webnovel

Rumah Besar Dengan Penghuni Yang Asing.

Sebenarnya rumah besar ini adalah milik kedua orang tua Alex,mereka sudah lama sekali meninggal,sejak Alex masih berusia 5tahun,saat itu mereka mengalami kecelakaan mobil dalam perjalanan bisnisnya ke luar kota.Semenjak orang tuanya meninggal Alex dibesarkan oleh oma dan tantenya beserta suaminya,Kartika dan Anton.Orang tuanya meninggalkan kekayaan yang berlimpah,namun karena Alex belum berusia 18 tahun semua kekayaan dan bisnis peninggalan orang tuanya dikelolah oleh Tante dan om nya,yaitu orang tua Denis.

Setelah usia Alex genap 18 tahun,semua dialihkan ke tangan Alex untuk dikelola,bisnis peninggalan orang tuanya berkembang sangat pesat saat dibawah kendaliny.Denis mengelolah semuanya dengan kepintaran dan kecerdasannya,walaupun saat itu usianya masih sangat mudah sekali.Namun kesibukannya dalam mengurus bisnis membuat Alex melupakan kehidupannya saat masih remaja.Alex tumbuh dewasa dengan kesibukan yang harusnya tidak dipikulnya.Sementara itu Tante dan omnya sibuk dengan bisnisnya sendiri,tapi belakangan ini bisnis om dan tantenya mengalami kemunduran,itu menyebabkan sedikit kerugian.

"Alex...,tante ingin mengenalkanmu pada seseorang."Kartika mengunyah makanannya dengan lembut.

"Kakak sangat ibuk ma,jadi mungkin untuk bertemu seseorang itu adalah hal yang mustahil dalam waktu dekat ini."Denis memberikan jawaban sebelum Alex.Alex hanya melirik pada Denis sebagai ucapan terimakasih.Mereka dibesarkan bersama saling mengerti isyarat satu sama lain.

"Diam lah,aku tidak sedang berbicara padamu."Kartika melotot pada putranya.

"Sebagai asistennya Denis berhak menjawabnya."Denis kembali memberikan komentarnya.

"Apa hanya itu yang bisa kamu lakukan,kamu memang tidak berguna,tidak bisa membuat orang tuamu bangga,kamu diberikan pendidikan tinggi bukan untuk jadi asistennya Alex,kamu bisa memimpin cabang di luar kota."Kartika menaikan nada suaranya.

"Diamlah semua,makanan ini seperti mengutukku dengan suara kalian berdua."Anton marah dengan suara dinginnya.

Hening....suasana itu sungguh tidak bisa disebut kenyamanan dalam sebuah keluarga.Hanya beberapa orang yang menyayangi selebihnya hanya sebuah kemunafikan.

"Kalian membuat keinginanku satu-satunya hanyalah segera mati,agar aku tidak lagi melihat keadaan ini."Oma membanting sendok dan menyudahi sarapannya.Semua mata tertuju padanya.

"Mama.....jangan berkata seperti itu,kami semua sangat menyayangimu."Kartika membujuk ibunya.

"Seperti itu apa,menyayangi apa?Disisa umurku ini kalian tidak pernah membuat hidup ku tenang.Kalian sibuk 24 jam,membiarkan aku kesepian dan ketika kalian berkumpul denganku hanya membicarakan sampah."Oma semakin marah,suaranya yang bergetar membuat hidungnya kembang kempis.

Alex menghentikan makannya,beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah oma.

"Maafkan aku oma."Alex menggenggam tangan oma dan mencium kening dan kedua pipinya.Oma membelai kepala Alex dengan lembut.

"Alex berangkat ke kantor dulu."Menyalami tangan oma kemudian menciumnya.Kemudian meninggalkan meja makan.Melihat hal itu Denis juga memyudahi sarapannya,lalu mendekat pada omanya dan melakukan hal yang sama yang dilakukan Alex pada oma.

"Hati-hati dijalan,kamu jangan nakal ya,jaga mata dan ucapnmu."Oma menepuk kepala Denis dengan lembut.

ketika kaki Denis melangkah satu langkah Kartika mamanya berkata padanya.

"Dasar anak tidak tau sopan santun,apa kamu sudah menganggap kami sudah mati?"

Denis seketika membalikan tubuhnya.

"Denis kira kalian yang beranggapan seperti itu pada Denis.Pa...Ma,berbicaralah dengan bahasa manusia pada Denis,atau jarak diantara kita semakin jauh."Setelah itu Denis meninggalkan mereka tanpa perduli lagi ocehan mamanya.

"Lihat anakmu yang kurang ajar itu."Kartika sangat marah diperlakukan seperti itu oleh Denis.

"Dia anakmu juga,sebagai seorang mama kamu sudah gagal mendidiknya."Anton memjawab ketus.

"Kamu hanya bisa menyalahkan saja,kamu tidak pernah menunjukan tanggung jawabmu sebagai seorang ayah."Kartika semakin marah mendengar kata-kata suaminya.

"Apakah kamu sudah melakukan tugas dan tanggung jawabmu sebagai seorang istri dan seorang ibu dengan baik?"Anton tak kalah gusarnya.

Oma meninggalkan meja makan tanpa memperdulikan pertengkaran Anton dan Kartika.

"Kamu yang tidak pernah perduli pada kami selama ini,kamu hidup dengan duniamu saja."Kartika mulai histeris.

"Heh.....kamu fikir siapa yang akan mau berbagi dunianya dengan istri sepertimu."Anton merendahkan nada suaranya,namun kata-katanya sangat menusuk hati Kartika.

Anton meninggalkan Kartika sendirian di meja makan,Kartika tidak pernah menyangka Anton suaminya akan berkata-kata seperti itu pada dirinya,selama ini yang dia tau suaminya sangat pendiam dan penurut.

Kartika bergegas menuju kantornya dengan keadaan penuh emosi.Tidak ada satu orangpunnyang mendukungnya.Seisi rumah seakan-akan sedang memusuhinya.

Didalam mobil Alex.

"Suasana hatimu sedang buruk?"Alex melirik Denis.Dari sejak peristiwa di meja makan tadi sampai masuk ke dalam mobil Denis tidak banyak bicara.

"Apa aku salah jika aku nyaman dengan hanya menjadi asistenmu?"Nada suara Denis terdengar murung.

"Semua orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya,termasuk tante Kartika."Alex meberikan pendapatnya.

"Orang tua?orang tua seperti apa,sejak kecil hanya oma dan kau yang selalu bersamaku? kalianlah orang tuaku."Denis masih merasa sedih.

"Aku bukan orang tuamu,dan aku tidak akan pernah mau jadi orang tuamu."Alex sengaja membuat Denis kesal.

Denis tidak menjawab olokan Alex,dia hanya diam matanya memandang jaub kedepan dan nampak sedang memikirkan sesuatu.

"Hey.....pasang matamu dengan benar."Alex mencoba mengingatkan Denis.

"Apa kau juga takut mati bersamaku?"Denis merengut.

"Jaga bicaramu,ucapan adalah doa"Alex memukul kepala Denis.

"Kau suka sekali memukulku,apa kau fikir itu tidak sakit?apa kau menginginkan aku mati?"Denis mengelus kepalanya.

"Apa?,kenapa?Apa kau ingin membalasku?"Alex memberikan kepalanya pada Denis.

"Ha...kakak hentikan itu,kau menggangguku,kita bisa celaka."Denis mulai kesal dengan tingkah Alex.

"Sekarang kau yang takut mati."Alex senang sudah berhasil membuat Denis kesal.

Next chapter