7 Berantem

Keesokan Harinya kicauan burung berterbangan di luar jendela yang nampak jelas. Matahari pagi yang menembus langsung ke balik kaca yang terbuka tanpa selambu di sampingnya.

Salsa membuka matanya perlahan mengusapnya berkali kali untuk menghilangakn kotoran di matanya. ia menatap sekelilinya melihat hanya ada seorang lelaki di sampingnya yang hanya telanjang dada tanpa helaian kain menutupi tubuhnya.

Wanita itu membuka selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Ia melihat tak ada helaian kain menutipi tubuhnya.

" kemana bajuku" Gumam Salsa mencengkram erat selimut di dadanya.

Matanya memutar melihat sekelilingya . Terlihat bajunya berserakan di lantai putih di bawahnya. Bra miliknya menyangkut di meja kecil samping ranjangnya.

" Apa yang kemarin aku lakukan. Baju aku berterbangan kemana-mana" Gumam Salsa lirih ia mencoba bangkit dari tidurnya di ranjang.

Namun tubuhnya masih terdiam kaku di ranjangnya bahkan dia tak bisa bergerak sama sekali. Lelaki itu masih tidur pulas di sampingnya. Dan masih merengkuh pinggangnya sangat erat. Desiran nafas ringannya terasa di belakang lehernya di sela helaian rambut tipis di belakang lehernya membuat bulu kuduknya merinding.

"Gimana caranya aku bisa pergi? Aku sudah gak tahan lagi mau ke toilet" Gumam Salsa melirik sekilas ke arah lelaki di sampingnya itu yang masih tertidur lelap di dadanya seperti seorang bayi baru lahir. Terlihat lucu dan manjanya. Wajah yang semula terlihat dingin dan kaku berubah menjadi sosok bayi dewasa yang sangat menggemaskan. Membuat Salsa tersenyum tipis menatap ketampanan lelaki itu.

" Lucu sekali !" wanita itu menyentuh hidung  mancung milik David. Membuat David tiba-tiba menggaruk hidungnya yang terasa gatal karena sentuhan Salsa.

Salsa mencoba mengangkat tangan David dari pinggangnya. Tetapi lelaki itu menggerakan badannya semakin merengkuh erat pinggang Salsa seperti boneka besar kesayangannya.

" Hmmzz" Gumam David merengkuh erat lagi dengan tubuh masih berbalut selimut.

"Apa yang aku lakukan kemarin benar-benar gila" Gumam Salsa menggeleng gelengkan kepalanya tak percaya dengan semua yang terjadi pada mereka berdua. Baru beberapa jam berlalu hingga David tertidur lelap di sampingnya. Gawangnya di bobol begitu saja dengan calon suami sementara nya itu bahkan ia menikmati permainannya begitu saja.

" Salsa gimana kalau semua orang tahu kalau kamu sudah tidak perawan lagi. Apa mereka akan menghinamu. Aku tak habis pikir" Gumam Salsa mengacak acak rambutnya.

Ia melihat sekilas tubuhnya di balik selimut tebal Jemari David bergerak perlahan nakal.

Ia membalikkan badannya ke kiri mencoba menghindari permainan nakal jemari David. Dengan manatap jendela kaca yang tak tertutup selambu.

Tiba-tiba hembusan nafas berat lelaki di sampingnya membuat ia merasakan sebuah peringatan. Ia mencium lembut belakang lehernya membuat Salsa sedikit bergairah.

"Tetaplah seperti ini saat kita menikah nanti" Bisik Devid dengan suara lembutnya

"Ternyata dia sudah bangun" Gumam salsa Lirih ia masih pura-pura tertidur agar David  tak mengganggunya lagi.

Jemari tangan Devid bergerak nakal menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia mengusap dada Salsa berkali kali. Lelaki itu berniat untuk membuat Salsa bergairah hebat lagi. Ia ingin menikmati lagi tubuh mungil Calon istrinya itu.

Ia mengusap lembut dada tubuh Salsa membuatnya geli. Meski sempat ingin menolak tapi tubuhnya seakan menginginkan belaian lembut jemari David.

" Apa kamu masih mau melanjutkan" Bisik David lirih.

Salsa hanya berdiam tak berkutik tubuhnya merasa  sudah tak bisa lagi menahan ingin buang air kecil sudah mau melanjut lagi. Tak berani berkata pada Devid wanita itu masih pura-pura tidur tak menggubris bisikan David padanya. Tubuhnya menahan hgairah yang semakin hebat sekaligus menahan ingin buang air kecel. Hingga keringat dingin bercucuran keluar dari wajah cantik Salsa.

Seolah menerima penolakan dari tubuh Salsa devid beranjak dari tidurnya. Ia meraih kemeja di ranjangnya dan segera memakai kemeja putih bintik hitam lengan panjang miliknya. Salsa melihat tubuh kekar milik David dari pantulan kaca di depannya seakan membuat matanya tak bisa berkedip.

Jemarinya mulai mengancing satu benik kemejanya mulai dari bawah sampai ke atas, melipat lengannya sedikit membuat penampilannya terlihat sangat cool. Ia melangkah pergi tanpa suntai kata keluar dari mulutnya.

Mendengar suara pintu tertutup Salsa menarik nafas lega. Ia beranjak berdiri membalut tubuh mungilnya dengan selimut berlari menuju ke kamar Mandi.

"Kamu mau kamana?" ucap David yang tiba-tiba berdiri di belakangnya.  Belum sempat membuka kamar Mandi Salsa masih memegang gagang pintu berwarna perak itu. Perlahan menoleh ke belakang dengan senyum semringai .

"Hehe.. mau ke toilet?" ucap Salsa dengan senyum tipisnya.

"Minggir aku mau ke toilet dulu." sambung David menarik tangan Salsa menjauh dari depan pintu.

Entah datang dari mana lelaki itu tiba-tiba masuk tanpa suara pintu terbuka membuat ia terkejut seakan jantungnya mau copot.

Wanita itu hanya diam mengedip-ngedipkan matanya dengan tangan terus mencengkram erat selimut yang membalut tubuhnya. tubuhnya seakan menari nari terasa sudah di ujung tak tertahan lagi.

" Eh. Tu--tuan aku dulu!" pungkas Salsa dengan nada gugup manarik kembali tangan David.

"Aku, duluan." Ucap David dengan nada semakin meninggi.

"Tuan muda, yang datang belakangan jadi antri dong." Ucap Salsa mencoba membernaikan diri membalas ucapan David.

"Ini rumahku terserah aku." Jawabnya dengan nada menantang mendorong tubuh Salsa dengan bahu tangannya.

"Gak pokoknya aku duluan" Ucap Salsa mendorong kembali tubuh David dengan tubuhnya.

"Kamu berani melawanku" David mulai mengancam Salsa . Namun tak membuat ia takut ia balik menegaskan pada David dengan nada semakin tinggi.

" Lagian kamu yang datang belakangan. Kenapa minta duluan. Lagian masih banyak tuh kamar mandi di luar" 

" sudah gak usah banyak bicara. Aku duluan!"  Ucap David tegas.

Merasa capek berdebat dengan David Salsa sudah tak bisa menahannya lagi. Ia mendorong keras tubuh lelaki itu hingga terpental menjauh darinya. Dengan segera ia membuka pintu kamar mandi dengan langkah terburu-buru.

"Sialan!"

" Buruan keluar!" ucap David menggedor pintu kamar Mandi tak henti hentinya. Namun Salsa sangaja tak kunjung keluar dari kamar Mandi.

"Kalau kamu gak keluar, aku dobrak pintunya" teriak Devid. Salsa yang mendengar pura-pura tuli tak menghiraukan ucapan David yang semakin keras.

"Buka gak!" Teriak David dengan nada semakin meninggi membuat gaduh sediri di kamar mewah Salsa.

Dengan santainya Salsa membuka pintu kamar mandi tanpa rasa bersalah . Ia hanya senyum tipis menatap David di depannya.

" Sialan minggir" Ucap Devid mendorong tubuh Salsa yang masih di pintu kamar mandi keluar.

" Perasaan rumah sebesar ini toilet juga banyak. Kenapa ia harus ke sini lagi" Gumam  Salsa berdecak kesal menendang keras pintu kamar Mandi.

Aw... sakit juga ternyata.

Ia memegang kakinya senyum semringai menahan sakit. Merasa sudah mendingan ia beranjak pergi menuju lemari mencoba memilih baju untuk ia kenakan nanti. Tak mau di bilang kuper dan gadis desa ia mencoba mencari beberapa baju yang bagus untuknya. Tak ada baju hanya beberapa gaun tergantung di lemarinya.

" Kenapa gaunya kelihatanya tipis" Pungkas Salsa mengambil salah satu gaunnya mengangkatnya ke atas.

" Sepertinya ini bagus juga" Gumam Salsa mengedip kan matanya berkali-kali menatao gaun yang begitu cantik itu.

" Apa yang kamu lakukan?" Ucap Devid mengejutkan dirinya.

Salsa menileh ke belakang seketika.

" Terserah aku mau ngapain aja" Ucaonya dengan nada mengejek berjalan dengan langkah cepat menuju kamar mandi untuk memakai gaun berwarna pink itu.

" Baru sehari tinggal di sini tapi sudah berani melunjak" Gumam Devid beranjak pergi dari kamar Salsa dengan terus bergumam tak jelas.

avataravatar
Next chapter