webnovel

Malaikat Bertemu dengan Malaikat.

Suara klakson bus mengejutkan zahra dan seketika membangunkannya dari mimpi2nya.Bus itu telah sampai dikota tujuannya.Zahra bangun dari tempat duduknya dan berjalan perlahan untuk keluar dari bus tersebut.Perjalanan panjang ini sangat membuatnya lelah.

Zahra tertegun dan nampak bingung dengan hiruk pikuk kota J yang baru pertama kali didatanginya.Namun disamping itu dia merasa lega karena sudah jauh dari kampung halamannya,tentunya juga jauh dari Baron dan anak buahnya.Zahra terpaksa meninggalkan kampung halamannya,selain amanah dari alm ibunya dia juga harus lari dari Baron yang menginginkannya untuk menikahinya jadi istrinya yang ke lima.Akhirnya Zahra berhasil kabur setelah bersusah payah menghindari anak buah Baron yang berkeliaran dimana mana,tentunya juga dari campur tangan istri-istri Baron.

Kembali kepada kenyataan...

Zahra segera membuka ranselnya dan mengeluarkan secarik kertas,disana ada alamat orang yang harus ditemuinya sesuai perintah alm ibunya.

"Bu.....ini tidak akan mudah,tapi mudah-mudahan aku bisa secepatnya menemukan sahabat ibu,"Zahra bergumam pada dirinya.

Zahra hendak melangkahkan kakinya ketika dia melihat segerombolan orang-orang berpakaian rapi dengan setelan jasnya.

"Ya Tuhan mereka juga sudah sampai disini?"Zahra segera mencari tempat persembunyian agar mereka tidak melihatnya.

Tubuhnya gemetar dan terasa dingin ,matanya sesekali mengintip dan mengintai pada gerombolan yang sedang memeriksa bus satu persatu dari arah kampung halamannya.Kepanikan seketika menyelimuti wajah pucat Zahra,anak buah Baron benar-benar tidak memberikan kesempatan pada Zahra untuk hidup tenang.

Zahra melihat cela untuk segera meninggalkan terminal bus ini,dia tidak membuang-buang kesempatan tersebut,Zahra segera berlari sekencang-kencang tanpa menoleh kebelakang,tubuhnya sesekali bertabrakan dengan orang-orang yang ramai memenuhi terminal bus tersebut.

"maaf,,,maaf,saya buru-buru!"Zahra tidak meningkalkan etikanya,padahal di hutan yang penuh manusia ini mereka tidak perduli satu sama lain.

Nafasnya terengah-engah namun Zahra enggan untuk menghentikan langkahnya,dia terus berlari dengan rasa takutnya dan telah melewati beberapa gang dan perumahan kumuh.Entah sudah berapa jauh dia berlari,hingga dia sampai di jalan raya yang penuh dengan kendaraan.Zahra memutuskan untuk naik angkutan kota.Didalam angkutan kota tersebut sesekali Zahra melihat sekelilingnya mewaspadai semua orang.

"Ibu.....Zahra lelah!"tangisnya dalam hati.

Fikirannya kembali ke kampung halamannya,mengingat tentang alm ibunya,semasa hidupnya Zahra selalu dipenuhi kasih sayangnya.ibunya adalah pemilik kebun teh di kampung halamannya,ayahnya sudah lama meninggal itu menurut cerita dari ibunya.Setelah dokter memfonis ibu dengan kanker darah,kehidupan Zahra berubah drastis,ibunya mulai menjual sedikit demi sedikit lahan perkebunan teh milik mereka untuk biaya perobatan.Hingga akhirnya ibunya meninggal dan Baron datang padanya untuk melamarnya,tentu saja Zahra menolaknya.Dengan latar belakang keluarganya yang sangat buruk,Zahra bersumpah tidak akan pernah masuk ke dalam keluarga mafia tersebut.Baron adalah anak dari seorang rentenir dan mafia ternama dikampung halamannya,walaupun kampung halamannya adalah sebuah kota kecil,namun keluarga mafia tersebut sangat berpengaruh bahkan mereka mempunyai benerapa koneksi dipemerintahan dikota itu.Tidak heran banyak orang-orang yang menyegani mereka.Anak buah yang bekerja pada mereka juga banyak dan berkeliaran hampir disetiap sudut kota tersebut.

"Neng....mau turun dimana?"Suara sulir angkot membuyarkan lamunan Zahra

"Disini saja pak".Zahra menjawab setelah beberapa saat bingung memutuskan untuk turun dimana.

"Berapa ongkosnya ya pak?"

"lima rebu aja neng."suara supir angkot yang cempreng itu membuat Zahra tersenyum.

Zahra menyerahkan uang sepuluh ribu pada supir angkot"tidak usah dikembalikan pak,buat bapak aja,terimakasih banyak ya...

Kesopanan Zahra membuat supir angkot melongo.

"Neng....kamu baru disini ya?"

"iya pak,"

"Hati-hati neng,orang-orang disini gak semuanya baik,"

Zahra bengong dengan wajah polosnya.

"Neng mau kemana?"

"Saya....mau...ke"Zahra buru-buru mengambil kertas yang berisi alamat seseorang,dan menunjukan kepada supir angkot tersebut.

"Lah....ini arahnya berlawanan neng,sudah jauh lagi,sekarang sudah sore sebaiknya neng cari tempat untuk memginap dulu."suara cempreng supir angkot membuat Zahra tersenyum pahit.

"Banyak bahaya kalau neng kesana malam-malam."lagi-lagi supir angkot memberi peringatan yang membuat Zahra semakin ingin menangis.

"Saya punya anak gadis seumuran neng,saya kasihan sama neng."laki-laki supir angkot itu seharusnya tidak bekerja diumurnya saat ini.

"Saya bingung pak harus kemana?"Zahra tersenyum pahit.

"Mari ikut saya kerumah,besok saya antarkan ke alamat itu,gak baik anak gadis berkeliaran ,apa lagi neng baru disini."Supir angkot tersebut menawarkan pertolongan pada Zahra.

Zahra sempat berfikir beberapa saat,dia tidak punya pilihan.orang tua tersebut tudak mungkin akan berbuat macam-macam mengingat kondisi tubuhnya.

"Baiklah pak....besok saya bayar bapak untuk mengantarkan saya ke alamat ini."Zahra akhirnya menyetujui tawaran supir angkot tersebut.

Dalam perjalanan menuju rumahnya,supir angkot tersebut selalu terbatuk -batuk.

"Bapak sakit?"Zahra merasa kasihan kepada supir angkot tersebut.

"cuma demam biasa,entar juga sembuh sendiri neng."supir angkot tersenyum,wajahnya yang sudah tua nampak berkerut.

Zahra tidak berani banyak bicara,dia merasakan pilu dalam hatinya.Dia tidak pernah tau seperti apa sosok ayahnya,bahkan fotonya juga tidak ada,alm ibunya bilang sudah terbakar bersama rumah mereka dulu.

"Sebentar lagi kita sampai neng."suara cempreng supir angkot itu lagi-lagi membuat Zahra tersenyum.

Zahra melihat sebuah apotik diseberang jalan raya yang mereka lalui.

"Pak bisakah kita berhenti sebentar,ada yang mau saya beli di apotik."

"oh iya neng..."Supir angkot tersebut menghentikan angkotnya ditepi jalan.

Zahra segera keluar dari angkot dan masuk ke dalam apotik,beberapa saat kemudian dia membawa sebungkus obat-obatan,saat masuk kembali kedalam angkot,Zahra memnyerahkan bungkusan obat-obatan tersebut oada supir angkot tersebut.

"Ini untuk bapak,demam dan batuknya harus segera di obati,biar bapak cepat sembuh.

"Lah....jangan repot-repot neng,"suara supir angkot itu terdengar bergetar.

"tidak apa-apa pak,ini sebagai ucapan terimakasih saya,karena bapak sudah mau menolong saya."Zahra tersenyum pada supir angkot tersebut.

"Terimakasih neng,terimakasih sekali."Mata supir angkot nampak merah.

"Nama saya Zahra pak,nama bapak siapa?

"saya Yamin neng"

"oh....pak Yamin."

"Bapak sudah lama narik angkot?"Zahra memecahkan kesedihan dihati pak Yamin.

"Hahahaha.....sudah lama sekali neng,dari anak saya masih orok."suara cempreng pak Yamin terdengar sangat bersemangat bercerita walaupun sesekali dia terbatuk.

"Nah kita sudah sampai neng."Pak Yamin menghentikan angkotnya di halamn rumahnya,

"Ada apa ya pak,kok rame sekali?"Tangan Zahra menunjuk pada kerumunan orang-orang yang ada didepan rumah pak Yamin.

Pak Yamin bergegas turun dari angkot meninggalkan Zahra dalam kewaspadaannya masih di dalam angkot.

"Bapak...."Zahra melihat seorang wanita mudah menangis menghampiri pak Yamin.

"Nah ini dia orangnya..."seorang wanita paruh baya sedang berkacak pingggang,dikelilingi beberapa orang lelaki,sepertinya pengawal atau anak buahnya.

"Mana uang sewa rumah,kalian sudahbtelat seminggu."sambil melotot suara wanita itu terdengar menggelegar saat maghrib seperti ini.

"Maaf bu....saya belum punya,kasih waktu seminggu lagi,pasti akan saya bayar."Pak yamin menjawab dengan gemetaran.perempuan mudah yang menangis disebelah pak Yamin itu pasti anaknya.Zahra masih mengawasi dari dalam angkot.

"Tidak bisa....,kalian harus keluar saat ini juga.

keluarkan barang-barang mereka."Wanta itu makin gusar dan memerintahkan pada beberapa lelaki di sekelilingnya.

"jangan bu....tolong saya,tolong bu..."Pak Yamin memohon pada wanita itu.

"Enak aja....pokoknya kalian harus angkat kaki dari kontrakan ini,titik..."Wanita itu melotot.

"Tunggu....tunggu dulu..."Zahra berlari keluar dari angkot dan berteriak pada wanita itu.

"Berapa yang harus dibayar pak Yamin?tanya Zahra pada Wanita itu....

"Satu juta ditambah denda seminggu dua ratus lima puluh ribu,jadi semuanya satu juta dua ratus lima puluh ribu."Wanita itu melotot pada Zahra.

"Kamu siapa,emang kamu bisa bayar?"Wanita itu membentak Zahra....

"Sebentar...."Zahra membuka ranselnya dan mengambil dompetnya,kemudian menyerahkan beberapa lembar uang kertas pada wanita tersebut.

"Bulan depan jangan telat,kalau tidak mau diusir.

"Ayo pergi."tanpa ucapan terimakasih,wanita itu memerintahkan pada anak buahnya untuk pergi dari rumah kontrakan pak Yamin.

"Maaf neng....kami jadi ngrepotin."pak Yamin sangat bersedih.

"Tidak apa-apa pak,"Zahra tersenyum sambil menepuk pundak pak Yamin dengan lembut.

"Hallo....saya Zahra,kamu anak pak Yamin?"Zahra mengulurkan tangannya pada wanita mudah sebayanya itu.

"Aku Amirah...."Anak pak Yamin menyambut tangan Zahra.

"Ayo kita masuk,ngobrolnya didalam saja."pak Yamin mengajak keduanya untuk masuk ke dalam rumah.

Saya adalah penulis novel CINTA SI GADIS MISKIN,

Saya menulis cerita baru lagi....namun...saya akan melanjutkan menulis Novel CINTA SI GADIS MISKIN SEASON 2.

indahsetianingsihcreators' thoughts
Next chapter