webnovel

Jika Ingin Mengambil Hatinya Rasakan Apa Yang Di Rasakan Hatinya.

Keesokan hari

Pagi-pagi sekali sudah banyak orang yang datang melayat ke kediaman pak Yamin,isak tangispun pecah memenuhi ruangan tamu yang sempit dimana jenazah pak Yamin terbaring,mereka yang datang adalah para tetangga,dikota ini pak Yamin tidak mempunyai sanak saudara entah sejak kapan itu tidak ada yang tau,karena pak Yamin tidak pernah bercerita pada siapapun termasuk pada Amira dan alm istrinya.Semasa hidupnya pak Yamin dikenal sebagai orang yang sangat baik,suka memberi pertolongan pada siapapun yang membutuhkan,tak heran bila banyak tetangga yang bersedih atas kepergiannya.

Zahra dan Amira duduk didekat Jenazah pak Yamin,Amira nampak sedih namun tangisnya tak lagi ada,dia terlihat tabah dan tegar,disampingnya Zahra sesekali mengelus bahu Amira,memberi semangat untuk Amira.

"Permisi..beri ruang sedikit."Suara itu membuat Zahra teringat seseorang.Zahra menoleh ke asal suara itu.

Ketika mata mereka saling bertemu Zahra tidak sengaja melepaskan senyuman pada Alex.

Melihat itu Denis mengingatkan Alex."Ingat....kakak harus tetap fokus.jangan bertingkah aneh."

"Aku mengerti."Alex menuruti kata-kata Denis.

Zahra segera datang menghampiri Alex dan Denis.

"Hai....maaf,carilah tempat untuk kalian duduk,aku akan mengambil uangnya sebentar."Zahra menyapa mereka.

"Tidak usah,jangan membayarnya pada kami,kami tulus membantu."Suara Alex terdengar gugup tidak karuan.

"Kami tidak bisa berlama-lama disini,ada beberapa hal yang harus kami urus."Denis menambahi.

"oh....tapi aku harus memberikan uang itu...."Belumpun Zahra memyelesaikan kata-katanya Denis sudah memotongnya.

"Gunakan uang itu untuk keperluanmu nantinya,jangan sungkan pada kami,"

"Mmmmm....itu..aku...,"Zahra tidak tau harus berkata apa lagi.

"Kami harus pergi,kami turut berduka cita atas meninggalnya Ayahmu,semoga beliau tenang di alam sana."Alex mengulurkan tangannya pada Zahra.Zahra tersenyum pada Alex.

"Terima kasih banyak atas pertolongannya,maaf kalau saya sudah merepotkan,sebentar aku akan memanggil saudara saya untuk bertemu kalian."

"Tidak usah...Besok kami akan datang lagi,saat ini bukanlah saat yang tepat untuk kita mengobrol,"Alex bersikap biasa saja.

"Baiklah Zahra kami harus pergi,ini gunakanlah untuk mengurus biaya pemakaman ayah kamu."Denis memberikan sebuah Amplop berwarna coklat berisi uang.

"Mmmmm....saya tidak bisa menerimahnya,kalian sudah banyak membantu."Zahra menolak pemberian itu.

"Terimalah....kami sangat senang bisa meringankan beban keluarga ini."Alex meyakinkan Zahra.

Zahra menerimah bungkusan itu dengan ragu-ragu.

"Datanglah kembali kemari lain waktu,"Zahra memberikan tangannya untuk bersalaman pada Alex dan Denis.

"Baiklah....kami pamit."

Alex dan Denis meninggalkan Rumah pak Yamin.Kedatangan mereka berdua sangat mencolok karena penampilan mereka yang tidak biasa dan sangat berbeda dari orang-orang yang datang melayat.

Zahra duduk kembali disamping Amira.

"Siapa mereka?"Amira bertanya pada Zahra.

"Temanku,mereka akan datang kembali besok,aku akan memperkenalkannya padamu."Zahra memberikan penjelasan sedikit pada Amira.

"Ah....ini dari mereka,bisa di gunakan untuk biaya pemakaman bapak."Zahra menyerahkan amplop berwarna coklat itu pada Amira.

"Kamu yang pegang saja,kamu yang urus semuanya."Amira meminta pada Zahra.

"Baiklah...."

Ditempat lain....

"Wah kemajuanmu sangat pesat sekali."Denis menyetir mobil sambil menggoda Alex.

"Diamlah,perhatikan matamu itu."Alex berkata tanpa melihat Denis,matanya sedang menuju laptop yang ada dipangkuannya,jarinya juga asyik menari diatasnya.

"Untung saja oma tidak mengharuskan Zahra berlatar belakang anak orang kaya."Denis masih fokus mengemudikan mobilnya.

"Hemmmm"Alex juga masih bersikap sama.

"Aku belum pernah merasakan bagaimana jatuh cinta pada pandangan pertama."Mata Denis melirik Alex,dia tau untuk kata-katanya yang ini Alex pasti akan melakukan tindakan padanya.

"Karena isi otakmu cabul."Alex sedikit tersenyum dengan kata-katanya.

"Enak saja..."Denis protes.

"Itu adalah seniku menaklukan wanita,"Denis membela dirinya.

"Seni apa?suatu saat kau akan repot dengan tingkah mu itu."Alex mencoba mengingatkan Denis.

Denis ingin menyangkal kata-kata Alex,namun ponselnya tiba-tiba berdering.

"Halo..."Denis mengangkat panggilan itu.

Dari seberang sana seorang wanita sedang memohon padanya.

"Sudahlah tidak ada kecocokan diantara kita,oh....aku sudah mentransfer ke nomor rekeningmu,gunakanlah untuk membuat hatimu bahagia."Denis menutup teleponnya.

Alex mengalihkan pandangannya dari laptopnya."Sadis..."

"Aku hanya melakukan yang terbaik."Denis menjawab kata-kata Alex.

"Terbaik gigimu.Apa kamu tidak takut terkena batunya?"Alex melanjutkan lagi kegiatannya.

"Batu apa?aku hanya mencari kebahagiaan untuk hidupku,dia tidak bisa membuatku bahagia,jadi untuk apa dilanjutkan."Deni dengan santai berkata.

"Sudah berapa kali kau tidur dengannya?"kali ini Alex sedikit melirik pada Denis.

"Hemmm.....hanya beberapa kali."Masih dengan santai Denis menjawab.

"Dasar mesum,suatu saat kau akan kewalahan."Alex menyumpahi Denis.

"Hahahaaha....mana mungkin,mereka yang mengejarku dan memohon padaku,aku hanya bersikap baik dan mencoba mengabulkan keinginan mereka."Denis mencoba mengalahkan pendapat Alex.

"Berapa orang pacarmu saat ini?"Alex tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Aku lupa..."Denis menjawab enteng.

"Kakak....kau perlu mencoba hal-hal baru agar kau terbiasa nantinya."Denis ingin menawarkan sesuatu.

"Hal-hal baru kepalamu,"Alex tau arah Kata-kata Denis.

"Hahahahahahhaahaha...."Denis tertawa terbahak-bahak.

"Kakak....karena tidak ada sedikitpun pengalamanmu tentang wanita,kau sangat terlihat idiot didepan Zahra."Denis masih mencoba mempengaruhi Alex.

"Diamlah.....urus saja urusanmu."Alex tidak memperdulikan perkataan Denis.

"Hei.....aku hanya ingin membantumu."Denis tersenyum licik.

"Aku tidak mau menerimah bantuan dari oarang yan mesum sepertimu."Alex memberi penekanan pada kata-katanya.

"Hemmmm kau akan merasakan sesuatu bila kau sudah mencobanya,bahkan kau akan memjadi ketagihan."mulut Denis belum mau berhenti.

"Sudah ku bilang,suatu saat kau akan menangis dibuat seorang wanita,dia akan menolakmu seperti sampah."Alex menyumpahi Denis lagi.

"Hahaahhaahaha.....itu tidak akan terjadi.selama ini merekalah yang memintaku untuk menjadikan mereka pacarku,dan dengan senang hati menyerahkan tubuhnya padaku."Denis percaya dengan keyakinannya.

"Bagaimana jika kata-kataku itu benar-benar terjadi padamu?"Alex tersenyum,sudut bibirnya sedikit naik ke atas.

"Apa kau sedang mengajakku bertaruh?Denis mulai tertantang.

"Apa yang akan kau pertaruhkan,semua yang kau miliki itu berasal dariku."Alex dengan santai menanggapi kata-kata Denis.

"Aku akan melakukan apapun perintahmu jika itu terjadi,dan sebaliknya."Denis mulai menggunakan akal liciknya.

"Apa kau sudah gila,jika itu terjadi 5 tahun yang akan datang,apa kau masih mengingatnya?"Alex tidak tertarik dengan taruhan itu.

"Apa kau takut kalah dariku?"Denis mencoba membuat Alex tertarik dengan taruhan itu.

"Aku selalu menang darimu,dan aku tidak pernah memerintahkan apapun yang membuatmu rugi,kau yang selalu menempel padaku seperti daki."Alex tersenyum puas,kali ini dia pasti membuat Denis kesal.

"Aku hanya mencari perlindungan darimu."Denis membuat kerucut pada bibirnya.

"Jadi.....kapan kau ingin mandiri?kau harusnya sudah bisa memimpin cabang yang ada di lain kota."Alex menutup laptopnya dan mencoba memulai perbincangan serius dengan Denis.

"Aku masih betah jadi supirmu,aku tidak mau berbisnis."Denis mulai ketus.

"Tidak bisakah kau membantuku menangani salah satu cabang perusahaan kita."Suara Alex terdengar sangat datar dan penuh perintah.

"Tidak."Denis menjawab singkat.

"Kenapa kau seperti lem yang selalu ingin menempel denganku?"Alex semakin serius.

"Aku benci dengan suaramu yang seperti ini."Denis mulai tidak nyaman.

"Kenapa?"Alex semakin datar.

"Kau seperti gay."Denis mencoba membuat Alex frustasi.

"Sembarangan kau."Alex memukul kepala Denis.

"Ha.....itu sakit sekali,kau akan membuatku geger otak."Denis memegangi kepalanya.

"Baguslah.....supaya kau sadar betapa stulidnya kau."kali ini Alex sangat kesal.Dia tidak suka setiap kali Denis berkata bahwa Alex adalah seorang gay.

"Kita sudah samapai."Denis memberhentikan mobilnya di parkiran depan kantor.

Next chapter