21 21. Bertemu Dengan Sang Bos

Hidupnya sudah terlalu banyak kepedihan. Tidak heran jika Ello gampang kecewa pada orang lain.

"Kamu mengataiku angkuh dan sombong? Astaga! Kamu ini benar-benar menyebalkan ya! Heh! Ingat ya! Kamu sudah pernah merusak baju kesayanganku! Sebenarnya, aku ingin mengembalikan pekerjaanmu lagi, tapi karena kamu sudah berkata-kata kasar padaku, aku tidak akan pernah menerimamu lagi di perusahaanku!" bentak Cielo.

Ello pun terkejut. "Kamu mau menerimaku lagi di sana memangnya?"

"Tidak akan!!"

"Hmmm, dasar tidak tahu terima kasih," sahut Ello.

"Apa?! Kamu ini maunya apa sih? Aku sudah berusaha untuk bicara baik-baik denganmu, tapi kamu malah mengata-ngataiku! Dasar berengsek!"

"Eh, yang berengsek itu pacarmu itu! Dia sudah hampir menodaimu. Aku itu sudah menolongmu. Seharusnya kamu berterima kasih padaku."

"Ya Tuhan. Bagaimana bisa ada manusia macam kamu di dunia ini? Aku sudah berterima kasih padamu dan kamu tidak menerimanya!"

Entah mengapa Ello jadi ingin tertawa mendengar wanita itu marah-marah di telepon. Ia pun tak tahan lagi untuk terkekeh.

"Kamu tertawa?!"

"Ya, habisnya kamu lucu. Kamu marah-marah seperti itu padaku. Aduh, astaga. Aku sudah lama tidak pernah bertengkar dengan wanita. Biasanya aku bertengkar dengan nenekku," ucap Ello sambil terkekeh.

"Kamu menyamakanku dengan nenekmu?"

"Tidak, tidak. Bukan begitu. Ah, sudahlah. Jadi, intinya kamu mau bertemu denganku, begitu? Mau bertemu di mana kita? Kamu mau mengajakku makan malam? Boleh kalau begitu. Kamu yang bayar tapi ya. Aku tidak akan sanggup mentraktir wanita kaya raya sepertimu. Hasil kerja kerasku sebulan ini saja tidak akan dibayar. Mau bagaimana aku membayar makan malam untukmu."

"Aku tidak meminta dibayar olehmu!" bentak wanita itu.

"Hmmm, baguslah kalau begitu. Ayo, kita mau bertemu di mana?"

Cielo mengeluarkan suara seperti mengeluh. "Dasar pria menyebalkan. Nanti aku akan mengirim pesan singkat padamu."

Lalu telepon pun terputus begitu saja. "Halo? Halo? Cielo? Bu bos?"

Ello menatap layar ponselnya dan membaca pesan singkat dari nomer aneh yang tadi. Ia pun menyimpan nomor Cielo.

Sejujurnya, Ello sudah kecewa berat dengan wanita itu. Sungguh bos yang tidak punya hati. Betapa teganya ia menyingkirkan Ello yang sudah menyelamatkan harga dirinya.

Mulai sekarang, Ello harus berhenti mencampuri urusan orang lain. Ia tidak boleh terlalu baik dan peduli pada orang lain karena ujung-ujungnya malah ia yang mendapatkan masalah.

Dengah enggan, Ello mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke restoran itu. Ello tahu jika itu adalah restoran mahal. Kalau sampai Cielo menyuruhnya untuk membayar makanannya, maka uang tabungannya akan terkuras banyak.

Ello mengenakan kaus dan celana jeans usang. Seharusnya ia membeli baju baru untuk dirinya sendiri, tapi ia tidak sempat dan lagi uangnya tidak banyak. Lebih baik Ello menghemat uangnya untuk makan dan membeli bensin.

Ia mengendarai motornya menuju ke restoran mewah itu. Sesampainya di sana, sang pelayan restoran menyapanya. Ello menyebut nama Cielo, lalu ia pun diarahkan ke sebuah ruangan privat yang berada di lantai atas.

Sudah lama sekali ia tidak mendatangi restoran mahal dan bahkan berada di ruangan privat. Ini rasanya aneh sekali.

Ternyata wanita itu belum datang, padahal ia yang menegaskan agar Ello tidak datang terlambat. Ia melipat tangannya di dada sambil bersandar.

Ruangan itu memang sangat nyaman dengan AC yang sejuk dan diiringi dengan musik jazz yang menenangkan. Sang pelayan restoran datang untuk menyajikan jus stroberi segar di meja.

Segera saja Ello menyeruputnya. Rasa asam dan manis menjadi satu. Rasanya nikmat sekali.

Lalu, pintu ruangan terbuka dan seorang wanita berbalut blouse mahal bermotif kotak-kota dan rok sepan di bawah lutut berjalan mendekatinya. Sepatu hak tingginya berbunyi tak tok tak tok setiap kali ia melangkah.

Ello pun berdiri untuk menyambutnya. Ia mengulurkan tangannya untuk bersalaman, tapi wanita itu hanya menatapnya dengan sinis dan kemudian duduk di seberangnya.

Ello menurunkan tangannya sambil mengangkat alisnya. Merasa tidak digubris, Ello pun rasanya tidak enak hati. Wanita itu pasti masih sangat marah padanya.

Cielo menaruh tas tangannya yang pasti berharga puluhan juta. Matanya menatap Ello dengan tajam.

"Hai," sapa Ello santai.

"Hai? Setelah kamu menyebutku wanita kaya raya yang sombong, kamu memanggilku hai?"

Ello berdeham. "Jadi, aku harus bagaimana? Selamat malam, Ibu Cielo. Begitu?"

"Ini masih sore."

"Ah, iya. Baiklah. Jadi, apa yang kamu inginkan dariku?"

Cielo mendengus. "Sebenarnya aku malas untuk bertemu denganmu karena ucapanmu tadi."

"Oh ya? Lalu kenapa kamu masih tetap mau bertemu denganku?" Ello memiringkan kepalanya.

Cielo tampak kesal seperti yang akan menelan Ello hidup-hidup.

avataravatar
Next chapter