.

"Minggu depan Anda mendapat undangan untuk menjadi pembicara di Universitas Yogyakarta. Ini undangannya, saya permisi." Nindy keluar dari ruangan Andrew.

"Universitas Yogyakarta??" tanyanya dalam hati.

Andrew mulai mempersiapkan judul talk shownya. "Arsitek Bersinar di Era Digital" itulah judul talk show yang akan dibawakannya. Andrew sudah sering menjadi seorang pembicara di acara kampus. Entah sudah berapa puluh kali dia membawakannya. Bagi para juniornya, Andrew terbilang menjadi Arsitek yang menginspirasi. Kesuksesan bisnisnya tak perlu dipertanyakan lagi.

Tibalah hari dimana Talk Show ini diadakan. Andrew memarkirkan mobilnya, dan berjalan ke ruang dekan. Pak Dekan dan beberapa Dosen menyambutnya dengan ramah.

"Selamat datang Pak Andrew, mari silahkan masuk," ucap Dekan itu.

"Terimakasih Pak." Andrew tersenyum mendapatkan sambutan hangat.

"Nanti Pak Andrew akan di temani seorang mahasiswi paling berprestasi di kampus kami," tuturnya.

"Malah akan menjadi semakin menarik talk show kali ini," jawab Andrew.

Talk Show dimulai mulai, terdengar suara MC sudah memanggil namanya. Andrew berjalan dari belakang panggung, MC dan Mahasiswi berprestasi menoleh kebelakang menyambut kedatangannya. Bagai tertimpa sejuta ton beton, Andrew sangat terkejut melihat Clarissa ada di atas panggung. Suara sorakan mahasiswa menyadarkan Andrew. Dia tersenyum ramah, dan semua mahasiswi menjadi histeris. Acara dimulai semua orang yang datang terlihat sangat tertarik dengan pembawaan Andrew. Setelah tanya jawab Andrew memberikan statement terakhirnya.

"Saya sangat mengapresiasi jika mahasiswa paling berprestasi bisa magang di A.H Architect. Saya tunggu kedatangannya."Andrew mengakhiri dengan senyuman khasnya.

Andrew mulai berbincang dengan Dekan di ruangannya. Setelah 30 menit dia kembali ke kantornya. Di tempat lain, Clarissa sedang menikmati makan siangnya di kantin kampus bersama teman-temannya.

"Clarissa... Kamu beruntung sekali. Secara terang-terangan Pak Andrew seperti sudah melamar mu untuk magang di perusahaannya." Cetus salah satu dari temannya.

"Aku merasa sangat beruntung. A.H Architect banyak dilirik proyek besar," ucap Clarissa.

Setelah menghabiskan makanannya, Clarissa pulang ke Apartemennya. Ketika membuka pintu terlihat Ferdi sudah duduk di sofa.

"Om Ferdi tumben sudah ada disini," ucapnya sambil duduk di pangkuan Ferdinand.

"Aku sangat merindukanmu Sayang." Ferdinand menciumi leher Clarissa.

Clarissa memejamkan matanya, menikmati setiap sentuhan kekasihnya.

"Sayang, aku akan memandikan mu." Ferdinand melepaskan semua pakaiannya dan mengangkat Clarissa ke bathub.

Dengan tangan lembutnya, Ferdinand melepaskan setiap kain yang menempel ditubuh Clarissa. Ferdinand mendudukkan Clarissa membelakanginya. Sentuhan sensual darinya, membuat wanita di depannya mengerang. Erangannya terlalu mendesah, membuat gairahnya bergelora. Wanita itu pasrah, menyerahkan dirinya kepada Ferdinand. Jarinya mulai menyusuri daerah sensitif Clarissa, mulai dari leher hingga ke pangkal pahanya. Ferdinand mulai memasukkan 1 jarinya ke dalam lubang kenikmatan. Clarissa menjerit menggigit bibirnya. Jeritan Clarissa membuat Ferdinand tak mampu menahannya lagi. Ditariknya Clarissa hingga berdiri di bawah shower yang mengalir. Tanpa aba-aba, Ferdinand menghujam Clarissa dengan kenikmatan yang tak mampu dilukiskan. Sampai keduanya menikmati pelepasan yang menggairahkan. Sore itu entah berapa kali Ferdinand melakukannya, sampai Clarissa lemas seakan tak mampu berdiri.

"Terimakasih Sayang." Ferdinand mengecup keningnya, dan membawanya ke ranjang.

Dia mengambil selimut untuk menutupi tubuh Clarissa. Melihat Clarissa yang tertidur, Ferdinand meninggalkan apartemen dan pulang ke rumahnya. Sampai di rumah Sonya dan Andrew masih mengobrol di ruang tengah.

"Mas ... lembur lagi ya?" tanya istrinya Sonya.

"Iya Sayang terlalu banyak proyek," jawab Ferdinand sambil duduk di samping Sonya.

Andrew menatap Ayahnya dengan kesal. Hatinya penuh Amarah jika mengingat perselingkuhan Ayahnya.

"Andrew .... Tumben jam segini sudah di rumah?" Ferdinand bertanya kepada anaknya.

"Kasihan Ibu di rumah sendiri terus," jawab Andrew dingin.

Ferdinand dan Sonya lalu masuk ke kamarnya. Andrew masih di depan TV melihat siaran berita. Setelah sedikit mengantuk, Andrew memutuskan tidur di kamarnya. Saat melewati kamar orangtuanya, dia mendengar suara desahan ibunya, suara itu terdengar penuh kenikmatan. Tak tahan mendengarnya, Andrew menutup pintu kamarnya.

"Dasar ... Pria tidak tahu diri. Setelah meniduri wanita lain, sekarang malah menikmati tubuh ibuku," gumam Andrew sambil mengumpat tidak jelas.

Pagi harinya, Andrew sudah duduk di meja makan. Tak berselang lama Ferdinand menyusul. Sambil menunggu Ibunya, Andrew sama sekali tidak mengeluarkan satu kata pun dari mulutnya.

"Maaf Ibu terlambat, ayo kita langsung makan," ucap Sonya kepada suami dan anaknya.

Andrew menatap Ibunya, dilihatnya bekas kepemilikan di leher putih Ibunya. Melihat itu, Andrew menjadi tak berselera makan. Dia semakin benci pada Ayahnya.

"Aku ada meeting di kantor. Aku pergi dulu," pamit Andrew dan berlalu meninggalkan rumah.

Sampai di kantor belum ada yang datang, Andrew menidurkan tubuhnya di sofa yang ada di kantor. Dia terbangun ketika suara langkah sekretarisnya mengusik ketenangannya.

"Nindy, kamu sudah datang?" tanya Andrew.

" Bapak tidur disini? Saya sengaja datang pagi, karena beberapa laporan kemarin belum selesai dikerjakan." tutur Nindy.

Andrew lalu masuk ruangannya, lalu duduk di kursi kerjanya. Dia membaca beberapa email yang masuk. Salah satunya email dari Universitas Yogyakarta. Di dalamnya di katakan, kalau hari ini pihak kampus mengirimkan seorang karyawan magang. Seperti yang Andrew sampaikan saat bertemu dekan, hanya mahasiswa yang paling berprestasi yang bisa magang di perusahaannya. Seperti mendapatkan angin segar, Andrew mulai menyusun rencananya mendekati Clarissa. Mendekati Clarissa hanya untuk menghancurkan Ayahnya, Ferdinand Hutama. Ayahnya harus merasakan betapa sakitnya dikhianati.

Happy Reading šŸ„°šŸ„°

avataravatar
Next chapter