4 Magang

Mentari pagi mulai menyinari bumi, seolah segala harapan baru akan dimulai. Hari ini adalah hari pertama Clarissa magang. Dengan memakai setelan rok pensil, dipadukan dengan blazer warna senada, Clarissa terlihat sangat anggun. Clarissa menaiki taksi sampai depan A.H Architect.

Clarissa berdiri menatap gedung tinggi di depannya. Kemudian dia melangkah memasuki lobby depan gedung itu.

"Selamat siang Mbak. Saya Clarissa, punya janji temu dengan Pak Andrew. Apakah saya bisa bertemu dengannya?" tanya Clarissa di meja resepsionis.

"Silahkan naik ke lantai 7, Pak Andrew sudah menunggu anda," ucap resepsionis ramah.

Clarissa menaiki lift menuju lantai 7. Di depan lift, Nindy sekretaris Andrew menyambut kedatangannya.

"Silahkan ikuti saya, Pak Andrew sudah di dalam." Nindy pun mengantar Clarissa sampai di depan pintu atasannya. Setelah sampai di depan ruangan CEO, Nindy kembali ke mejanya.

Tok Tok Tok

Clarissa mengetuk pintu ruangan di depannya.

"Masuklah." Suara Andrew terdengar dingin di telinganya.

"Saya Clarissa Pak, mahasiswi yang akan magang di sini." Clarissa menatap wajah Andrew yang terlihat familiar baginya.

"Duduklah, aku akan menjelaskan tugas-tugasmu." Andrew duduk di hadapan Clarissa.

"Terimakasih, Pak Andrew, karena sudah menerima saya magang di perusahaan anda," ucapnya.

Sebenarnya sudah lama Clarissa mengagumi sosok Andrew. Seorang arsitek sukses, mapan, sekaligus tampan. Banyak juga teman-temannya juga mengidolakan Andrew.

"Aku ingin menjadikanmu asistenku. Apa kamu mau?" tanyanya.

"Suatu kehormatan bagi saya menjadi asisten anda," jawab Clarissa sumringah.

Andrew tersenyum meliriknya. Kalau diperhatikan simpanan Ayahnya ini cukup cantik. Perkataannya sangat lembut, pantas saja Ayahnya langsung tergoda. "Lelaki mana yang mampu menolak sosok sempurna seperti Clarissa." Andrew berkata dalam hati.

Di hari pertama Andrew hanya memberi tugas yang ringan. Agar Clarissa betah menjadi asistennya. Clarissa benar-benar wanita cerdas, dia selalu menyelesaikan semua tugas tepat waktu. Andrew jadi sedikit mengaguminya. Namun pikiran itu harus dihilangkan, mengingat apa tujuannya membawa Clarissa ke perusahaannya.

"Ini Pak laporan yang terakhir. Kalau begitu saya permisi pulang Pak," ucap Clarissa sambil mengambil tasnya.

"Mulai sekarang panggil saja aku dengan sebutan Mas, panggilan Pak, itu terlalu tua untuk ku. Oh iya satu lagi, walaupun weekend hari libur, setiap kali aku membutuhkanmu kamu harus datang," jelas Andrew padanya.

"Baiklah Pak ... eh Mas Andrew." Clarissa tersenyum lalu meninggalkan kantor.

Melihat Clarissa keluar, Andrew mengikutinya diam-diam. Saat wanita itu menaiki taksi, Andrew juga membuntutinya dengan taksi. Sampailah di depan gedung tinggi Gardenia Apartemen. Andrew ikut menuruni taksi, terlihat Clarissa menaiki lift. Andrew duduk di taman depan apartemen, sambil memikirkan rencananya. Tak lama kemudian sebuah mobil yang di kenalinya berhenti di lobby. Benar saja itu adalah Ayahnya, Ferdinand Hutama. Andrew merasakan sesak di dadanya, melihat Ayahnya menghampiri wanita lain. 10 menit kemudian Andrew sengaja menelepon Clarissa. Sudah 3 kali tak mendapatkan jawaban. Andrew mulai kesal dan emosi. "Apa yang sedang mereka lakukan di dalam sana?" pertanyaan itu berputar di kepalanya.

Setelah 1 jam duduk di taman, Andrew melihat Ayahnya keluar dari apartemen. Kemudian ada pesan masuk dari Clarissa, dia mengatakan kalau tadi sedang mandi. Kemarahan Andrew semakin memuncak, apa yang dilakukan 2 orang dewasa di dalam kamar kalau tidak melakukan itu. Andrew mulai mengacak rambutnya lalu kembali ke kantornya.

1 Jam Sebelumnya

Ferdinand mengemudikan mobilnya menuju apartemen. Sampai di lobby, mobilnya di serahkan ke petugas valet parking. Dia menaiki lift menuju ke apartemennya. Sampai di dalam apartemen, Clarissa tidak terlihat di kamarnya. Dia pun langsung membuka semua pakaian dan masuk kamar mandi. Ternyata Clarissa sedang berendam di bathtub. Wanita itu tak menyadari kedatangannya. Ferdinand langsung meremas bulatan kenyal yang sangat menggoda itu.

"Ahhh ... Om Ferdi ... pelan-pelan sakit." Clarissa merintih merasakan sentuhan yang sedikit kasar.

Clarissa mulai menciumi dada Ferdi, merasa jilatan lidah Clarissa, Ferdi melenguh kenikmatan. Ferdi mulai mendesah merasakan sentuhan sensual Clarissa.

"Sayang, disini juga butuh sentuhan mu." Ucap Ferdi sambil menunjuk ke area pribadinya.

Tak menunggu aba-aba Clarissa langsung mengulumnya dengan sangat lembut. Ferdi mendesah dengan erangan yang panjang. Ferdi yang merasa akan di puncak kenikmatan, menarik pinggang Clarissa dan membenamkan kejantanannya dari belakang.

Clarissa terus menjerit dengan hentakan-hentakan di daerah sensitifnya. Tubuh Ferdi menegang, tangannya meremas gundukan di dada Clarissa. Ferdi pun merasakan pelepasannya. Mereka berdua saling memandikan tubuh yang masih menggairah itu. Setelah selesai, Ferdi membawa Clarissa ke ranjang lalu membaringkannya.ppppppppppp

"Om Ferdi ... hari ini aku mulai magang. Jadi aku baru pulang jam 5 sore," tutur Clarissa sambil memakai baju tidurnya.

"Tapi tiap weekend waktumu hanya milikku," jawab Ferdi sambil memakai pakaiannya sendiri.

"Aku langsung kembali ke kantor ya." Ferdi menciumnya lalu meninggalkan apartemen.

Clarissa mengambil ponsel yang ada di tasnya. Tertulis ada 3 panggilan dari Andrew. Dia pun mengirimkan pesan ke Andrew, kalau tadi dia sedang mandi. Setelah beberapa saat tak mendapatkan balasan, Clarissa menaruh ponselnya dan tertidur.

A.H Architect Jogja

Tiba di awal pekan banyak pekerjaan yang menumpuk di kantor. Andrew sengaja datang lebih pagi untuk mempersiapkan meeting hanya ini. Tak berselang lama, terlihat Clarissa juga datang. Melihat atasannya sudah berada di ruangan, Clarissa berinisiatif membuat kopi untuknya.

"Mas, ini kopi khusus buat kamu." Clarissa menaruh kopi di atas meja.

"Terimakasih. Nanti siang, kita akan bertemu klien. Tolong kamu siapkan desain apartemen yang kemarin," jawab Andrew sambil menatap beberapa file di depannya.

Clarissa pun keluar dari ruangan Andrew dan mencari desain yang kemarin sudah disimpannya.

Setelah jam makan siang, Andrew dan Clarissa berangkat menuju sebuah restoran yang sudah disepakati untuk meeting. Mereka berdua memasuki VIP room sambil menunggu klien. Clarissa juga sangat membantu dalam persiapan presentasi. Klien pun datang, Clarissa mempresentasikan seluruh desain apartemen dengan menarik. Klien itu langsung setuju dengan semua desain dan juga akan melakukan kontrak kerjasama. Andrew sangat senang dengan kinerja Clarissa. Setelah selesai meeting, hari sudah sore. Andrew mengajak Clarissa ke sebuah toko tas.

"Mau beli tas buat siapa Mas?" tanya Clarissa.

Andrew tak menjawab, dia memilih sebuah tas bermerek dengan harga puluhan juta.

"Tolong dibungkus," ucapnya pada pegawai toko.

Clarissa hanya memandangi atasannya itu.

"Seleranya lumayan juga," batin Clarissa.

"Mau aku antar pulang? Ini sudah lewat jam pulang," tanya Andrew.

"Tak perlu Mas, aku naik taksi saja," jawabnya.

"Tunggu dulu. Ini hadiah untukmu, karena sudah berhasil mendapatkan kontrak kerjasama." Andrew memberikan tas yang tadi dibelinya.

"Tidak perlu Mas, itu adalah bagian dari tugasku sebagai asistenmu." Clarissa terlihat sungkan dengan pemberian Andrew.

"Tidak ada penolakan." Andrew meletakkan tas di tangan Clarissa dan masuk ke mobilnya.

Sepanjang perjalanan, Clarissa berpikir mengapa Andrew memberikan tas mahal ini kepadanya. Sikap Andrew membuat Clarissa semakin mengaguminya. Dia tak menyangka jika pemuda sukses itu bisa begitu baik terhadap dirinya.

Happy Reading

avataravatar
Next chapter