2 Awal Kesalahan

Ferdinand Hutama adalah seorang pengusaha sukses di Jogja. Bisnis konstruksi yang dibangunnya sejak lulus kuliah berkembang pesat. Dari pernikahannya dengan Sonya Fitria, dia memiliki seorang putra yang sangat tampan sekaligus mapan. Andrew Hutama, putra tunggalnya sekaligus satu-satunya pewaris Hutama Corp. Keluarga mereka sangatlah bahagia, Sonya begitu mencintai suami dan anaknya. Namun sebuah musibah kecil, justru menjadi Sebuah Kesalahan besar dalam hidupnya.

Siang itu, Ferdinand mendadak ada undangan meeting dengan salah satu kliennya. Sekretarisnya terus saja menghubungi via telepon. Ketika akan memarkirkan mobilnya, ponselnya berdering kembali. Saat hendak mengambil ponselnya, Ferdinand tak sengaja menabrak seorang wanita. Dia memundurkan mobilnya, tanpa dia sadari ada seorang wanita di belakang mobilnya. Wanita itu pingsan, tak sadarkan diri.

Ferdinand langsung menghubungi sekretarisnya untuk menggantikannya meeting. Tak menunggu lama, Ferdinand membawa wanita itu ke rumah sakit. Sampai di RS wanita itu mulai sadar.

"Dimana aku, Om?" tanyanya pada Ferdinand.

"Tadi aku tak sengaja menabrakmu, dan membuatmu pingsan. Jadi aku membawamu ke RS," jelas Ferdinand pada wanita yang terbaring di atas ranjang.

"Tidak semua salahnya Om, tadi aku sedang melamun. Aku tak menyadari ada mobil di depanku." Wanita itu merasa bersalah padanya.

"Dokter mengatakan cederanya tidak parah besok sudah bisa pulang," ucap Ferdinand sambil menaikkan selimut pada wanita itu.

"Kalau boleh tahu, siapa nama Om? Namaku, Clarissa," ucapnya sambil tersenyum.

"Aku Ferdinand, panggil saja aku Ferdi." Keduanya saling berjabat tangan.

"Apa kamu bisa menghubungi keluargamu untuk menemani disini?" tanya Ferdinand.

"Di Jogja ini aku hidup seorang diri. Aku kuliah di Universitas Yogyakarta," jawabnya.

"Baiklah. Sebagai bentuk rasa tanggung jawabku terhadapmu, aku akan menemanimu sampai keluar dari RS," kata Ferdinand dengan penuh rasa bersalah.

Kemudian Ferdinand menelepon istrinya, dia mengatakan kalau ada kecelakaan kecil dan dia harus mengurusnya dulu. Lalu dia kembali masuk ruang perawatan, Ferdinand melihat Clarissa sudah tertidur. Dia mengamati wanita di depannya itu, masih muda dan sangat cantik. Bibirnya begitu menggoda, Ferdinand menelan ludah menatap Clarissa. Walaupun Ferdinand memang tipe pria setia. Namun dia tetap pria biasa, yang bisa bernafsu melihat wanita cantik tertidur di depannya.

Dua jam kemudian, Clarissa membuka matanya. Dia berniat akan berjalan menuju kamar mandi. Baru satu langkah ....

"Aduh .... " Clarissa menjerit kesakitan karena kakinya sedikit cidera.

Ferdinand yang mendengar suara teriakan langsung terbangun dari tidurnya. Dia langsung mengangkat Clarissa ke atas ranjang.

"Kamu mau kemana? Aku akan membantumu," ucap Ferdinand sambil mengambil selimut yang terjatuh.

"Tolong panggilkan suster Om, aku mau ke kamar kecil," katanya.

"Aku akan menggendonngmu." Tanpa menunggu lama Ferdinand menggendong Clarissa ala bridal style.

Kedua mata mereka saling menatap, wajah Clarissa tiba-tiba memerah. Jantung Ferdinand berdetak kencang. Keduanya mulai salah tingkah.

"Om ... turunkan aku." Ferdinand menurunkannya lalu keluar dan berdiri di depan pintu.

Setelah beberapa menit kemudian, Clarissa membuka pintu kamar mandi. Tanpa bertanya Ferdinand kembali mengangkat Clarissa ke atas ranjang. Clarissa menatap Ferdinand penuh arti, tatapan yang penuh dengan getaran yang memabukkan. Tanpa Ferdinand duga, Clarissa tiba-tiba mencium bibirnya. Merasa tak mendapatkan balasan, Clarissa melepaskan ciumannya. Kemudian memalingkan wajahnya membelakangi Ferdinand.

Ferdinand yang masih terpaku dengan perlakuan Clarissa, tak menyadari wanita di depannya sedang menangis. Sampai suara sesenggukan itu terdengar di telinganya.

"Clarissa maafkan aku. Aku tak bermaksud ...." Belum menyelesaikan perkataannya, Clarissa sudah berada di pelukan Ferdinand. Ferdinand membalas pelukannya, aroma tubuh Clarissa membangkitkan gairahnya. Tak mampu menahan gairahnya, Ferdinand langsung menghujani Clarissa dengan ciuman panasnya. Bibir mereka bersentuhan, Ferdinand membiarkan lidahnya menyusuri lidah Clarissa. Sampai nafas mereka terdengar tak beraturan, Ferdinand baru melepaskan ciuman bibirnya dan mengecup kening Clarissa.

Pagi hari berikutnya Clarissa sudah dibolehkan pulang. Dia sudah bisa berjalan sendiri meskipun sedikit pincang. Setelah menyelesaikan administrasi, Ferdinand membawa Clarissa ke mobilnya. Dia mengantarkan Clarissa ke rumah kontrakannya. Sampai di depan rumah, Ferdinand membantunya memasuki rumah.

"Masuklah, Om. Aku akan menyiapkan minuman untukmu," ucapnya dengan senyum menggoda.

Saat Clarissa mau meletakkan cangkirnya ke meja, Ferdinand menariknya ke pelukannya. Ferdinand seperti kesetanan menciumi bibir dan leher Clarissa. Perlakuan Ferdinand membuat Clarissa tenggelam dalam gairah yang tertahan. Clarissa mendesah .... Suara desahan itu, membuat Ferdinand kalap dan menyobek dress yang di pakai oleh Clarissa. Tangan Ferdinand mulai menyusuri setiap sudut tubuhnya. Clarissa yang sudah tak tahan, mulai membuka kancing kemeja Ferdinand. Clarissa mulai menjelajahi dada Ferdinand dengan lidahnya. Ferdinand mendesah memejamkan matanya dalam kenikmatan. Aktivitas mereka semakin memanas, hingga ponsel pria itu berdering. Terpaksa Clarissa menghentikan aktivitasnya menyusuri tubuh Ferdinand.

"Iya Sayang, aku akan segera pulang." Ferdinand menutup ponselnya dan menghampiri Clarissa.

"Maaf, aku harus segera pulang. Keluargaku sudah menunggu," ucapnya.

Clarissa sangat mengerti posisinya, dia juga tak akan menuntut apapun.

"Mulai besok tinggallah di apartemenku.

Besok pagi aku akan menjemputmu." Ferdinand pun keluar dan langsung pulang.

Clarissa berpikir, bagaimana mungkin dia bisa jatuh cinta pada lelaki yang seumuran dengan mamanya. Dia rela hanya menjadi Simpanan, asal Ferdinand bisa bersamanya. Setiap melihat wajah Ferdinand hatinya bergelora, sedikit sentuhan saja mampu membuatnya terbang ke awang-awang. Sejak saat itu, Clarissa tinggal di apartemen Ferdinand. Ferdinand mencukupi semua kebutuhannya, bahkan sampai membayari uang kuliahnya. Clarissa tak diijinkan untuk menjadi SPG freelance seperti sebelumnya. Dia hanya perlu fokus kuliah dan melayaninya, kapanpun Ferdinand menginginkannya.

Terkadang Ferdinand menginap bersama Clarissa di Apartemennya. Dia selalu beralasan pada Sonya istrinya, jika ada dinas di luar kota. Ferdinand tergila-gila dengan Clarissa, bahkan dia melupakan statusnya sebagai kepala keluarga. Sesekali Ferdinand juga mengajak Clarissa menginap di hotel, untuk mengurangi kebosanan dengan suasana apartemen. Mereka berdua juga pernah liburan berdua ke Bali, berlagak seperti pasangan pengantin baru.

Siang itu Ferdinand menjemput kekasihnya di kampus tempatnya kuliah. Melihat mobil kekasihnya di depan gerbang kampus, Clarissa langsung berlari memasuki mobil itu.

"Om Ferdi .... " Itulah panggilan Clarissa untuk kekasihnya.

"Ada apa Sayang? Apa kamu sudah tidak tahan untuk sampai di Apartemen kita?" tanya Ferdinand sambil melajukan mobilnya.

Clarissa hanya tersenyum penuh gairah menggoda Ferdinand. Dia merasa kasihan melihat Clarissa menahan gairahnya, hingga wajah cantiknya merona.

"Lepaskan celana dalam yang kamu pakai." ucap Ferdinand sambil menyetir mobilnya.

"Apa .... " Walaupun terlihat terkejut, Clarissa tetap melakukan apa yang di minta kekasihnya.

Clarissa memakai dress selutut warna merah maroon. Dia lebih sering memakai dress terusan daripada celana panjang. Celana panjang terlalu ribet. Sambil menyetir mobilnya, tangan kiri Ferdinand mulai menjelajahi paha Clarissa. Mengelusnya, kadang sedikit mencubitnya membuat Clarissa mendesah sangat sexy. Jari-jarinya mulai nakal, memasuki daerah sensitif Clarissa. Wanita itu menjerit dan mendesah- desah dalam kenikmatan. Ferdinand yang sudah tidak tahan mendengar erangan Clarissa, menghentikan mobilnya di jalanan yang sepi. Turun dan masuk kursi belakang, ditariknya Clarissa ke kursi belakang. Tanpa aba-aba Ferdinand langsung menghujami Clarissa dengan kenikmatan- kenikmatan dunia. Clarissa menjerit, Ferdinand membungkamnya dengan ciumannya. Kedua tubuh itu bergetar hebat, mereka akhirnya mengakhiri permainan panasnya. Ferdinand selalu puas dengan pelayanan Clarissa. Seakan dia ingin terus mencumbunya.

Happy Reading

avataravatar
Next chapter