webnovel

Pembalasan Baru Saja Di Mulai

Bagi tuan Yudistira

permintaan Nindy bukan hal yang sulit.

Tuan Yudistira akan membalas kebaikan Nindy dengan

menemukan orang-orang yang telah membuat dia menderita!

"Baiklah Nindy...apa yang ingin kamu lakukan terhadap mereka?" Tuan Yudistira tersenyum dengan wajah bijak. Di dalam hatinya bertekad akan melindungi melindungi gadis itu sepenuh hati sama persis dengan Nindy yang telah bersusah payah memberikan informasi tentang rencana pembunuhan terhadapnya tempo hari. Hanya tuan Yudistira yang tahu kalau Nindy bertekad memberi tahu rencana itu setelah batal bunuh diri di lantai 5. Hanya dia yang tahu penyebab Nindy ingin bunuh diri. itu rahasia Nindy.

"Saya ingin mereka merasakan hal yang sama!" jawab Nindy berkata dengan suara yang terdengar perih. Nindy terbawa perasaan.

Dia terbayang kembali waktu yang dihabiskan di lantai penjara yang dingin.

Nindy, putri tunggal tuan Herwan Kurniawan, pengusaha kaya raya, terbiasa di manja dan tidur di kasur yang empuk dan mewah, tiba-tiba berada di penjara, tidur di lantai penjara yang dingin, kepanasan di ruangan besar bersama puluhan wanita yang memiliki kejahatan hukum yang beragam, terpisah dengan ibunya stroke dan dimensia. Nindy hampir saja yang melompat dari lantai lima rumah sakit penjara, keracunan roti kadaluarsa. Andai Nindy tahu, kalau kamar di lantai 5 itu dulunya di huni oleh penjaga rumah sakit yang bunuh diri melompat dari lantai lima itu, mana mungkin Nindy berani rngesot dan berguling di lantai yang kotor hingga membuat jahitan operasi Caesar terbuka dan harus menjalani operasi ulang.

Sesaat bening.

.

.

.

Tuan Yudistira perlahan berdiri mengambil kotak permen coklat memberikannya ke Nindy.

"Menurut para ahli...coklat hitam mampu merangsang produksi endorphin, serotonin, antidepresan

yang menciptakan rasa senang dan dapat meningkatkan mood seseorang. Makanlah!" tuan Yudistira memecah kesunyian.

Nindy tertawa. Dia menerima coklat itu sambil menyeka air mata di sudut matanya.

"Saya tidak tahu kalau tuan Yudistira seorang ilmuan...coklat!"

"Hahaha...saya membaca kotak kemasan coklat ini!" Tuan Yudistira tertawa lembut. "Bagaimana? Apa kamu sudah lebih baik?" tanya tuan Yudistira lagi, kali ini dia mengambil coklat itu untuk dirinya sendiri. Entah mengapa dia lebih tentram. Apa karena coklat ini atau karena dia senang bertemu Nindy.

"Rasanya...lebih pahit!"

"Hahaha...coklat itu khusus untuk orang diet. Aku tidak tahu jenis coklat apa yang kamu sukai...!"

Nindy kembali tertawa.. Tuan Yudistira Salman baik sekali, dia pasti bersusah payah mencari tahu jenis coklat kesukaannya.

"Terimakasih...atas coklatnya baik sekali...tapi saya lebih suka coklat putih!"

"Kalau begitu saya harus ke Swiss mencarinya!"

"Di Paris juga ada!"

"Hahaha!" tuan Yudistira kembali tertawa.

Nindy terkejut.

Tuan Yudistira berdiri mengambil sesuatu di meja, coklat! Tuan yudhistira mengambil coklat yang lain, ada coklat putih juga! Tuan Yudistira mengumpulkan coklat dari seluruh dunia.

Siapa yang membocorkan rahasia kalau aku penyuka coklat dari manca negara? Hmm! Ratna dan Soraya! Dua orang itu yang itu pelakunya!.

Tuan Yudistira jadi fresh dan senang.

Hari ini entah berapa kali dia tertawa.

Sesuatu yang jarang terjadi di kehidupannya sekarang.

Dulu, hidupnya ceria, penuh tawa bahagia. Tapi itu sudah lama sekali!

10 tahun yang lalu. Sewaktu Aurora masih hidup.

Tuan Yudistira mengingat Aurora almarhum istrinya, ibunya Raditya.

Aurora meninggal kecelakaan pesawat, mayatnya tak pernah di temukan.

"Nindy...apa lagi yang kami inginkan?"

"Itu saja!"

"Itu saja?!"

"Ya...itu saja!"

"Baiklah! Sekarang... apa kamu tidak lapar?"

"Apa tuan mau makan?"

"Saya belum makan sejak tadi siang!" tuan Yudistira berkata apa adanya.

Nindy terkejut.

Siapa sangka kalau dia bos mafia senjata yang kejam? Tuan Yudistira hanya seperti pria biasa. Sederhana dan pengertian.

"Baiklah...saya akan temani tuan makan!" Nindy tersenyum manis.

Tuan Yudistira termangu sejenak.

Wanita muda ini mau menemaninya makan?

Tuan Yudistira tidak pernah bepergian makan dengan wanita. Sekalipun dengan nyonya Esther Melody, istrinya. Wanita ini dia nikahi karena memiliki postur tubuh dan wajah yang mirip dengan nyonya Aurora. Pernikahan tuan Yudistira Salman dengan Esther Melody terjadi atas desakan Raditya, putranya. Anak itu jatuh cinta kepada guru piano kesukaannya.

***

Tuan Yudistira Salman membuka tangan, mempersilahkan Nindy berjalan ke depan lebih dahulu.

"Lewat sini!" Tuan Yudistira memimpin jalan.

Rupanya ruangan tuan Yudistira ini mempunyai lift sendiri.

Mereka menuju lantai 12. Gedung perkantoran ini terhubung hotel Salman.

Setelah tiba di lantai 12 mereka menginjak

travelator sehingga tidak perlu berjalan menyusuri lorong panjang menuju restoran hotel Salman.

Restoran hotel Salman mempunyai dekorasi mewah ala kerajaan dengan lampu gantung kristal cantik.

Nindy berpikir, sekalipun sekarang ini dia memiliki uang banyak, dia tidak akan menghabiskan uang ratusan dollar hanya untuk sekali makan di restoran sekelas sultan begini. Tanpa asuransi itu, mungkin saat ini terlunta-lunta hidup miskin, atau tetap menumpang tempat tinggal karena kebaikan Ratna, atau dia hidup di bawah pemberian tuan Yudistira, atau bisa jadi Nindy terpaksa bekerja demi mendapatkan uang harian atau uang bulanan.

Sementara Nindy yang terlahir sebagai anak manja tidak pernah bermimpi bekerja. Sekalipun orang tuanya membekali dirinya dengan ilmu pengetahuan. Nindy tetap tidak tahu harus bekerja menjadi apa.

Sampai disini Nindy bersyukur ternyata hidupnya masih sangat baik. Tuhan maha pengasih! Nindy tetap di berikan perlindungan dengan limpahan kekayaan setelah melewati cobaan.

Nindy sadar sekalipun dia bekerja keras tidak bakalan bia mendapatkan uang sebanyak uang asuransi itu.

"Mungkin ini yang membuat pria pecundang itu mengajakku rujuk! Hah! Kau kira dirimu siapa?!"_

Nindy mendengus kesal.

"Ada apa?" tanya tuan Yudistira heran.

"Oh tidak apa-apa!" Nindy mengalihkan tatapan wajahnya ke menu. Menyembunyikan wajahnya yang merah karena marah.

Dia teringat saat datang ke kantor tuan Yudistira Salman. Gara-gara Frans, Nindy harus mengurung diri lama di toilet wanita.

"Nindy....apa kamu tertarik bekerja?" tanya tuan Yudistira dengan senyum lembut.

"Terus terang...saya ini..bukan wanita pekerja yang handal, sejak kecil...saya terbiasa mendapatkan apa yang saya inginkan... jadi...sampai sekarang saya tidak tahu harus bekerja apa? Atau menjadi apa!" jawab Nindy tanpa bermaksud sombong. Bukankah tuan Yudistira juga sudah tahu kalau dulunya dia memang putri seorang konglomerat. Anak tunggal yang manja. Hanya saja, siapa yang tahu dia siapa? Nindy anak orang kaya adalah Nindy yang gendut. Sekarang dia hanya Nindy yang hidup dari yang asuransi.

Nindy tertunduk. Dia malu terlanjur bicara jujur tentang dirinya. Tuan Yudistira kembali tersenyum lembut.

"Kamu bisa mengelola perusahaan-mu sendiri!" kata tuan Yudistira, dia tiba-tiba saja punya ide itu.

"Itu bagus juga! Tetapi perusahaan ayah saya sudah gulung tikar!" Nindy tersenyum meringis, teringat perusahaan ayahnya yang telah bangkrut.

"Kamu bisa membangunnya kembali!" tuan Yudistira tersenyum penuh kebijakan.

"Mendirikan perusahaan?" Nindy belum berpikir begitu.

"Ya...itu perkara yang mudah!"

"Tuan Yudistira memang orang baik!"_ Nindy memuji dalam hati.

Nindy sadar, saat ini dia bersama raja Salman versi Indonesia.

Apa sih yang tidak mungkin bagi tuan Yudistira?

***

Di kantor tuan Yudhistira Salman terjadi keributan.

Nyonya Esther Melody memaksa masuk ke ruang kantor tuan Yudistira Salman.

"Tuan Yudistira sedang ada tamu...beliau tidak mau di ganggu?" jawab Jack.

"Oh ya? Apa kamu ingin menanggung akibatnya, kalau aku tidak masuk ke dalam dan menyampaikan berita penting ini!" nyonya Esther mengancam.

"Apapun itu sampaikan ke saya, nyonya!" kata Jack dengan suara tegas

"Begitu? Pilih nyawamu atau atau nyawa putraku!" Nyonya Esther marah. Nyonya Esther Melody selalu menjadikan Raditya sebagai senjata.

"Nyonya...!"

"Enyahlah!"

Nyonya Esther menerobos masuk ke ruangan tuan Yudistira Salman.

"Yudistira!" Ruang tamu kantor kosong.

Yudistira...!" Nyonya Esther Melody masuk ke ruang kerja, kamar istirahat, dan toilet.

Tidak ada orang di sana.

"Siapa tamu Yudistira? Dia pasti wanita!"

Nyonya Esther Melody mencium sisa parfum mewah Wania yang tertinggal dari ruangan itu.

Nyonya Esther Melody terbakar emosi.

***

Satu Minggu kemudian, Nindy membaca menonton berita di media massa online,

Empat orang oknum anggota kepolisian kota Komam tertangkap karena kasus narkotika.

Salah satu di antaranya bahkan menyimpan sabu 40 gram di kosannya dan diduga menjadi pengedar.

Para polisi penjahat itu di pecat sebelum menjalani pemeriksaan di polisi militer.

"Mereka akan lebih akan lebih menderita, lebih mengerikan daripada yang ku alami!" Nindy tersenyum dingin.

"Mereka menjadikan aku penjahat atas barang haram itu...lalu mereka di sebut apa? Korban?

Pembalasan baru saja di mulai.

Next chapter