15 15. Merindu

Alekta tidak tahu sebenarnya ada apa ini, pesta? Tetapi tidak terlihat seperti ada pesta. Semuanya terlihat rapi tetapi tidak menandakan ada sebuah pesta.

Namun, semuanya sudah mempersiapkan semua ini dengan sangat teliti. Bahkan sang ibu pun mengawasi semuanya agar berjalan dengan baik.

"Kamu tahu semua ini, 'kan?" bisik Alekta pada Casandra yang tepat ada di sampingnya.

"Aku tahu. Namun, aku tidak bisa mengatakan semuanya padamu!" balasnya.

"Kamu ini sahabatku atau sahabat ayah dan ibu?!" gerutu Alekta.

"Aku sahabatmu sekaligus putri dari ayah dan ibumu," sambungnya sembari tersenyum nakal.

Alekta tahu itu, jika Casandra sudah menganggap ayah dan ibunya sebagai kedua orang tuanya juga. Begitu pula dengan kedua orang tuanya sudah menganggap Casandra seperti putrinya sendiri.

"Kemarilah, Sayang."

Ayah memanggil Alekta, dia pun berjalan mendekat pada sang ayah. Namun, dia merasa ada yang aneh dengan orang yang berdiri di depan ayahnya.

Saat Alekta sudah dekat dengan posisi yang ayah, orang itu perlahan membalikkan tubuhnya. Kedua bola mata Alekta membulat, dua tidak menyangka jika pria itu berada di rumahnya.

"Bagaimana kabarmu, Kak?" sapa Casandra pada Elvano.

"Baik," jawabnya singkat.

Seperti biasa Elvano selalu bersikap dingin baik pada saudarinya atau pada semua orang. Namun, Casandra tidak kecewa karena sudah terbiasa dengan sikap kakaknya itu.

"Nah, kalau begitu kita mulai saja makan malamnya!" ucap ibu Angela pada semua orang yang sudah berkumpul.

Alekta tidak banyak bicara kali ini sebab dia tidak paham juga dengan semua rencana makan malam yang sedang berlangsung.

Yang hadir malam ini rupanya hanya Casandra dan Elvano. Tidak terpikir oleh Alekta jika makan malam ini hanya untuk menyambut kedatangan Elvano bukan dirinya.

"Tidak usah cemberut, kamu pikir makan malam ini untuk menyambutnya bukan?" bisik Casandra dengan nada menggoda.

"Terserah. Aku tidak peduli!" tukas Alekta.

Casandra tersenyum, dia tahu jika saat ini hati Alekta sedang kesal. Saat mereka berdua sedang berbisik-bisik, ada seseorang yang selalu memperhatikan.

Acara makan malam pun selesai, semuanya sekarang beralih duduk di ruang tengah. Berbincang-bincang mengenai pekerjaan yang sedang dijalankan. Itu membuat Ibu Angela merasa bosan.

"Aku bosan, bagaimana jika kita mendengar permainan piano dari salah seorang muridku?" ucap ibu pada semuanya.

Alekta terpaku, dalam benaknya berpikir itu pasti Caesar. Karena ibunya hanya memiliki satu murid untuk saat ini, bisa dibilang ibunya sangat selektif dalam memilih murid.

Ibu pun menepuk kedua tangannya, tidak berapa lama terdengar suara langkah kaki dari belakang. Alekta berusaha menahan diri untuk tidak melihat ke arah belakang.

Namun, apa yang dikatakan oleh hatinya berbeda dengan tubuhnya. Dia berpaling ke belakang, melihat siapa yang sedang berjalan mendekat apakah itu Caesar seperti yang dipikirnya.

Apa yang dia pikirkan memang benar, itu adalah Caesar. Dia berjalan dengan santainya dengan jas berwarna abu-abu.

Kedua mata Alekta tidak berkedip sama sekali, dia begitu merindukan pria itu. Pria yang tidak mungkin dia raihnya dan dijadikan teman hidupnya.

Alekta kembali memalingkan wajahnya tatkala melihat Kamila yang berjalan mengejar Caesar dari belakang dan sekarang menggandengkan tangannya.

"Lupakan dia! Dia tidak pantas untukmu. Aku tidak setuju jika kamu masih terus saja mengejar cintanya!" bisik Casandra yang kesal melihat Caesar berjalan dengan santai bersama Kamila.

"Kamu tidak mengerti," jawab Alekta sembari menenggak minuman yang ada di dalam gelas.

"Aku mengerti! Karena aku pun merasakan apa yang kamu rasakan!" balas Casandra.

Alekta menatap kedua mata Casandra guna mencari jawaban apa yang sudah dikatakannya tadi. Jika di telisik apa mungkin Casandra juga sepertinya mengejar cinta pria yang tidak mungkin menjadi miliknya.

"Baiklah. Sekarang tunjukkan kehebatan yang kamu miliki, jangan membuatku malu di depan mereka!" ucap Ibu Angela dengan kelakarnya.

"Saya tidak akan mengecewakan Anda, Nyonya Angela!" balas Caesar sembari berjalan menuju piano.

Caesar duduk tepat di depan piano, dua sudah mulai bersiap untuk memainkan sebuah lagu. Dia memalingkan wajahnya untuk melihat Alekta, dalam hatinya berkata jika dirinya sangat merindukannya.

Namun, Karina menutupi pandangan Caesar sehingga menutupi Alekta. Dengan senyum khasnya dia berjalan mendekat pada ibu Angela.

Permainan piano Caesar pun di mulai, dia berusaha berlian dengan semua kemampuan yang dimilikinya serta ajaran yang diberikan oleh ibu Angela.

Dia tidak ingin mengecewakan gurunya dan juga ingin memperlihatkan pada Alekta bahwa dia sudah lebih maju daripada sebelumnya. Dia giat berlatih hanya untuk memperlihatkan semua ini pada Alekta seorang.

Semua orang menikmati permainan Caesar kecuali satu orang yaitu ayahnya Alekta. Dia sangat tidak menyukai kedatangan Caesar. Namun, sang istri menginginkan muridnya untuk menunjukkan kemampuannya setelah diajari olehnya.

Permainan piano yang cukup indah, sehingga membuat Casandra terhanyut. Namun, setelah semuanya selesai dia kembali bersikap dingin jika melihat Caesar.

Casandra sangat tidak menyukainya karena perbuatan pria itu sudah membuat sahabatnya menjadi seorang wanita lemah. Dan juga sudah menyerahkan semua hal yang berharga miliknya pada pria seperti dia.

"Duduklah. Kita mengobrol sebentar!" kata ibu Angela sembari menunjukkan ke arah sofa dekat dengan Elvano.

Caesar pun berjalan mendekat begitu pula dengan Kamila. Melihat mereka berdua sangat dekat, membuat Alekta merasa pengap.

"Aku pamit untuk menghirup udara segar," Alekta berkata sembari berjalan meninggalkan mereka semua.

Alekta tidak peduli lagi dengan apa yang akan mereka bicarakan. Yang ingin dilakukannya saat ini adalah menenangkan diri.

Dia berjalan menuju sebuah taman, lampu taman menyala dengan sangat terang sehingga menimbulkan suasana yang sangat tenang. Dia melangkah dengan santainya melewati taman ini.

"Tidak ada bulan dan bintang," gumam Alekta sembari terus berjalan menuju sebuah gazebo.

Udara dingin tidak membuatnya kembali masuk ke rumah, dia duduk di gazebo sembari memainkan ponselnya. Memasang earphone dan menyalakan musik di ponselnya.

Alekta tidak menyadari jika ada seseorang yang sedang memperhatikan dirinya. Orang itu berjalan mendekat, dia sudah tidak sabar ingin memeluk wanita yang sedang duduk sendirian.

Orang itu tak lain adalah Caesar, dia duduk tepat di samping Alekta. Tanpa bersuara dan banyak bergerak yang dia lakukan hanya menatap dengan lembut wajah wanita yang ada di sampingnya itu.

"Apa kamu merindukan aku, Sayang?" tanyanya dengan lirih. Dia tidak peduli jika Alekta mendengar atau tidak apa yang diucapkannya.

Caesar terus saja memperhatikan Alekta, dia sungguh-sungguh ingin selalu ada di dekatnya. Namun, dirinya tidak berdaya dan menyesali karena telah membuatnya merasa kecewa serta sedih. Dipegangnya tangan Alekta dengan lembut dan itu membuat Alekta terkejut.

"Apa yang kamu lakukan di sini?!" Alekta bertanya sembari menarik tangannya.

"Aku sangat merindukanmu," jawab Caesar.

"Hentikan semua ini! Bukankah kamu yang sudah memilih untuk pergi bersama Kamila. Untuk apa kamu merindukan aku?!" timpal Alekta dengan nada dingin tetapi hatinya masih merasakan sakit.

Caesar terdiam, dia mengerti jika dirinya pantas mendapatkan perlakuan seperti ini dari Alekta.

Melihat Caesar yang terdiam, itu menandakan jika tidak ada yang perlu lagi dibicarakan. Alekta beranjak dia berjalan meninggalkan Caesar.

Namun, langkahnya terhenti tatkala Caesar menarik tangannya. Memasukkan tubuh Alekta kedalam pelukannya.

"Aku sangat merindukanmu," bisiknya.

Caesar melepaskan pelukannya lalu mencium lembut Alekta. Dia sudah tidak tahan lagi untuk menikmati ciuman hangat yang bisa diterimanya dari Alekta.

Ada seseorang yang dari kejauhan menatap apa yang sudah dilakukan oleh Caesar. Matanya memerah, darahnya mendidih, dia sungguh ingin menghabisi Caesar.

"Apa yang kalian lakukan ?!" pekik seseorang yang menghentikan ciuman Caesar.

 

avataravatar
Next chapter