1 Prolog

Detik jam terus berdetak cepat. Hari sudah menjelang pagi. di balik rumah kayu yang terlihat sangat usang bahkan terlihat sangat kecil hanya sepetak cukup untuk tinggal 1 orang keluarga kecil di dalamnya. Rumah yang sudah terlihat penuh lumut di tangga kayu di teras ruamahnya. dengan 2 kursi goyang usang yang sudah terlihat rapuh terpajang di rumah tua itu.

suara gemercik air di luar menandakan hujan turun di pagi hari. seorang gadis cantik duduk di jendela kamarnya menatap hujan yang tak kunjung berhenti. dedaunan hijau dan ranting coklat yang terlihat rapuh itu mulai retak di sapu derasnya hujan pagi hari.

sesekali ia menatap jam diding di tembok putih yang terlihat sudah mulai rapuh dan tak terlihat putih lagi. jam sudah menunjukan pukul 06.45. Hari ini ia sedang ada ujian sekolah entah apa dia bisa ikut atau tidak. hujan semakin lama semakin deras suara guntur menggelegar membuat nya bergidik ketakutan. ia hanya terdiam duduk memeluk kakinya. dan menutup telinganya rapat rapat.

"Salsa, kamu gak berangkat sekolah." pungkas ibu Salsa dengan secangkir teh hangat, di tangannya. Ia bersandar di tebok depan pintu memandang salsa yang hanya terdiam sendiri di pojok jendela.

"Ibu!" Salsa berlari memeluk ibunya.

"Salsa, ada apa?" tanya ibunya terlihat bingung dengan nya.

"Ibu salsa takut petir." ucap Salsa polos memeluk erat ibunya.

Petir masih menyambar nyambar membuat ia semakin bergidik ketakutan.

"Sini ibu temani kamu, ya." Ibunya memepah tangan Salsa untuk duduk di ranjang bersamanya.

Salsa waktu kecil punya trauma terhadap petir. Ayahnya meninggal saat tersambar petir di saat pulang dari bekerja. dan sejak kejadian itu ia tidak pernah keluar rumah saat ada petir bahkan dia rala bolos sekolah jika hujan terjadi saat pagi hari seperti ini.

"Salsa kamu anak yang pinter kalau kamu tidak masuk sekolah gimana nasib adikmu nantinya. Hanya kamu harapan ibu satu satunya nak, untuk mencari nafkah setelah lulus sekolah nanti." ucap Ibunya mengusap lembut kepala Salsa.

Salsa menyandarkan kepalanya ke pundak ibunya. "Ibu jika, ayah masih ada pasti kita tidak akan kesusahan seperti ini." ucap Salsa.

"Brak...." pintu terbuka sangat keras membuat Salsa dan ibunya menatap ke arah pintu kompak, mereka tertegun melihat Gio berwajah panik berlari ke arahnya.

"Ibu...." Gio, adik Salsa berlari menghampiri ibunya dengan membawa secarik kertas di tangannya.

"Apa itu, Gio?" tanya ibunya.

"Bu, ada orang kaya cari istri lihat dia sangat tampan, kan?" Pungkas Gio menyodorkan secarik kertas pada ibunya. Terlihat foto dan beberapa kata tulisan yang tertera di kertas itu.

Salsa menarik kertas itu dari tangan Gio.

"Kamu dapat ini dari mana?" tanya Salsa dengan nada tinggi membuat gio menunduk takut.

Gio hanya diam menunjuk ke luar pintu.

"Kakak sudah bilang jangan keluar saat hujan" Salsa beranjak dari duduknya memukul pantat Gio berkali-kali.

"Ampun kak..!!"

"Gio tidak akan ulangi lagi." Ucap Gio mencoba menghindar dari kakaknya.

"Sudah lah Sa jangan sering memukul dia dengarkan penjelasan nya dulu." Ucap ibunya lembut.

"Tapi bu..." Ucapan salsa terhenti seketika di sambung ibunya.

"Udah dengarkan, dia dulu."

"Baiklah..." Wajah salsa nampak lesu. ia tak mau kehilangan adiknya sama dengan ayahnya. karena itu ia jadi over protektif dengan adiknya. Selalu melarang dia keluar rumah saat hujan.

"Tadi ada seorang naik mobil menyebar browsur itu di depan rumah. Karena angin brosur itu melayang sampai teras rumah kak" ucap Gio dengan nada takut melirik ke arah kakaknya.

"Ya, sudah cepat pergi ke kamar." pungkas ibunya mengusap kepala Gio.

Gio segera pergi dari kamar kakaknya. Ia takut kakaknya akan marah lagi dengannya. Ia tak bisa seenaknya keluar dari rumah. Karena ada Salsa, bu satpam yang selalu jaga dia 24 jam. itu sangat menyebalkan bagi Gio anak yang tampan dan polos itu. dia masih sekolah kelas 4 Sd. Di sekolahnya ia sangat populer di kalangan wanita karena ia terlihat sangat Cool membuat gadis gadis kecil meleleh.

Dan Salsa Gadis cantik berusia 17 tahun. Ia sekolah di SMA Antartika kelas 2 . Dia terkenal anak yang pandai namun satu yang bikin raport nya, jelek yaitu ia sering bolos sekolah saat hujan tiba.

Mamanya juga tak pernah melarang dia pergi ke sekolah atau tidak. Ia memberi kebebasan pada anaknya. Karena dia tahu jika Salsa sangat takut saat hujan tiba apalagi mendengar suara petir.

Mamanya yang hanya jualan kue keliling hanya menggunakan sepeda untuk biaya makan sehari hari. Dan biaya sekolah Salsa, saat ayahnya meninggal ibunya selalu berjuang sendiri, untuk menghidupi ke dua anaknya yang masih sekolah.

"Coba lihat siapa yang cari suami itu" pungkas ibunya.

"Apa ibu mau cari suami" jawab Salsa dengan nada menggoda menjahili ibunya.

"Ibu sudah tua rapuh begini siapa yang mau sama ibu." Ucap Ibu Salsa.

Salsa terkekeh kecil.

"Ya, kan ada kekek-kakek yang mau sama Ibu" jawab Salsa menggoda ibunya.

"Salsa masak kamu mau punya ayah baru tapi kakek kakek. Udah sekarang coba lihat dulu di browsurnya." pungkas ibu salsa

Salsa mulai membaca sebuah brosur di tangannya.

"Di cari wanita single yang mau menikah dengan Seorang tuan muda anak tertua dari keluarga Morgan. dengan sarat satu harus masih Virgin dan belum di sentuh sama sekali oleh lelaki umur 17 sampai 21 tahun"

"Kenapa pengusaha kaya tapi tapi cari istri harus sebar brosur kayak gini. seperti audisi saja." Decak Salsa yang merasa sangat aneh.

"Ya, juga padahal dia sangat tampan bahkan seperti seorang artis. Pasti banyak wanita yang antri padanya kan?" Saut Ibunya yang penasaran dengan brosur itu.

Lama berbincang dengan ibunya soal pernikahan lelaki kaya itu. Kini pandangan ibunya tertuju pada anak gadis di depannya. "Sa, Kamu mau menikah?" Ucap ibunya lirih.

"Apa, bu. Nikah?" Salsa nampak terkejut mendengar ucapan kata nikah dari ibunya.

"Iya, gimana kalau kamu daftar. Siapa tahu kamu bisa menikah dengan dia, dan bisa mengangkat derajat orang tua kamu." Pungkas ibu Salsa memegang ke dua tangannya.

"Ibu, aku masih sekolah, mana mungkin aku menikah dengannya. Lagian dia tidak mungkin mau menerima gadis kecil sepertiku." Pungkas Salsa yang kini matanya terlihat sudah mulai berkaca kaca.

Ibunya terdiam seketika melihat anak kesanyangannya itu harus mengis. Ia memeluk erat tubuh anaknya itu untuk menenangkan hatinya sejenak.

"Jika kamu tidak mau menikah gak papa. Ibu bisa bekerja jualan lagi," pungkas ibunya.

Salsa terdiam ia tahu jika ibunya ingin kehidupan yang lebih baik nantinya untuk aku dan keluargaku. Melihat perjuangan ibunya selama ini ia mulai sadar. Tidak mudah jadi seorang Single Parent harus menghidupi ke dua anaknya yang masih sekolah.

Dan Salsa tidak bisa membantu ibunya sama sekali. Ia selalu fokus pada sekolahnya. Namun saat ia bolos terpaksa menjual kue. Untuk membantu ibunya yang kini terlihat sudah mulai rentan sakit.

Tok..tok...tok...

Suara ketukan pintu terdengar jelas hingga ke kamar Salsa.

"Siapa yang datang hujan-hujan seperti Ucap ibunya melepaskan pelukannya.

"Biar aku saja yang buka, bu." Saut Salsa.

Salsa tanpa di suruh ia berlari keluar menuju ke pintu rumahnya. Di bukanya perlahan pintu rumahnya, ia menatap sekilas beberapa sepatu para lelaki.

"Pagi.."

"Pagi juga.." Sambut Salsa matanya masih tak percaya ada orang berpakaian sangat rapi datang menemuinya.

"Kami datang untuk menjemput, anda." ucap seorang laki-laki berbadan tegap, dengan kaca mata hitamnya. Dan jas hitam yang membuat mereka terlihat sangat keren.

Salsa mengerutkan keningnya heran. "Maksud kalian apa? Memangnya kalian mau bawa aku kemana? Aku tidak ada janji dengan kalian."

Salsa nampak bingung tiba tiba ada orang aneh itu ngajak dia pergi.

Wajah laki-laki didnepannya nampak sangat dingin. bahkan tanoa senyuman di bibirnya.

"Ke rumah baru kamu, besok kamu akan segera menikah dengan Boss kami pemilik ahli waris dari morgan Group.

Salsa mengerjapkan matanya berkali-kali, dia menelan salivanya perlahan tak percaya dengan apa yang di katakan Laki-laki berpakaian rapi di depannya itu.

"Apa katamu? Maaf aku tidak daftar untuk menikahi kamu." pungkas Salsa segera menutup pintunya kembali. dingan sigap pengawal itu mendorong pintu Salsa dan menariknya keluar menuju ke dalam mobil mewah yang sudah terparkir di luar rumahnya.

"Lepaskan aku!!" pungkas Salsa mencoba melepaskan diri dari dua pengawal yang yang memegang pergelangan tangannya erat.

avataravatar
Next chapter