10 10. Balas Dendam

Dua hari berlalu setelah kepergian Caesar dan Alekta pun tidak mengetahui di mana dia berada saat ini. Setiap malam dia hanya bisa meratapi semuanya.

Ponselnya berdering, dia mengambil ponselnya yang berada di atas meja kerjanya. Dilihatnya nomor yang tertera di layar ponselnya. Dia berpikir jika itu adalah Caesar tetapi bukan.

Yang menghubunginya adalah Casandra, dia langsung menangkapnya. Alekta hanya mendengar apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu.

Hanya senyum yang muncul dari ujung bibirnya, dia merasa jika sahabatnya itu semakin bawel saja. Tidak ada titik atau koma dalam bicaranya, apakah Casandra tidak akan kehabisan napas jika terus bicara seperti itu.

Casandra mengingatkan Alekta dengan janjinya yaitu mencari tahu keadaan seseorang. Alekta kembali teringat dengan janjinya itu sebelum berangkat ke Singapura.

"Hentikan ocehanmu itu! Berikan semua data tentang orang itu padaku kalau bisa foto dan semua tentang dia. Sehingga aku bisa dengan mudah menemukannya," ucap Alekta pada Casandra di seberang telepon.

Cassandra mengatakan akan mengirimkannya dan dia pun memutuskan sambungan teleponnya. Tidak berapa lama, semua data yang dibutuhkan sudah ada di ponsel Alekta.

Namun, dia belum membukanya karena Bisma masuk ruangan dan mengatakan jika Alekta harus ikut bersamanya. Karena ada urusan penting yang harus dilakukan.

"Kita pergi sekarang," ucap Alekta sembari memasukkan ponselnya kedalam tas.

Dalam perjalanan Bisma menjelaskan kembali apa yang sudah terjadi. Rupanya ada sebuah hotel yang masih direnovasi. Namun, ada beberapa orang yang mencari masalah.

Beberapa saat kemudian, Alekta tiba di lokasi. Benar saja sudah terlihat beberapa orang yang sedang mengacau. Mereka menghentikan semua pekerja yang sedang memperbaiki hotel.

Alekta keluar dari mobil lalu berjalan mendekat pada mereka. Terdengar dari ancaman agar para pekerja tidak melanjutkan pekerjaan.

"Ada hak apa kalian menghentikan pekerjaan mereka?!" Alekta bertanya dengan dingin.

Seorang pria berkaus hitam membalikkan tubuhnya, dia ingin melihat wanita mana yang sudah berani berkata seperti itu.

Pria itu menyeringai lalu berkata, "Rupanya kau Nona Alekta. Wanita yang sudah berani memasukkan Noah kedalam jeruji besi!"

"Mmm jadi kau adalah temannya? Ternyata kalian sama saja. Pria yang tidak tahu diri!" timpal Alekta.

"Kau benar-benar wanita yang cukup berani, itu membuatku semakin ingin menikmati lekuk tubuhmu itu!" sambung pria itu.

"Jangan mimpi! Sebelum tanganmu menyentuh tubuhku, akan kupatahkan satu per satu jarimu!" tukas Alekta.

"Wanita sialan!!" pekik pria itu sembari melayangkan pukulannya.

Namun, dengan cekatan Bisma menghadang dan menangkis pukulan pria berkaus hitam tersebut. Alekta mundur beberapa langkah agar Bisma bisa bergerak dengan leluasa untuk menghadapi pria kurang ajar itu.

"Ingin menyerang Nona Alekta. Jangan harap!" ujar Bisma sembari tersenyum miring.

Pria berkaus hitam itu terlihat kesal dia pun menyuruh anak buahnya untuk menyerang Bisma. Setiap pukulan yang dilayangkan oleh musuh dapat ditangkis atau di hindari oleh Bisma.

Mereka tidak tahu siapa yang sedang mereka hadapi itu. Bisma merupakan seorang pria yang memiliki ilmu bela diri. Dan belum ada satu orang pun yang bisa mengalahkan dirinya.

Bug!

Bug!

Whussss!

Sekarang Bisma yang menyerang balik dengan pukulan bertubi-tubi dan sesekali melayangkan tendangannya. Dia tidak memberikan kesempatan pada musuh untuk menyerang balik.

Brugggg!

Satu per satu musuh mulai berjatuhan, ada yang sanggup berdiri kembali ada juga yang tidak sanggup untuk berdiri.

"Sebenarnya apa tujuanmu mengganggu semua pekerjaku?!" tanya Alekta pada pria yang terlihat seperti bos itu.

"Aku ingin membalas apa yang sudah kau lakukan pada, Noah!" jawabnya.

Alekta menghela napasnya, dia pun mulai memerintahkan Bisma untuk segera memanggil polisi. Karena tidak ada gunanya untuk berkelahi dengan mereka.

Namun, saat Bisma hendak menghubungi polisi melalui ponselnya. Pria berkaus hitam itu menyerangnya dengan pukulan yang sangat kuat. Sehingga ponsel yang ada di tangan Bisma terjatuh.

Bug!

Bug!

Whussss!

Pria itu kembali menyerang Bisma, bukan hanya dia tetapi ada beberapa orang yang masih bisa berdiri tegap menyerang Bisma.

Kali ini yang bisa dilakukan Bisma adalah bertahan dari serangan mereka sembari melihat titik kelemahan yang ada pada musuhnya.

Bisma tersenyum, dia melihat titik kelemahan dari mereka. Sekarang tinggal mencari waktu yang pas untuk menyerang balik mereka agar tidak bisa kembali bangkit.

Bug!

Bug!

Whussss!

Bisma sudah menemukan waktu yang pas dan dia pun mulai menyerang mereka dengan pukulan bertubi-tubi dengan tenaga yang cukup kuat. Diakhiri dengan tendangan yang mematikan.

Brugggg!

Satu per satu musuh berjatuhan, begitu pula dengan pria berkaus hitam itu. Namun, dia berhasil kembali berdiri.

"Tidak akan aku biarkan kau menghubungi polisi! Sebelum aku puas dengan kalian berdua!" tukas pria berkaus hitam itu.

"Kau tidak akan bisa menang melawan kami berdua, sebaiknya menyerah saja dan kau tidak akan mendapatkan hukuman yang berat." Alekta berkata sembari mengambil ponsel Bisma yang jatuh tepat di kakinya.

"Cih... Aku tidak akan percaya dengan mulut murahanmu itu!" timpalnya sembari meludah.

Pria berkaus hitam itu langsung mengeluarkan senjata dari balik badannya. Dia menodongkan senjata api ke arah Alekta.

"Kau pikir aku takut dengan kalian berdua, hah?!" Pria berkaus hitam itu berkata sembari tersenyum miring.

"Jangan macam-macam kau! Letakan senjatamu sebelum semuanya terlambat!" ucap Bisma sembari menghalangi arah sebanyak itu yang mengarah pada Alekta.

Dengan kata lain Bisma menjadikan tubuhnya sebagai tameng. Alekta yang tidak menginginkan orang lain menjadi tamengnya menyuruh Bisma untuk menyingkir.

"Jangan menjadikan dirimu sebagai tamengku! Karena nyawamu bukan hakku!" tukas Alekta.

"Sudah tugas saya untuk melindungi, Anda!" jawab Bisma tanpa memandang wajah Alekta.

Alekta bertanya dalam hatinya sebenarnya mengapa Bisma berkata seperti itu. Apakah dia sudah tahu jika akan terjadi hal seperti ini. Apakah ayahnya yang sudah memerintahkan Bisma untuk selalu melindungi dirinya.

Dor!

Pria berkaus hitam itu menembakkan pelurunya ke atas sebagai pertanda jika dirinya serius. Dia sudah mencapai titik kesabaran, tadinya dia hanya ingin membalas dendam atas Noah.

Namun, setelah kekalahannya itu dia berpikir untuk menghabisi saja Alekta dan Bisma. Dengan menghabisi mereka berdua maka bosnya akan semakin senang dan akan memberikan hadiah untuknya.

"Kau bisa mengucapkan kata-kata terakhirmu!" imbuhnya sembari tersenyum miring dan menodongkan senjatanya pada Bisma.

"Seharusnya kau yang memikirkan kata terakhir sebelum memasuki jeruji besi!" timpal Bisma.

Bisma sengaja mencari celah untuk mengambil senjata yang ada di tangan pria itu. Dia pun sengaja membuatnya semakin emosi dengan perkataan yang dilayangkannya.

Dia terus saja berkata jika pria berkaus hitam itu tidak akan berhasil menang menghadapinya. Bisma pun mengatakan jika Noah dan pria itu sama-sama pria yang bodoh.

Pria bodoh yang mau begitu saja diperalat oleh orang lain untuk menghancurkan bisnis Tuan Suryana. Sekuat apa pun usaha yang dilakukan tidak akan pernah berhasil.

Dor!

avataravatar
Next chapter