1 Awal Cerita Menikah dengan Mantan

"Tinggal dua jam lagi nih, Olive. Pangeran lo bakal nikah sama perempuan lain."

"Haruka! Jangan ngomong sembarangan lagi! ini tempat pernikahan klient kita loh!"

Olivia yang mencek persiapan pernikahan klientnya ini, menegur Haruka yang terus-terusan membahas soal ...

"Ya tapikan Kak Rafael ini pangeran pujaan lo. Bentar lagi nikah. Dan lo gak ngerasa apa-apa gitu di pernikahan ini lo malah jadi WO pernikahan mereka."

"Haruka, please! Di pernikahan ini gak boleh ada kesalahan apa-apa. Fokus sama kerjaan kita. Dan jangan bahas itu lagi."

Haruka mendengus, lalu ia mengangguk singkat. "Gue harap sih, lo bener-bener udah move on, Olive," gumamnya lalu mengambil data persiapan pernikahan.

"Gimana persiapan pernikahannya?" Gadis cantik berparas setengah bule itu datang menyapa dengan pertanyaan.

"Udah seratus persen sih nih, Gin. Kita bakal kasih yang terbaik untuk klient istimewa," balas Olivia.

Gina tersenyum samar mendengar respon Olivia yang terkesan santai dan baik-baik saja.

Mungkin itu terdengar bagus, tapi entah mengapa Gina merasa sebaliknya.

"Lo tuh udah kayak kakak gue beneran tau gak sih, Olive," ujar gina semabari memeluk Olivia.

"Selamanya gue bisa kok jadi kakak lo. Selama lo mau anggap gue lebih tua dari lo," balas Olivia dengan candaan kecil yang seharusnya membuat Gina tersenyum namun malah sebaliknya.

"Kenapa tuh?" celetuk Haruka.

Gina dan Olivia mengikuti pandangan Haruka. Olivia mengambil ponselnya dan menelpon perias yang ada di kamar pengantin.

"Ada keributan di kamar pengantin," ujar salah satu tim yang baru memasuki ballroom yang akan dilangsungkannya acara.

"Keributan apa?" tanya Haruka cepat.

****

Olivia, Haruka, Gina dan seperangkat tim lainnya berlari ke arah kamar pengantin yang telah di siapkan di hotel itu. Begitu sampai di sana, mereka mendengar suara teriakan.

Mempelai wanta yang menangis dan seluruh keluarga mempelai wanita yang diusir paksa.

Saat itu juga para tim menjadi kacau. Pernikahan yang di buat sesempurna mungkin dengan kerja keras mereka ini menjadi tak terkendali lagi.

"Kalau acaranya batal, harus bagaimana menghadapi para tamu yang akan datang satu jam lagi?"

Setengah jam lagi akan di langsungkan akad nikah. Dan setengah jam setelah itu pesta. Bagaimana menyambut pesta kalau pengantin wanitanya di usir.

Olivia selaku ketua tim tentu saja yang paling pusing saat ini. Ia menemui Rafael. Mengajaknya berbincang serius.

"Batalkan saja bagaimanapun caranya. Aku tanggung kerugiannya." Sepasrah itu Rafael berkata.

"Membatalkan memang mudah," balas Olivia. Ia tau Rafael saat ini frustasi. Tapi untuk berpikir sesempit ini, bukan penyelesaian masalah terbaik. "Tapi bagaimana reputasi keluarga kamu? Tante Carina? Dan semua pertanyaan yang akan masuk dari para wartawan? Kamu itu pengusaha terkenal."

Olivia mencoba memberi Rafael pertimbangan agar pria itu memikirkan lagi keputusan untuk membatalkan pernikahan

"Terus? Kamu punya solusi?" Rafael berbalik. Rambutnya acak-acakan lantaran sudah berkali-kali di remas olehnya. "Jangan berkata apa-apa kalau kamu tidak punya solusi!" Mata Rafael berapi-api menatap Olivia.

"Kau bicarakan saja dengan Falencia. ini bisa di lewati jika..."

"Aku tidak akan sudi menikahi wanita hamil! Aku tidak sudi menjadi suami apalagi ayah dari wanita menjijikan itu! Dia selingkuh kau tau hah?!"

Suara Rafael menggema seluruh sudut kamar pengantin. Beruntung tidak ada wartawan, dan tempat ini pribadi. Kalau tidak, habis sudah reputasi keluarga Arseno.

Untuk ini, Olivia tau Rafael tak bisa lagi menerima masukan. Ia berangsur mundur membiarkan Rafael ruang untuk berfikir.

"Tante!"

Jeritan demi jeritan menyambut wanita parubaya yang tiba-tiba lumpuh sembari memegangi dada. Gina yang paling histeris melihat mamanya lumpuh seketika.

Tante Carina, Mama Gina dan Rafael itu di bawa ke tempat tidur yang penuh dekorasi. Diberi air putih dan di tenangkan perlahan-lahan.

Mama dan Papa Olivia masuk juga dengan wajah syok begitu mendengar kabar mengejutkan ini.

Semua berfikir tentang bagaimana. Sementara tim WO dan Olivia sendiri, hanya bisa menunggu keputusan terakhir keluarga mempelai. Olivia nampak pasrah di samping Tante Carina sembari memegangi minyak angin.

Kalau keputusan pembatalan, maka ia yang akan menjadi perwakilan utama saat wartawan memenuhi ballroom nanti.

"Olive... Olive..." Tante Carina dengan nada yang sangat lemah memanggil Olive.

Dengan lembut Olive meremas tangan Tante Carina dan membisikkan kalau ia ada di samping beliau.

"Tolong Tante, Olive," jerit tante Carina dengan suara yang sangat pelan namun dengan wajah yang sangat tersiksa.

"Tante butuh apa? Biar Olive ambilkan. Tante mau Olive carikan oksigen?" tanya olivia dengan sabar.

Tante Carina menggeleng. "Tolong..." suara beliau hampir tak bisa Olivia dengar.

"Apa tante? Olive tidak dengar," tanya Olive tidak dapat mendengar dengan jelas.

"Tolong menikah dengan Rafael," ulang beliau yang terdengar sangat jelas bukan hanya oleh Olivia, tapi juga para keluarga dan tim organezernya.

"Rafael sangat hancur, Sayang. Tolong Tante. Buat Rafael bahagia.

Olivia tak bisa berkata apa-apa. Sungguh dirinya tak bisa merespon apapun dari permintaan ini. sekilas Olivia kasian dan sangat ingin membantu Tante Carina. Tapi, ini semua tak semudah perkataan menikah.

Gina cepat menarik Olivia yang saat itu mematung. Ia membawa Olivia keluar kamar.

"Aku mohon." Gina hampir berlutut pada Olivia. "Tolong mama, Kak Olive. Tolong penuhi keinginan mama." Gina memohon-mohon dengan bersaha berlutut pada Olivia.

Namun Olivia dengan cepat menahan dan memeluk gina dengan erat. "Maaf, Gin." Olivia menggeleng. "Sesulit itu kakak dulu melupakan masa lalu, bagaimana bisa kakak menerima semuanya. Kakak melewati malam yang tidak menyenangkan untuk melupakkan imajinasi tentang pernikahan, lalu setelah Kakak melupakan semuanya, bagaimana bisa kakak kembali dengan rasa...."

Olivia tak lagi mampu berkata apa-apa. Ia ingin memberitahu Gina kalau ia tak bisa.

Gina pun pasti mengerti alasan Olivia tentang hal itu. Olivia di putuskan begitu saja, dan harus melewati masa-masa move on seorang diri.

Dan tragedi ini, terlalu nahas untuk meminta Olivia membantu keluarga Arseno. Apalagi ini urusannya Rafael. Orang yang sempat menjadi hama menjijikan di telinga Olivia begitu sepucuk surat mendarat di rumahnya dengan hanya sebersit kata Rafael memutuskan hubungan mereka.

Gina yang menangis meratapi hal yang tidak mereka duga sebelumnya. Ia berangsur memahami perasaan Olivia. Melepas pelukan dan menghapus air mata Olivia.

Ia mengangguk pelan lalu masuk ke kamar menemui Tante Carina.

Memang rasanya Olivia sungguh bersalah menolak keinginan Tante Carina. Tapi bagaimana tentang dirinya juga. Ia tidak mungkin bisa menerima Rafael dan dirinya bersama Rafael tidak dalam kondisi bisa saling menerima.

Yang saat itu ia harapkan adalah Rafael yang melonggarkan hatinya lalu menerima Falencia meski masalah keduanya memang tidak bisa membuat Rafael akhirnya mau melanjutkan pernikahan ini.

Bersambung...

avataravatar
Next chapter