13 Masa Lalu Yang Selalu Menghantui

"aku sayang sama Tiara, aku minta maaf, aku nggak bisa bohongi perasaanku lagi," Jackran berbohong, melihat bagaimana Bian saat ini membuatnya sadar bahwa ia masih mencintai Bian, ia sadar saat ini yang ia inginkan hanyalah Bian, sedangkan Tiara adalah masa lalunya, Tiara adalah orang yang pernah sangat ia cintai, dan ia sangat menghargai itu dan berharap tidak menyakiti Tiara.

Bian masih menatap ke jendela, ia tak mengubris ucapan Jackran, itu membuat hatinya pedih bagaikan teriris, dan Bian cukup lelah untuk saat ini untuk berdebat, ia ingin menyerah tetapi ini baru permulaan untuknya, "kenapa permulaan sesakit ini, gimana nanti," pikir Bian.

Saat mobil yang mereka kendarai sudah menepi didepan kosan Bian

"besok mau berangkat bareng," Tanya Bian, ia berusaha untuk baik-baik saja, ia memutuskan untuk tetap berjuang, ia berpikir bahwa Jackran masih mencintainya, dari Jackran datang dan cara Jackran menatapnya meski Bian sendiri tidak yakin, apakah benar begini cara orang memperlakukan orang yang dicintainya,

"Bi, please, jangan biarkan aku berada diposisi yang sulit," rengek Jackran, Jackran mengutuk dirinya sendiri yang egois, bagaimana mungkin ia meminta Bian untuk mengerti dia sedangkan dia tidak berusaha untuk mengerti Bian,

"ya udah, pulangnya aja bareng," Bian mencium pipi Jackran dan segera turun dari mobil, ia pikir hari ini ia akan menangis sepanjang malam yang tersisa, sedangkan Jackran dibuat terkejut dengan tindakan Bian. Jackran merindukan Bian, ingin rasanya ia memeluk gadis yang terlihat kuat namun sebenarnya sangat rapuh itu. Jackran ingin menghapus air mata yang disembunyikan gadisnya itu. Jackran ingin mengejar Bian tapi ia harus menahannya, ia ingin Bian menyerah pada hubungan mereka seperti ia menyerah pada hubungan mereka.

Jackran sempat bingung tentang perasaanya pada Tiara, dan menjauh untuk sementara waktu agar memberikan waktu untuk dirinya sendiri. Tapi semuanya tidak berjalan sesuai rencana, Jackran justru terjebak pada pertunangan yang direncanakan orang tuanya. Dan memang benar Jackran tidak pernah mengenalkan Bian pada orang tuanya, hal ini ia lakukan agar orang tuanya tidak kecewa, dan ia tahu neneknya sangat menyukai Tiara, dan ia akan melakukan segala cara untuk menyakiti Bian, Jackran tahu pasti sikap neneknya itu.

Jackran terus menatap Bian yang mulai menghilang dari pandangannya, ia menatap punggung yang sama sekali tak menoleh ke arahnya, yang memperlihatkan sang empunya sedang menangis. Jackran segera melajukan mobilnya, ia langsung menuju apartementnya.

Sesampainya di apartement Jackran langsung merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur, hatinya masih sakit melihat bagaimana brengseknya dia yang membuat Bian menangis. Jackran tahu Bian berusaha sekuat mungkin didepan Jackran tapi Jackran melihat kerapuhan dari mata Bian, dan itu justru menyiksanya.

Setelah menyelesaikan tugasnya di kantor pagi ini, Jackran akan segera kekampus untuk menjemput Tiara, sang nenek menyuruh mereka untuk makan siang bersama dirumah sang nenek. Jacrkan bergegas menuju kekampus mengingat sebentar lagi Tiara akan keluar dari kelasnya.

Lama menunggu di parkiran, yang ditunggu tak juga kunjung datang, Jackran pun memutuskan untuk menyusul kekelas Tiara.

"hy, bentar ya, aku harus ngantar ini keruang dosen," Tiara segera mendatangi Jackran yang sudah menunggu didepan pintu,

"aku harus nungguin mereka semua, baru bisa ngumpulin ini," ucap Tiara sambil menunjuk kedalam kelas,

"ya udah, aku tunggu diluar," saat Jacrkan akan berbalik tiba-tiba sebuah lengan pun menggandeng tangannya,

"ngapain kesini," itu suara Bian, "hy" Bian melanjutkan menyapa Tiara, sedangkan Jackran terdiam seribu bahasa, Ia seperti seseorang yang ketahuan selingkuh,

"hy, nungguin Fio ya," ucap Tiara berbasa-basi, dan disambut dengan anggukan oleh Bian,

"aku tinggal dulu ya," ucap Tiara kepada Jackran dan Bian,

"kamu nungguin Tiara," Bian pun melepaskan pautan tangan mereka,

"hmm," jawab Jackran singkat dan hanya menatap Bian,

"mau ngapain," Tanya Bian lagi, ia berusaha untuk membungkam mulutnya agar tidak menanyakan sesuatu yang jawabannya sudah pasti menyakitkan buat Bian, tapi rasa penasarannya pun mampu untuk tidak membungkam mulutnya,

"mau makan siang," Tanya Bian hati-hati setelah Jackran tak juga kunjung menjawab pertanyaan Bian, Jackran berharap agar Bian tidak menanyakan apa-apa lagi kepadanya, ia tidak ingin berbohong kepada Bian sekaligus tidak ingin menyakiti Bian lebih jauh lagi. Namun bukan Bian namanya jika ia tidak mendapatkan jawabannya,

"aku sama Fio juga mau makan siang, mau bareng kita nggak," Tanya Bian penuh dengan kecemasan, ia sendiri tidak bisa mengontrol dirinya sendiri.

"aku mau kerumah nenek," Jackran benar-benar ingin mengumpat kepada Bian yang membiarkan dirinya trus disakiti, Jackran masih trus menatap Bian, perubahan ekspresi wajah Bian setelah ia mengatakan ia akan makan siang kerumah neneknya terlihat sangat jelas, meskipun Bian berusaha menutupinya.

Jacrkan tau Bian kecewa kepada dirinya, tapi ia tidak mempunyai pilihan lain, Jackran bisa saja bersikeras tentang hubungannya dengan Bian, tapi itu tidak akan berjalan dengan baik, akan ada banyak pihak yang tersakiti, dan juga Bian akan lebih tersakiti. Jackran juga tidak bisa membayangkan mamanya akan tersakiti olehnya, ia berjanji untuk tidak menyakiti mamanya setelah mereka berhasil melewati keadaan yang menyakitkan dan bangkit dari masa lalu.

Jackran mempunyai kakak perempuan dan kakak laki-laki, dulu Ibunya sangat dibenci oleh keluarga ayahnya hanya karena neneknya tidak merestui hubungan mereka. Bahkan, neneknya selalu mengganggu usaha kedua orang tuanya sehingga mau tidak mau ayahnya menyerah dan mengikuti keinginan neneknya untuk menikahi gadis pilihannya dan tentu saja ayahnya dan Ibunya memutuskan untuk berpisah, untuk membatalkan pernikahan ayahnya dan perempuan lain, kakak perempuan Jackran memutuskan untuk bunuh diri karena tidak tahan dengan penderitaan mereka selama ini, ayah Jackran batal menikah dan mereka pun mulai diterima di keluarga neneknya, tapi tidak untuk mamanya Jackran.

Mamanya Jackran terus disalahkan atas kematian anak pertamanya, dan mamanya Jackran juga sempat sakit karena stress dan merasa bersalah sehingga ia pun menyakiti dirinya terus menerus. Jackran dan kakak laki-laki nya pun berusaha untuk menjadi yang terbaik dan bisa membanggakan untuk nenek mereka, mereka selalu mendengarkan dan tidak pernah membantah neneknya, meskipun itu bukan hal yang mereka inginkan, setidaknya ini yang bisa mereka lakukan untuk mamanya. Kakak laki-laki Jackran juga memutuskan untuk berpisah dengan gadis yang sangat ia cintai karena neneknya tidak merestui hubungan mereka, meskipun kekasihnya sudah dikenalkan kepada neneknya, dan akhirnya neneknya membuat keluarga kekasih kakaknya berhutang dan merusak mereka, membuat mereka menderita dan akhirnya menyerah, karena itulah Jackran tidak pernah ingin untuk mengenalkan Bian kepada neneknya, menurut Jackran neneknya memiliki kekuasaan yang bisa menghancurkan kehidupan seseorang jika mengganggu apa yang sudah jadi miliknya.

Nenek Jackran adalah orang yang keras dan otoriter, hal ini karena ia mendapatkan semuanya dengan berjuang seorang diri melawan kerasnya kehidupan setelah diselingkuhi mantan suaminya. Ia membesarkan kedua anaknya seorang diri yang membuatnya menjadi seorang wanita yang mandiri dan keras. Ia mengatur segalanya untuk kedua anaknya agar anaknya tidak merusak kehidupan yang sempurna yang telah ia berikan menurut versinya.

avataravatar
Next chapter