webnovel

Awal dari penderitaan

Suasana tegang mulai terjadi antara Billy dan ibunya. "Kenapa kamu marah-marah sih?" tanya Wanda tanpa rasa bersalah atas apa yang dia lakukan.

"Kenapa?" ulang Billy. "Mama tahu ngak kalau mama sudah kelewatan?" tanya Billy.

"Kamu kok jadi belain dia sih?" tanya balik wanda.

"Ah… jangan-jangan kamu suka ya sama gadis kampung itu?" tuduh Wanda. Mendnegar itu Billy seakan salah tingkah.

"Mana ada! Billy takutnya dia nggk bisa pegang omongannya lagi dan memilih memberkan kehamilannya," elak Billy

"Awas saja sampai kamu suka beneran sama dia," ancam Wanda.

"Mulai sekarang mama jangan ikut campurlagi urusan Billy, Titik!"

"Sejak kapan kamu berani bentak mama?"

"Sejak mama sudah kelewatan. Mama juga sudah membahayakan anak Billy."

"Anak kamu, kalau sama kau saja mau melakukan hal itu maka bisa jadi dia melakukan sama yang lain," kata anda seolah merendahkan Jesica.

Perdebatan cukup panjang. Hingga akhirnya Robin mengirimkan pesan kepada billy yang membuatnya segera meninggalkan kediaman Admadja setelah mengambil uang dan emas kawin pernikahan yang diambil oleh ibunya. "Bil… mau kemana?" tanya Wanda dengan suara sedikit berteriak. Namun billy tidak menoleh sedikitpun. Ia segera berjalan dengan cepat.

Wanda semakin membenci Jessica saat melihat Billy menjadi gampag marah kepadanya. Billy tidak pernah melakkan hal itu bahkan berteriak kepadanya sebelum bertemu Jesica. Sehingga Wanda mengira Jesica membawa pengaruh buruk kepada Billy.

***

Billy yang berada di tengah perjalanan merasa sangat kawatir saat membaca pesan dari Robin mengenai keadaan Jesica.

"Bil, Jesica badannya demam." Hanya satu kalmat yang di kirimkan oleh robin melalui pesan singkat. Tapi Billy sudah sekahawatir itu. Bahkan dia tidak berpmitan dengan Wanda saat pergi dari rumah keluarga Admadja.

Billy menghentikan mobilnya begitu saja saat sampai di depan rumahnya. Ia melihat masih ada robin berjaga di depan rumah. "Lo kenapa disini?" tanya Billy.

"Istri lo nggak mau di bawa ke kamar," jawab Robin.

Dengan bergegas Billy melihat Jesica yang meringkuk di sofa. Dia menemperlkan telapak tangannya didahi Jesica. Dengan cepat ia menggendongnya dan membawanya ke mobil. Tanpa intruksi dari Billy, Robin mengerti ia harus membuka pintu mobil dan mengantar mereka. Dari spion yang ada di dalam mobil, Robin melihat perhatian yang besar pada diri Billy kepada wanita yang ada dipangkuannya tersebut. ia hanya tersenyum tipis dan berharap hubungan antara Jesica dan Billy tidak benar-benar menjadi sebuah kontrak sembilan bulan.

Setelah tiga puluh menit perjalanan, Robin segera memanggil seorang perawat yang sedang berjaga di ugd. Mereka segera membantu Billy yang masih menggendong Jesica.

"Lo terlihat sangat khawatir," bisik Robin.

"Gue hanya mau membalas kebaikannya, karena dia pernah merawat gue saat gue sakit," sahut Robin. Namun, wajah Billy terlihat sangat merah dan tidak berani menatap langsung mata Robin.

"Yakin? Gue takutnya elo nyaman dan nggak jadi kontrak deh nikahnya," ledek Robin.

"yakinlah."

****

Hari demi har hubungan antarai Jesica dan Billy semakin dingin, mereka jarang sekali bertemu. Dirumah maupun di kantor. Billy memilih pulang kerumah orang tuannya. Karena setiap dia pulang kerumah Jesica, maka wanda akan berulah. Terlebih saat dokter mengatakan kalau Jesica sangat lemah kandungannya membuat Billy mennjauh dari Jesica. Meskipun tidak tinggal satu rumah, Billy tetap memberikan perhatian. Hanya saja Jesica seolah mati rasa. Dia hanya menerima makanan itu tapi tidak memakannya. Selain karena dia tidak mau di tuduh menjadi wanitayang memanfaatkan suami, Jesica juga sedang tidak ingin makan yang diberikan oleh Billy.

Kandungan Jesica semakin besar , kini sudah memasuki umur ke empat. Bimo beberapa kali menanyakan tentang adat yang akan di adakan ibu hamil nantinya, karena jika di jawa selalu ada acara tiga bulanan dan tujuh bulanan. Dan biasanya saat mengadakan acara tujuh bulanan, sang ibu dan ayah dari jabang bayi akan melakukan siraman dengan kembang tujuh rupa. Bimo di tuntut ibunya untuk menanyakan hal itu kepada kakaknya, tapi jesica tidak bisa memberikan jawaban yang pasti. Pertanyaan Bimo itu mengganggu Jesica. Memang masih lama untuk mencapai umur kehamilan tujuh bulannya, tapi seorang ibu akan memeprsiapkan jauh-jauh hari.

"Jes, lo kok lemes?" tanya Putri yang menghampiri Jesica yang sedang duduk di kantin sendirian.

"Aku tuh bingung, put. Kehamilanku masih segini, tapi ibuku udah menanyakan acara siraman tujuh bulanan," jawab Jesica.

"Kenapa bingung?"

"Suamiku belom tentu bisa pulang."

"Ya makanya kamu kasih tahu suamimu untuk ambil cuti mumpung masih jauh, jadi bisa di bicarakan sama atasannya," usul Putri. Jesica mendengar itu hanya tersenyum di ujung bibirnya. "Mana ada, orang kita sekantor," batin Jesica.

Percakapan mereka tidaksengaja di dengar oleh Robin yang sedang lewat didepan kantin. Dengan cepay dia memberitahu sepupunya akan hal itu. "Memangnya harus ada acara itu ya?" tanya Billy saat menedegar informs dari Robin.

"Iyalah, apa lagi itu anak pertama," jawab robin dengan tatapan penuh profokator.

Setelah informasi tentang siraman di kehamilan istrinya, Billy mulai mengatur jadawal untuk pergi ke Surabaya nantinya. Dia ingin memberikan kejutan kepada keluarga Jesica. Namun beberapa hari kemudian seseorang yang sangat berarti di hidup Billy kembali. Rossa, kekasih Billy yang menjadi model di luar negeri kini kembali ke tanah air tanpa sepengetahuan Billy.

"SURPRISE!" seru seorang gadis yang sanagt cantik saat membuka ruangan Billy.

"Ro… Rossa!" Billy terlihat gugup dengan kehadiran Rossa tiba-tiba.

"Kamu kok kelihatan nggak suka sih?" tanya Rossa dengan manja.

"Aku hanya shok kamu datang tiba-tiba," jawab Billy dengan mata bergetar melirik kearah ruangan Jesica.

"Aku sudah kangen banget sama kamu," kata Rosa dengan manja dan duduk di pangkuan Billy

"Beberapa bulan ini kita tidak terlalu berkmunikasi," imbuhnya dengan tangan yang mengalung di leher Billy.

"Iya, aku sibuk."

"Aku tahu. Tapi sekrang aku sudah kembali, jadi kita bisa punya banyak waktu untuk melakukan banyak hal," kata Rossa dengan senang.

"Selamat pa…." seorang perempuan mengurungkan kalimatnya saat memasuki ruangan Billy. perempuan itu adalah Jesica. Dia masuk membawa berkas di tangannya, namun dia melihat suaminya sedang bermesraan dengan seorang gadis yang jauh lebih cantik dan modis darinya.

"Maaf, nanti saya akan kembali lagi," kata Jesica yang hendak meninggalkan ruangan Billy.

"Masuk saja," cegah Billy dan meminta Jesica untuk masuk. Dengan langkah yang berat Jesica mendekati meja Billy. Rossa tetap menempel pada Billy yang sedang membuka satu persatu berkas yang di bawa oleh Jesica

"Kamu hamil ya?" tanya Rossa kepada Jesica.

"E… i-iya," jawab Jesica dnegan gugup.

"Sayang, nanti aku mau hamil kayak gitu sama kamu," kata Rossa kepada Billy.

Kalimat itu membuat Jesica bergetar. Dengan cepat dia mengambil berkas yang di sodorkan oleh Billy. dia tidak menuntut penjelasn dan tidak ingin cemburu. Namun, rasa itu tiba-tiba muncul begitu saja. Billy merasa berhutang penjelasan kepada istrinya itu.

Next chapter