webnovel

Prolog

"Aku tidak bisa melakukanya Ma? "

"Tolonglah kami Kayla, sekali ini saja. Mama mohon." Mamaku mulai terisak sambil bersimpuh di depanku.

"Mama tidak pernah memohon kepadamu sebelumnya Kayla, Mama mohon ini pertama dan terakhir kalinya. Tolong lakukan ini demi nama baik keluarga kita hiks...hiks... "

Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang. Melakukan permintaan Mamaku atau menolaknya. jujur aku tak ingin melakukannya, aku tak mau. Tapi...

Dan akhirnya disinilah aku. Duduk di pelaminan setelah mengucapkan ijab kabul dengan lelaki yang tidak ingin aku nikahi. Pria buta kaya, tunangan kakak tiriku Kak Wendy.

Pria itu bernama Alvaro Pratama, anak tunggal keluarga Pratama yang akan menjadi penerus perusahaan Pratama Raya. Tepat 6 bulan yang lalu ia mengalami kecelakaan mobil dan menciderai kedua matanya hingga buta. Sebelum kecelakaan itu terjadi ia sudah bertunangan dengan kak Wendy. Tapi sayangnya kak Wendy kabur dihari pernikahannya yang telah ditentukan oleh kedua belah pihak dengan alasan tak ingin menjadi istri dari laki-laki cacat yang akan membuat hidupnya susah.

Aku bertemu dengan Alvaro hanya sekali saat dia melamar kak Wendy. Itupun kami tidak pernah berbicara, hanya tahu nama saja dari mama dan papa.

Dan aku adalah anak tiri dari ayahku yang sekarang, Pak Herman Dermawan. Ibuku menikah dengan beliau saat usiaku 10 tahun. Dan kini usiaku yang baru menginjak 20 tahun harus menikah dengan orang yang tidak menginginkanku.

Inilah nasibku harus mengantikan pengantin perempuan yang kabur untuk menyelamatkan kehormatan keluarga dimata publik.

🌕🌕🌕

" Aku tidak mau tidur satu kamar denganmu." kata Alvaro ketus saat kami sudah sampai dirumahnya yang megah.

"Baik."

" Dan jangan ikut campur urusanku."

"Baik."

"Dan satu lagi, aku akan ceraikan kamu setelah aku mendapatkan donor mata yang cocok untukku. Jangan berharap lebih tentang pernikahan kita Kayla karena aku terpaksa menikahimu. Bagiku kamu cuma penganti. Bila nanti aku sudah menemukan Wendy kamu harus menghilang dari hidupku karena aku akan menikah dengannya. "

"Baiklah, semua terserah padamu kak." jawabku pelan.

"Keluar."

"Baik kak." akupun melangkahkan kakiku menjauh dari pria itu, pria yang tak menganggapku istri biarpun kami sudah menikah.

"Non kayla, mari bibik antar ke kamar Non." Bik Asih, asisten rumah tangga keluarga Pratama yang sudah mengabdi lebih dari 20 tahun. Saat ini beliau ditugaskan untuk menjaga Alvaro beserta 10 pegawai lainnya termasuk supir dan tukang kebun di rumah mewah ini.

"Non Kayla mohon bersabar menghadapi Tuan Alvaro ya. Biarpun dia terlihat dingin dan galak tetapi sesungguhnya beliau adalah pria yang baik."

Aku hanya tersenyum mendengar perkataan Bik Asih. Baik apanya, baru saja menikah sudah mengancam akan menceraikanku.

"Wah, kamar ini bagus sekali Bik. Bibik ngak salah kamar kan? " tanyaku saat kami sampai di salah satu kamar yang berada di lantai 2. Ya, lumayan jauh dari kamar Alvaro yang berada di lantai bawah. Seakan-akan ia sengaja menjauhkan diriku dari dirinya.

Sambil memperhatikan seluruh kamar aku meletakkan koperku di samping nakas. Kamar ini bewarna putih dan pink muda dimana perabot didalamnya terlihat mewah dan mahal. Biarpun keluargaku tergolong mampu, tetapi kamarku tak seindah dan semewah ini.

"Sebenarnya kamar ini sering ditempati Tuan Alvaro dan Nona Wendy bila Nona Wendy menginap disini." bisik Bik Asih.

"APA !?"

"Menginap disini, berdua dengan Alvaro di kamar ini? Itu berarti mereka sudah..." batinku.

"Tuan Alvaro yang mengijinkan Non Kayla tinggal disini dengan satu syarat anda tidak boleh merubah apapun yang ada di kamar ini"

"Oh, Aku mengerti bik terima kasih." Bik Asih permisi keluar untuk menyelesaikan tugasnya di dapur.

Kamar yang bagus, tetapi tak sebagus suasa hatiku sekarang. Bagaimana aku bisa nyaman bila kamar yang aku tempati adalah tempat yang dulu pernah digunakan suamiku dan Kak Wendy untuk bercinta. Bagaimana aku bisa tidur nyenyak bila kasur yang aku tiduri adalah tempat dulu mereka memadu kasih. Menjijikan sekali,bukan? Apa lagi banyak bingkai foto mereka berdua yang sangat mesra tertempel di dinding kamar. Bahkan di kamar mandi juga ada satu foto yang lumayan besar dengan gaya sexy dan sensual dari keduanya.

Aku duduk di depan meja rias dan iseng membuka salah satu laci yang ada dibawah meja rias. Aku membelalakkan mataku tak percaya saat aku temukan sesuatu di dalamnya. Ada sekotak kondom yang isinya tinggal sedikit dan beberapa obat kontrasepsi. Aku yakin itu milik Alvaro dan Kak Wendy.

Aku tertawa miris dan juga sedih.

"Sejauh itukah hubunganmu dengan Kak Wendy sampai harus melakukan hubungan badan sebelum menikah." walau aku tidak mencintai suamiku tetapi hatiku juga sakit mengetahui fakta yang menjijikan ini.

"Apa kamu ingin menyiksa hatiku dengan memberikan kamar ini untuk aku tinggali Alvaro? Sebenci itukah dirimu padaku?" tanpa aku sadari setitik air menetes dari mataku.

Next chapter