webnovel

Bab 1

"Apa? Aa mau hubungan kita berakhir sampai di sini?" Zulaikha menatap sengit dan tajam pada kekasih tampannya yang baru saja mengatakan ingin mengakhiri hubungan di antara mereka.

Zamzam mengangguk dengan raut wajah yang datar, "Aa minta maaf, Dek. Sesungguhnya Aa tidak ingin ini terjadi, tapi mau bagaimana lagi? Aa benar-benar terpaksa harus mengakhiri hubungan kita," ucapnya dengan suara yang lirih dan memelas.

Zulaikha sangat merasa geram dan tidak menyangka jika kekasih hatinya tiba-tiba ingin mengakhiri hubungan di antara mereka. Tentu saja ia tak dapat menerima keputusan kekasihnya itu.

"Tidak mau! Adek menolak keputusan Aa! Adek tak mau putus! Adek mau kita tetap menjalin hubungan sampai Aa nikahin Adek!" tolak gadis cantik bermata bulat itu.

Zamzam tampak mengusap wajahnya kasar dan begitu sulit menghadapi kekasihnya yang cantik dan menggemaskan itu. Sejujurnya ia sendiri masih sangat mencintai Zulaikha. Tetapi, hanya karena suatu peristiwa, ia diharuskan menikah dengan wanita lain yang bukan kekasihnya.

"Adek, tolong dengarkan Aa. Ini keputusan yang sama sekali tidak bisa Adek tolak. Aa juga sangat berat melakukan ini, tapi ... Aa benar-benar harus melakukannya." Zamzam menatap wajah wanita yang bukan mahramnya itu. Kali ini ia memberanikan dirinya menatap dalam dan dekat wajah cantik Zulaikha.

"Tidak bisa! Kenapa Aa tiba-tiba mutusin Adek begini? Apa salah Adek? Apa yang membuat Aa tiba-tiba mau mengakhiri hubungan kita? Apa Aa sudah bosan sama Adek? Aa sudah memiliki wanita lain di belakang Adek? Jawab, Aa! Jawab!" Zulaikha memberondong Zamzam dengan ribuan pertanyaannya.

Wajar kalau Zulaikha menolak dan merasa heran. Pasalnya, selama ini hubungannya dengan Zamzam baik-baik saja. Tidak ada pria lain yang membuatnya berpaling dan tidak ada masalah di antara mereka. Semua berjalan lancar dan sebagaimana mestinya.

"Tidak! Bukan seperti itu, Adek sayang. Semua yang Adek katakan itu tidaklah benar! Aa tidak bisa menjelaskannya saat ini juga. Tapi, Aa harap Adek bisa mengerti bahwa Aa harus mengakhiri hubungan kita. Sekali lagi Aa minta maaf. Aa harus pergi!" sanggah pria tampan berhidung mancung itu.

Setelah berkata demikian, Zamzam memalingkan wajahnya lalu melangkahkan kakinya hendak meninggalkan Zulaikha. Tetapi, dengan cepat Zulaikha berlari mengejar kekasihnya yang hendak meninggalkannya begitu saja.

"Aa jahat! Adek tidak akan mau putus dengan Aa!" jerit gadis cantik itu dengan suara yang bergetar. Dengan kesal ia memukul-mukul punggung kekar Zamzam.

Zamzam semakin kewalahan menghadapi sikap manja dan emosi Zulaikha. Ia tahu dan mengerti dengan perasaan Zulaikha saat ini. Akan tetapi, ia pun tak bisa membatalkan keputusannya yang harus meninggalkan Zulaikha.

"Adek, jangan seperti ini. Tolong mengerti keadaan Aa," pinta Zamzam dengan suara yang lembut dan penuh cinta. Tatapannya sangat menusuk ke dalam relung hati Zulaikha.

"Mengerti keadaan Aa? Apakah Adek tidak salah dengar? Sebenarnya, siapa yang harus mengerti saat ini? Aa atau Adek? Yaa Allah!" sungut Zulaikha yang tak mau kalah. Pokoknya ia tidak mau putus dengan Zamzam.

"Yaa Allah! Aa sangat mengerti, Dek. Maka dari itu Aa minta maaf sama Adek. Tolong, ya! Ini semua benar-benar harus Aa lakukan. Jadi, Aa tegasin sekali lagi bahwa hubungan kita sudah berakhir," ujar Zamzam dengan suara yang sangat berat. Sungguh hatinya remuk mengatakan semua yang keluar dari mulutnya.

Zulaikha menggeleng lagi, seolah benar-benar menutup indera pendengarannya, "Adek tidak ma–hiks!" Gadis cantik itu tak bisa lagi menahan tangisnya. Kini, isakan sedih itu lolos keluar dari mulutnya.

Zamzam semakin merasa ngilu melihat sang kekasih menangisi keputusannya. Ia mengerti bahwa ini hal yang berat dan tidak bisa Zulaikha terima. Tetapi, ia pun benar-benar tak bisa melakukan apa pun selain meninggalkan kekasih hatinya itu.

"Adek, Aa sungguh minta maaf padamu. Aa harap, setelah ini Adek akan menemukan pengganti yang lebih baik lagi dari Aa. Aa pergi, ya. Assalamualaikum." Zamzam berkata lembut namun sangat berat. Ini adalah keputusan tersesak yang pernah ia lakukan.

Melepaskan cinta yang sudah lama hadir. Membiarkan wanita yang ia cintai menangisinya dengan sedih dan kecewa. Tak ada yang ia bisa lakukan saat itu selain secepatnya pergi. Mengusap lembut air mata Zulaikha pun tentunya tidak akan bisa ia lakukan. Mereka belum memiliki hubungan halal, terlalu lancang jika hal itu benar-benar Zamzam lakukan.

Zulaikha tampak menatap hampa punggung sosok pria yang sudah lama menjadi kekasih haramnya itu. Air mata mengalir deras dari kedua matanya. Sesak di dadanya semakin menumpuk saat ia benar-benar tak bisa lagi menggapai kekasihnya.

"Yaa Allah! Dia benar-benar pergi," rintih Zulaikha dalam hati.

Gadis cantik itu kini hanya bisa menangisi kepergian kekasihnya itu. Ah tidak! Bukan kekasihnya, tapi mantan kekasihnya.

"Aku benar-benar tidak menyangka padamu, Aa. Kenapa tega sekali mematahkan hati yang sudah terisi olehmu," ucap Zulaikha yang tampak kecewa dan tidak menyangka bahwa kekasih yang selama ini mencintainya, tiba-tiba meninggalkannya tanpa alasan.

"Hiks hiks hiks! Sakiiiiiiit!" jerit gadis cantik itu sembari mengusap air matanya yang tak mau berhenti mengalir.

Sosok Zulaikha yang terkenal periang dan nyaris tak pernah terlihat lemah di hadapan teman-temannya itu kini tak bisa lagi menahan sakit di hatinya. Ini memang sakit, tetapi tidak berdarah. Dengan cepat ia berlari meninggalkan tempat di mana terjadinya sebuah perpisahan yang begitu menyakitkan baginya.

"Aku benci! Aku benci kamu, Aa Zamzam!" umpat gadis cantik itu dengan kedua tangan yang mengepal. Kini ia menenangkan diri di atas loteng tempat para santri menjemur pakaian.

Hal yang tak pernah Zulaikha pikirkan sebelumnya itu terjadi secara tiba-tiba. Bagaimana hatinya tidak merasa sakit dan remuk redam? Sementara dirinya masih sangat mencintai Zamzam—si santri tampan idola kaum santri putri lainnya.

"Kamu meninggalkanku tanpa sebab dan alasan, A. Padahal, satu minggu yang lalu sebelum Aa pulang ke rumah, Aa berjanji akan menikahi Zulai dalam waktu dekat." Zulaikha semakin meradang dan merasa sakit saat ia mengingat janji manis sang Zamzam.

Namun ternyata, janji hanyalah janji. Setiap makhluk yang berjalan di muka bumi sungguh tak akan pernah tahu dengan takdir yang Allah beri padanya. Hal itu pun yang saat ini Zulaikha rasakan. Ia sungguh tak menyangka dengan takdir yang datang padanya.

"Sesakit inikah, A? Selama tiga tahun, hanya rasa sakit ini yang Aa torehkan di dalam hati Zulai? Yaa Allah!" rintih Zulaikha yang kini tampak menutup wajahnya dan menangis sejadi-jadinya.

Zulaikha meratapi nasib cintanya yang kandas begitu saja. Tanpa ia sadari, sebenarnya ada yang lebih pantas untuk ia ratapi selain perpisahan yang menyakitkan dengan Zamzam. Yaitu, setumpuk dosa yang telah ia lakukan karena telah berani mengikat suatu hubungan yang haram dengan Zamzam. Ya, tentunya berpacaran bukanlah syari'at agama islam. Hal itu hanya dilakukan oleh manusia-manusia yang memiliki kekhilafan yang dalam.

BERSAMBUNG...

Next chapter