webnovel

On A Rainy Day

Cinta Adelia, menatap ke arah pelaminan untuk sesaat sebelum memutuskan pergi. Pergi dari acara pernikahan yang harusnya menjadi pernikahannya. Ya. Harusnya hari ini Cinta yang berdiri di pelaminan bersama Eden, bukan Olivia.

Semua berawal dari 15 hari lalu. Ketika Oliv dan Eden datang padanya dan mengakui hubungan gelap mereka dibelakangnya.

Fakta itu membuat Cinta sangat syok. Dan yang paling membuatnya makin syok adalah kenyataan kalau Oliv sedang hamil anak dari tunangannya sendiri. Dan membuat Eden mengambil keputusan membatalkan pernikahannya dengan Cinta untuk menikahi Oliv.

Yang paling bikin sakit hati, dua orang yang tidak tahu malu itu mengambil tanggal pernikahan Cinta dan Eden. Bahkan menggunakan semua hal yang sudah dipersiapkan Cinta selama berbulan-bulan lamanya. Dan Oliv adalah sahabat baik Cinta.

***

“Maaf, Ta, tapi kami gak ada jalan lain. Kandungan Oliv sudah masuk dua bulan dan kami gak bisa menunda lebih lama lagi.” Itu yang dikatakan Eden saat itu pada Cinta.

“Kenapa?” tanya Cinta saat itu. “Kenapa kalian tega? Dua minggu lagi kita nikah Den, kita sudah pacaran lebih dari 6 tahun dan….” Cinta beralih menatap Oliv. “Dan kamu malah selingkuh dengan sahabatku? Sampai hamil?”

“Maaf,” bisik Eden kala itu sambil menunduk dalam.

Oliv yang sedari tadi diam juga ikut menunduk mengucapkan kata maaf, tapi semua sudah terlambat. Hati Cinta sudah hancur berkeping-keping. Dua orang yang paling dia percayai, justru menikamnya dari belakang.

“Maaf, Ta. Aku benar-benar minta maaf,” Oliv mulai terisak dengan kepala menunduk. “Waktu itu kami khilaf, kami...”

“Stop,” Cinta segera memotong kalimat Oliv. Dia tidak ingin mendengar apapun dari mulut perempuan itu.

“Sekarang aku mengerti. Aku kini tahu kenapa kamu selalu ngekorin aku dan Eden pas lagi kencan,” tuduh Cinta pada Oliv.

“Aku tidak...”

“Lalu kenapa? Apa alasanmu?” tanya Cinta dengan mata yang mulai berkaca.

“Ta, jangan salahin Oliv. Aku yang salah,” Eden berusaha menengahi, tapi itu membuat Cinta makin emosi.

“Ternyata kamu gak sebaik yang aku duga ya. Kamu jahat, Den. Kalian berdua jahat," hardik Cinta marah.

Cinta yang tidak bisa lagi menahan air matanya segera beranjak pergi dari cafe tempat mereka bertemu. Itulah hal terakhir yang diingat Cinta, ketika Eden dan Olivia mengakui perbuatan mereka.

Lelaki yang dipacarinya lebih dari enam tahun, hampir tujuh. Dan lelaki yang berjanji akan menjaganya itu justru tidur dengan sahabat baiknya sejak SMA sampai hamil. Perempuan mana yang tidak sakit hati? Dan dengan tidak tahu dirinya dua orang itu memberikan undangan padanya?

Undangan yang seharusnya menuliskan nama Cinta Adelia dan bukan Olivia Hermanto. Itu yang membuat Cinta makin sakit hati.

Awalnya Cinta tidak ingin hadir, tapi dia juga harus menunjukkan kalau dirinya baik-baik saja tanpa dua orang pecundang itu. Jadilah Cinta mendatangi acara itu ditemani dua sahabatnya yang lain.

Cinta dan kawan-kawan sama sekali tidak memberi ucapan selamat dan hanya memandang dari kejauhan. Tapi itu sudah lebih dari cukup untuk membuat Eden tertunduk ketika tidak sengaja melihatnya. Berbeda dengan Oliv yang masih bisa tersenyum walau sangat tipis.

“Tidak tahu malu sekali sih dia,” seru salah satu sahabat Cinta. Dua orang yang menemani Cinta, sama-sama menatap sinis ke pelaminan.

“Aku ingin ke toilet dulu ya,” seru Cinta sedikit lirih, mengalihkan tatapannya dari pelaminan.

“Mau ditemani gak?” tanya sahabat Cinta. Dan langsung dijawab dengan gelengan kepala pelan oleh Cinta.

Cinta berjalan menjauhi kerumunan. Kerumunan yang membicarakan pernikahan tidak wajar Eden Brawijaya. Teman-teman Eden dan Oliv tentu tahu kalau selama ini dua orang itu tidak berpacaran. Dan orang yang tahu fakta itu, diam-diam melirik Cinta yang berjalan dengan tatapan sendu.

Cinta masih bisa mendengar kicauan sarat kata kasihan dari orang-orang disekitarnya, tapi dia menulikan telinganya. Bahkan ketika seorang pria memanggilnya, Cinta tidak menggubris dan terus berjalan keluar tempat resepsi.

“Cinta,” seorang pria yang sangat mirip dengan Eden memanggil.

Orang itu kembali memanggil, tapi cinta tidak kunjung menyahut. Baru juga orang itu ingin mengejar Cinta, tangannya sudah ditarik oleh seorang wanita berumur akhir 40-an yang memakai kebaya.

“Kamu mau ke mana? Jangan ditinggal acaranya, Za.”

Wanita itu menarik si pria tadi ke arah pelaminan. Dan pria itu hanya bisa pasrah ditarik, tapi matanya tetap menatap punggung Cinta yang makin menghilang dikejauhan.

Cinta berjalan dari gedung acara dengan langkah gontai. Dari awal niatnya memang bukan ke toilet, tapi hendak keluar dari tempat ramai itu. Dia merasa sangat sesak berada di sana. Selain merasa sesak, Cinta juga merasa ingin sekali menangis. Air matanya sudah nyaris turun, tapi dia mati-matian menahannya.

Seolah tahu rintihan hati Cinta yang malang, langit tiba-tiba saja bergemuruh. Langit yang awalnya hanya mendung biasa saja, mendadak jadi gelap gulita dan hujan turun dengan deras tak lama kemudian. Sangat deras bagai air bah tumpah ke bumi. Saat itulah, Cinta menangis sejadi-jadinya.

Walau hujan turun makin deras, Cinta tidak berhenti melangkah. Langkahnya pun terasa sangat pelan dan ringkih, tapi dia sangat tegar menembus hujan. Membiarkan air yang turun dari langit itu membasuh air mata yang berjatuhan dari sudut matanya.

“Kenapa harus aku? Kenapa aku sesial ini?” raung Cinta berusaha mengalahkan gemuruh hujan.

Padahal selama ini Eden tidak pernah macam-macam padanya. Jangankan ajakan tidur bersama, berciuman di bibir saja tidak pernah. Eden memang pernah beberapa kali mengecup sudut bibirnya, tapi itu saja tidak pernah lebih.

Cinta pikir itu karena Eden mencintainya dan ingin menjaganya sampai menikah, tapi kenyataannya tidak seperti itu. Eden justru pergi tidur dengan sahabat baik Cinta dan dirinya tidak bisa menerima hal itu. Tidak bisa menerima rasa sakit yang dideritanya.

Cinta yang tadi berjalan tak tentu arah, kini memperhatikan sekitarnya. Dengan hujan yang selebat ini, Cinta tidak bisa mengenali lingkungan sekitarnya. Dan entah bagaimana, tiba-tiba saja ide gila menghampiri pikirannya.

Wanita yang amat sangat mencintai Eden Brawijaya itu merasa tidak bisa hidup tanpa pria itu disisinya. Dia tidak akan bisa hidup tanpa Eden, jadi untuk apa hidup lagi?

Dari kejauhan, Cinta bisa mendengar klakson truk yang terdengar khas. Padahal hujan sangat deras, seharusnya dia tidak akan bisa mendengar suara klakson dari jauh sejelas itu. Tapi Cinta mendengarnya, seolah itu adalah panggilan untuknya.

Dengan sangat perlahan, Cinta yang tadinya berjalan di tortoar, kini melangkah di atas hitamnya aspal. Langkahnya pelan dan pendek, jadi ketika Cinta sudah sampai di tengah, truk yang tadi didengarnya sudah terlihat. Walau terlihat samar karena hujan lebat, truk dengan bodi besar itu tetap terlihat.

Entah karena hujan atau apa, sopir truk sama sekali tidak melihat Cinta, bahkan dengan lampu sein yang menyala terang. Sosok ramping Cinta seolah membaur dengan hujan. Dan…

Bruk….

Sopir truk baru menginjak rem ketika merasa telah menabrak sesuatu. Sayangnya semua itu terlambat, tubuh Cinta telah terpental dan terjatuh di aspal yang dingin. Air hujan yang menghantam aspal pun seketika menjadi berwarna merah.

Mata Cinta sudah terasa sangat berat, tapi dia samar-samar masih bisa mendengar seseorang meneriakkan namanya dari jauh. Suara yang terdengar familiar, tapi juga tidak dikenali. Cinta bahkan masih bisa melihat bayangan seseorang mendekatinya seiring hujan yang mulai mereda, sebelum matanya benar-benar menutup.

***

“HAAA….”

Helaan napas panjang mengiringi mata Cinta yang membuka lebar. Tubuhnya berkeringat, napasnya memburu dan tulangnya terasa sedikit sakit.

Cinta beranjak bangun, tuk kemudian bersandar di kepala ranjang. Dia mengamati keadaan sekitarnya dan kebingungan karena menyadari dirinya terbangun di kamar kos yang sudah dihuninya beberapa tahun terakhir.

“Kenapa aku di rumah? Bukan di rumah sakit?” seru Cinta sangat bingung. “Tidak bukannya aku sudah mati ya?”

Ya. Harusnya saat ini Cinta sudah mati. Dia sangat ingat saat tubuhnya dihantam mobil truk yang besar. Cinta ingat betapa sakitnya hal itu, jadi kenapa dia bisa ada di kamar kos?

Suara alarm dari ponsel membuat Cinta terlonjak. Refleks saja, tangannya menjangkau ponselnya yang ada di nakas dan mematikan alarmnya. Dan ketika Cinta tidak sengaja melihat tanggal yang tertera di sana, mata Cinta membulat lebar. Tanggal yang tertera di sana adalah 3 tahun sebelum tanggal pernikahannya.

***To Be Continued***

Next chapter