4 Bab 4 I Like You

Semenjak itu, Benny dan Odi menjadi semakin dekat dan performa kerja mereka dinilai sangat bagus hingga keduanya dipilih menjadi pegawai tetap.

Keduanya ditempatkan di divisi broker dan dengan segera berteman dengan rekan kerja mereka yang baru.

Banyak orang yang merasa iri terhadap Benny karena bisa menjadi dekat dengan seorang perempuan yang cantik, murah senyum dan sangat pintar berhitung tersebut.

Mereka menganggap keberhasilan Benny karena dia berada di tim divisi yang sama dengan gadis sempurna seperti Clara Odilia. Mereka sama sekali tidak percaya bahwa keberhasilan Benny karena murni adalah usaha kerja keras pemuda gemuk itu sendiri.

Odi sudah sering memberitahu lainnya bahwa Benny turut andil dalam kesuksesan proyek yang dikerjakan mereka.

Justru hal inilah yang membuat Benny semakin kagum terhadapnya. Odi tidak pernah mengambil pujian orang-orang untuk dirinya sendiri. Dia selalu membagikan pujian tersebut untuk semua rekan timnya.

Betapa rendah hatinya gadis itu membuat siapapun ingin menjadi kekasihnya.

Wajah yang rupawan, pintar bekerja, rendah hati dan juga memiliki senyuman yang meneduhkan, pria mana yang tidak akan jatuh cinta padanya?

Semua pria pasti akan terpikat dan jatuh cinta pada Odi, tak terkecuali Benny.

Tapi... disaat dia melihat ke dinding pembatas terbuat dari kaca, nyalinya menciut.

Dia berdiri berdampingan dengan Odi yang saat ini berbicara dengan salah satu temannya.

Gadis itu memiliki tubuh yang ramping dan feminim. Caranya berpakaian juga begitu modis dan tak memiliki celah.

Sedangkan dirinya bertubuh besar dan gemuk hingga sanggup membuat anak kecil menangis tanpa dia harus melakukan apapun.

Dia merasa dirinya adalah monster buruk rupa yang jatuh cinta pada seorang gadis jelita seperti di film beauty and the beast.

Meskipun dia merasa tidak percaya diri, Benny memutuskan untuk mencobanya.

Dia ingin mengungkapkan perasaannya dan membuat gadis pujaan hatinya mengetahui perasaannya.

Kalaupun seandainya Odi menolaknya, dia akan menerimanya dengan lapang dada.

Karena itu, dia memutuskan mengundang gadis itu untuk makan bersama.

"Odi. Kerja bagus hari ini. Kita menjadi top broker bulan ini."

"Kau juga. Tim kita tidak akan mencapai posisi seperti saat ini kalau tidak ada kau."

"Ah, kau terlalu memujiku."

Odi tertawa kecil mendengar suara malu-malu dari Benny. "Aku bicara kenyataan, Ben. Bagaimana kalau hari ini kita makan bersama untuk merayakannya?"

Eh? Eh?

Benny tak bisa berkata-kata mendengar ajakannya. Dia yang berencana untuk mengundang gadis itu makan bersama, namun disaat dia hendak mengajaknya, kalimat lain yang malah terucap.

Kini, Odi yang mengajaknya dengan insiatifnya sendiri!!

Tentu saja dia akan menerimanya dengan senang hati!!

Sayangnya, dia terlalu terlarut akan lamunan bahagianya membuat Odi salah mengira.

"Kau tidak mau makan bersamaku?"

Benny terkesiap dan segera melambaikan tangannya dengan gerakan yang cepat.

"Bukan, bukan. Aku mau sekali makan bersamamu. Aku malah ingin mengajakmu makan berdua!" tambahnya dengan terburu-buru membuat Odi membelalak kaget.

"Eh? Berdua?"

Glek!

Benny tidak menyangka ada anggota tim mereka yang masih belum pulang dan mendengar ucapannya.

"Bukankah kita akan makan bersama-sama untuk merayakan keberhasilan tim kita?"

Makan bersama-sama? Bersama-sama?

Seakan tulisan 'bersama-sama' mengganggu mental jiwanya, tulisan itu muncul dan berduplikat memenuhi pikiran Benny.

Jadi... disaat Odi mengajaknya makan bersama bukan karena ingin makan berdua, melainkan makan bersama-sama dengan seluruh tim?

Rasa-rasanya Benny ingin menangis karena betapa malunya dia.

"Tentu saja kita akan makan bersama-sama. Aku baru saja mengajak Benny dan bilang oke."

"Tapi tadi dia bilang makan berdua denganmu. Apa aku salah dengar? Ah, pasti salah dengar kan. Mana mungkin kalian akan makan berdua." meskipun dia adalah anggota tim yang sama dengan Odi dan Benny dan dia mengakui kehebatan cara Benny bekerja, tapi diam-diam dia tidak terima bahwa orang gemuk seperti Benny yang menjadi dekat dengan Odi.

Odi menyadari ekspresi kecewa memenuhi wajah Benny dan melirik ke arah rekan timnya yang baru saja menghina Benny secara tidak langsung dengan tatapan jengkel.

"Kau memang tidak salah dengar. Setelah ini, kami memang akan makan berdua saja."

"Lho? Bagaimana dengan makan bersama-samanya?"

"Kalian bisa makan bersama tanpa kami." jawab Odi dengan acuh sambil menarik tangan Benny dan berjalan keluar dari kantor.

Dia tidak peduli dengan tatapan heran rekan-rekan kerjanya dan terus berjalan hingga mereka melewati tempat cek log.

"Odi, kau tidak perlu berbohong pada mereka hanya untuk mengeluarkanku dari penghinaan ini. Aku sudah terbiasa."

"Siapa yang berbohong? Bukannya kau memang mau mengajakku makan berdua saja?"

"Ha?"

"Aku menerima ajakanmu. Kita akan makan dimana?"

Benny memang mengagumi sifat blak-blakan Odi, tapi disaat dia menghadapi sifatnya yang seperti ini, Benny kehabisan kata-kata.

"Ben? Benny!" Odi melambaikan tangannya didepan mata Benny saat menyadari pemuda itu melamun di tempatnya. "Benny!!" panggilnya sekali lagi dengan agak keras karena pria itu masih tidak bergeming pada tempatnya.

Odi bertanya-tanya apa yang sudah diucapkannya sehingga membuat Benny menjadi tak bergerak seperti ini?

Bukankah pria ini memang ingin mengajaknya makan bersama dan dia telah menerimanya? Apakah seseorang bisa menjadi patung hanya karena ajakan orang itu diterima oleh orang yang diajaknya?

Odi tidak tahu bagaimana dia bisa membuat partner kerjanya keluar dari lamunannya. Tanpa dia sadari, kedua tangannya terangkat ke arah poni rambut Beni yang menutupi dahinya hingga nyaris menutup setengah dari kacamata tebalnya.

Betapa lurusnya rambut orang ini, sangat bertolak belakang dengan rambutnya yang keriting dan sulit diatur.

Tanpa perintah otaknya, sebelah tangannya terangkat untuk menyentuh ujung poni tersebut.

Kulitnya terasa geli saat menyentuh ujung poni Benny dan menyisir hingga ke atas.

Wah, lembut sekali... seperti bulu boneka beruangnya! Pikir Odi dengan tatapan iri.

Sedikit yang ia tahu, gerakannya yang menyisir poni Benny membuat pria itu kembali ke dunia nyara.

Benny menahan napas saat dia melihat sebuah telapak tangan persis didepan matanya. Dia melirik ke bawah karena dia jauh lebih tinggi daripada Odi dan saat itulah dia merasa hatinya ditembak oleh panah cinta melihat wajah gadis itu yang sangat dekat dengannya.

Seakan dia mendengar suara letusan kembang api didalam otaknya, mulutnya bergerak mengeluarkan serentetan kata yang ingin diungkapkannya.

"I like you,"

avataravatar
Next chapter