webnovel

Menikahi Barista Ganteng

Cielo William adalah seorang gadis yang cantik dan bergelimang harta. Hidupnya tampak begitu sempurna karena di usianya yang matang, ia sukses menjalankan bisnis Hotel Poseidon milik ayahnya dan ia pun memiliki seorang kekasih yang tampan, serta kaya raya. Justin Sugiatno, kekasih Cielo yang sempurna dan ia sangat tergila-gila pada pria itu hingga orang tua mereka pun setuju untuk menjodohkan mereka. Awalnya kisah cinta mereka berjalan baik hingga akhirnya Cielo bertemu dengan seorang pria yang menyebalkan. Graciello Andreas, seorang karyawan di Hotel Poseidon, telah membuat perasaan Cielo jungkir balik. Setiap kali mereka bertemu, selalu saja terjadi masalah dan Cielo sangat kesal pada pria itu. Cielo dan Justin akan segera bertunangan, tapi sesuatu terjadi. Justin mabuk, dan pria itu nyaris menodai Cielo. Graciello pun datang untuk menolongnya. Semenjak kejadian itu, Cielo pun tidak ingin melanjutkan hubungannya dengan Justin, tapi ia terlalu takut untuk mengakuinya pada orang tuanya. Terpaksa, Cielo melakukan kawin kontrak dengan Graciello supaya orang tua Cielo percaya dan menjauhkan Justin dari hidupnya. Demi setumpuk uang untuk mewujudkan cita-citanya menjadi seorang barista, Graciello pun setuju melakukan kawin kontrak tersebut. Apa yang akan terjadi jika kucing dan anjing disatukan dalam satu ranjang yang sama? Ikuti kisah perjalanan cinta Cielo. Hanya di Webnovel. PS: Buku ini adalah sekuel dari buku Terima Aku Apa Adanya.

Santi_Sunz · Urban
Not enough ratings
402 Chs

22. Ello Yang Menyebalkan

Cielo tampak kesal seperti yang akan menelan Ello hidup-hidup.

"Kamu itu tidak ada sopan-sopannya ya? Tidak bisakah kamu bicara yang sopan sedikit saja?"

Ello menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mengerti. Apa lagi yang harus aku lakukan? Kamu menyuruhku untuk datang ke sini. Untuk apa? Untuk mengata-ngataiku? Mengajariku sopan santun? Kamu saja tidak ada sopan santunnya padaku."

Cielo tampak terkejut. Mulutnya menganga lebar hingga Ello bisa menaruh vas bunga di mulutnya.

"Kalau kamu memang menghargaiku sebagai orang yang sudah menolongmu, seharusnya aku tidak sampai dipecat dari sana!" ucap Ello tegas.

"Aku memang ingin meluruskan hal itu!" seru Cielo dengan mata yang membelalak.

"Ah, ya baguslah. Jadi, bagaimana?"

Cielo mendengus keras sambil mengertakkan giginya. "Aku jadi berpikir ulang untuk menerimamu kembali di perusahaanku."

"Hei! Aku ini sudah sangat dirugikan! Kamu tahu, belakangan ini menjadi orang jujur dan suka menolong itu sudah tidak ada harganya lagi. Aku sudah lelah bekerja seperti ini. Omong-omong, ini sudah kedua kalinya aku dipecat dari pekerjaanku dalam waktu yang berdekatan dan semuanya ada hubungannya denganmu!" Ello menunjuk Cielo dengan mata yang menyipit sinis.

"Apa?!"

"Yap! Yang pertama, aku dipecat karena aku tak sengaja menumpahkan kopi ke pakaianmu."

"Itu memang salahmu sendiri! Kamu seharusnya mengganti rugi padaku!"

"Aku sudah menggantinya, Nona manis yang cantik jelita seperti bidadari!" ucap Ello kesal.

Cielo pun terkejut Ello berkata seperti itu. Ia terkesiap sambil menaruh tangannya di dada.

"Gajiku dipotong untuk membayar makan malammu waktu itu. Lalu aku dipecat dari sana. Kurang bagaimana lagi?"

"Ya, itu bukan urusanku! Kamu yang sudah melakukan kesalahan."

"Oke, oke. Itu memang kesalahanku. Lalu yang kedua ini kesalahanku juga? Baiklah. Jadi, seharusnya aku tidak perlu ikut campur. Kamu dan calon suamimu itu memang sedang …." Ello mengedikkan bahunya. "Ehem ehem. Aku malah mengganggu acara indah kalian."

"Bukan begitu!" bentak Cielo yang sudah habis kesabaran.

Ello melipat bibirnya. Sepertinya ia sudah terlalu banyak bicara.

"Baiklah. Maafkan aku," ucap Ello sambil menunduk.

Cielo menarik napas dalam-dalam dan kemudian mengembuskannya. "Kamu ini benar-benar tidak bisa diprediksi ya. Aku sungguh tidak menyangka kalau kamu berani sekali bersikap dan berkata kasar sepert itu padaku. Andai kamu tahu perasaanku waktu itu, aku malu sekali dan terluka. Aku tidak suka berada di situasi seperti itu.

"Aku pikir kamu datang untuk menolongku. Namun, sikap dan kata-katamu malah membuatku jadi merasa semakin terluka. Aku baru saja mengalami trauma, tapi kamu menambahnya seolah semua yang terjadi padaku adalah kesalahanku!"

Ello terkejut mendengar wanita itu berkata seperti itu. "Aku tidak bermaksud menyalahkanmu."

"Dan lagi, soal Abi memecatmu itu aku tidak tahu menahu. Kalau aku tahu, aku tidak akan membiarkanmu sampai dikeluarkan dari Poseidon. Jika aku lihat rapotmu selama ini, hasil kerjamu bagus. Kamu melakukan pekerjaanmu dengan sempurna."

Ello mengangguk sambil memasang wajah masam. "Tak ada gunanya juga aku bekerja dengan baik. Toh buktinya aku tidak bisa menyelamatkan nyawaku lagi di sana. Kamu juga sudah pasti tidak akan menerimaku lagi di sana."

Cielo menghela napas lagi dengan keras. "Sekarang, kembali lagi padamu. Apa kamu mau bekerja lagi di Poseidon? Aku akan menaikkan gajimu, tapi tidak banyak karena sungutmu yang pedas itu."

Ello menyentuh mulutnya. "Oh ya? Dari mana kamu tahu kalau aku habis makan makanan pedas tadi siang? Kamu pernah mencicipi mulutku?"

Cielo geram. "Aku sedang bicara serius!"

Ello terkekeh. "Ya, ya, ya. Maaf, tadi itu intermezo. Tidak usah terlalu serius. Ah, jadi gajiku akan naik, tapi tidak banyak. Ya, anggaplah gajiku naik sepuluh ribu rupiah begitu ya?"

Cielo tampak tersinggung dengan kata-kata Ello. "Aku tidak sepelit itu!"

"Ah, ya. Baiklah, Bu." Ello melipat lagi bibirnya dan sengaja mengaitkan rambutnya di kupingnya seperti yang ia siap mendengarkan Cielo bicara.

Jika Ello menaruh telur di atas kepala Cielo, pasti telur itu matang. Ello memang ahli membuat orang lain kesal dan marah padanya. Itu sudah menjadi keahliannya.

"Intinya, kamu masih bisa bekerja di Poseidon asal kamu harus menjaga sikapmu! Dan ingat, jangan sampai kejadian malam itu sampai tersebar ke mana pun!" ancam Cielo.

"Hmmm, baiklah."

"Kalau sampai ada yang tahu, aku akan langsung menyalahkanmu!"

"Tanpa bukti sekalipun? Astaga, belum apa-apa nyawaku sudah terancam."