webnovel

Biarkan Aku Jadi Pahlawannya.

Setelah Amira pergi ke kampusnya,Zahra gagal dengan rencana melanjutkan tidur cantiknya.Dia memutuskan untuk mandi dan pergi ke pasar,selain untuk membeli beberapa kebutuhan Zahra juga berniat untuk mulai membiasakan dirinya dengan lingkungan dan bergaul dengan orang-orang disekitar.

Sebelum menuju kepasar Zahra pergi kerunahbtetangga didekat rumah Amira.

"Permisi...."Zahra tersenyummpada seorang ibu.

"Eh neng Zahra,ada apa ya neng."Dia bu Warni tetangga yang juga ikut mengantar pak Yamin tempo hari ke RS.

"Bu....pasar didaerah sini jauh ya?"Zahra memulai obrolan.

"Oh....neng Zahra mau belanja?"Bu warni sangat ramah dan cepat akrab.

"Iya bu,sekalian jalan-jalan,biar terbiasa bu."Zahra menjawab sekenanya.

"Tidak jauh neng,naek angkot 10 memit sudah sampai."Bu Warni memberikan petunjuk.

"Terimakasih bu,saya berangkat dulu."Zahra berpamitan dan bergegas menuju pasar.

Didalam angkot mata Zahra melihat sekeliling,mencoba menghafal dan mengingat agar tidak tersesat.Benar saja kata bu Warni,pasar tidak berapa jauh dari tempat tinggal Amira.Setelah turun dari angkot Zahra bersemangat untuk memburu beberapa barang-barang keperluan dan beberapa kantong plastik sayuran.Kedua tangannya sudah penuh dengan belanjaan ketika dia menabrak seseorang.Barang belanjaannya jatuh berserakan.

"Aw....Zahra meringis kesakitan."Dengan sisa rasa sakitnya Zahra memungut satu persatu barang belanjaannya.

"Zahra...."Orang yang menabraknya mengenalinya.

Zahra mendongak dan melihat orang tersebut.Nasib sial Zahra dimulai laginpagi ini.Dia sudah berada dikerumunan anak buah Baron.Zahra terdiam,sontak tangannya memjatuhkan kembali barang-barang belanjaannya.Tubuhnya gemetar,akhrnya Zahra tertangkap kembali oleh anak buah Baron.

"Kau sungguh merepotkan kami,ayo ikut dengan kami."Salah seorang Anak buah Baron langsung mencengjram lengan Zahra dan segera memberikan perintah pada yang lain untuk meringkus Zahra.Zahra meringus kesakitan namun dia tidak berdaya,sekarang dia hanya bisa berusaha tenang dan berfikir bagaimana bisa meloloskan diri dan kabur sejauh mungkin dari cengkeraman anak buahnya Baron.

"Bagus....jika kau tetap menurut seperti ini,kami tidak akan mengalami kesulitan,dan tidak akan membuatmu sakit.Maka dari itu tetaplah bekerja sama.

Zahra hanya diam,sikap tenangnya itu membuat anak buah Baron sedikit lega.

Melihat anak buah Baron sedang lengah,Zahra tidak membuang buang kesempatan itu.Salah satu kakinya ditekuk dan lututnya segera menendang selangkangan salah satu anak buah Baron,sepertinya dia adalah ketua dari yang lain.Ketika Ketuanya meraung kesakitan yang lain mengalihkan pandangan,dan melihat padanya,Zahra segera mendorong tubuh ketua komplotan itu ke arah yang lain,Zahra juga sempat menginjakkan kakinya dengan sekuat tenaga diatas kaki anak buah Baro yang lain,kemudian dia kabur,berlari sekencang-kencangnya meninggalkan anak buah Baron.

"Apa yang kalian lakukan,kejar dia."Ketua dari anak buah Baron itu berteriak memerintahkan sambil menahankan sakitnya.

Zahra masih berlari,entah karena rasa takutnya,Zahra berlari sangat kencang sekali atau karena selama ini dia sudah terbiasa berlari seperti ini menghindari anak buah Baron.

Zahra masih terus berlari,menggunakan akal berlari berbelok masuk ke dalam gang,kemudian berbelok lagi lalu lurus lagi dan begitu seterusnya,hingga dia sampai lagi di jalan raya dan masuk ke dalam bus.Dia tidak tau kemana arah bus itu membawanya,setelah cukup lama didalam bus Zahra memutuskan untuk turun.

Zahra bingung sekarang di ada dimana,matanya membaca beberapa tulisan besar yang ada dipinggir jalan.Duseberang jalan Zahra melihat sebuah mini market,Zahra pergi kesana untuk membeli air mineral dan menjadikan tempat itu sebagai temoat yang aman untuk sementara.

Didalam minimarket tersebut Zahra sengaja berlama-lama sambil berpura-pura untuk berkeliling mencari-cari apa yang akan dibelinya.

"Bagaimana caraku kembali ke rumah Amira."Zahra berfikir dan terus berfikir.Dalam keadaan seperti ini Zahra juga harus waspada,banyak kejahatan yang bisa saja terjadi padanya yang belum mengenal kota ini.

"Braggggg....."Zahra menabrak seseorang lagi.

"Maafkan saya,"Zahra memungut air mineralnya.

Wanita itu hanya tersenyum dan segera berlalu dari hadapannya tanpa sekatapun,Zahra terdiam melihat wanita itu.

"Sepertinya aku pernah melihatnya."Zahra berkata pelan.

Zahra masih enggan untuk keluar dari minimarket itu,dia takut kalau anak buah Barok akan sampai disini dan melihatnya.Mereka pasti akan menangkapnya lagi.

Disaat panik seperti itu tiba-tiba ponselnya berdering.Itu Alex dalam panggilan diponselnya.Zahra langsung mengangkat panggilan itu.

"Halo alex...."

Memdengar Zahra langsung memanggil namanya hati Alex dipenuhi kegembiraan,senyumnya seketika mengembang dibibirnya.

"Zahra....apa kabarmu hari ini?"suara Alex menggambarkan suasana hatinya.

"Aku sedang mengalami nasib buruk....mmmm maksud ku,aku dalam keadaan baik,tapi....aku memerlukan bantuanmu saat ini."Zahra berkata dengan cepat.

Mendengar hal itu Alex panik."Ada apa,apa yang terjadi padamu,apakah kamu tidak apa-apa?apa yang bisa aku bantu?"

"Saat ini aku sedang tersesat,aku tidak tauh jalan pulang."Kata-kata Zahra terdengar seperti lirik sebuah lagu.

"Apakah kamu serius?"Alex mengerutkan alisnya.

"Mmmmmm.....aku serius,bisakah kamu menjemputku kemari?"Zahra berharap banyak dari Alex.

"Tentu saja bisa,aku akan segera kesana,kirimkan alamatnya."Alex sangat senang menedengar permintaan Zahra.

"Baiklah aku akan segera mengirimkan lewat pesan."Zahra tersenyum.

"Ok...setelah alamat itu kamu kirim aku akan segera sampai disana,sekarang tutuplah teleponnya."ini adalah kedua kalinya Alex berkata seperti itu di kali kedua dia menelepon Zahra.

"Alex....tunggu dulu."Zahra berteriak takut Alex mematikan teleponnya.

"Aku tidak akan pernah menutup teleponnya,biar kamu saja yang menutupnya."Alex terdengar sedikit lebay.

"Oh itu...iya aku ingat,kamu akan datang kesini kan?"Zahra memastikan lagi.

"Tentu saja,aku sudah berjanji padamu."Alex meyakinkan Zahra.

"Mmmmm baiklah aku akan menunggumu.,aku tutup telepinnya."Zahra menutup teleponnya dan segera mengirimkan alamat itu lewat pesan ke Alex.

Begitu Alex menerima oesan dari Zahra dia terkejut dan mengerutkan alisnya.

"Bagaimana dia bisa sampai disana,dia sangat jauh tersesat."Alex memanggil Denis dan memerintahkan padanya untuk membatalkan rapat yang 15 menit lagi akan dilaksanakan.

"Kakak....apa kau sudah gila?"Denis memprotes.

"Aku ada urusan penting?Alex berkata sambil berjalan meninggalkan ruangan Denis.

"Sepenting apa sampai kau melupakan tugasmu?"Denis mengikutinya dari belakang.

"Tidak ada yang lebih penting dari Zahra."Alex sangat tergesa-gesa dengan langkahnya.

"Ah kamu tidak bisa.....

apa yang baru kau katakan tadi?

zahra?"

Apa dia mengajakmu berkencan di jam kerja seperti ini?"Jangan banyak bicara lakukan perintahku.

"Aku ikut,kau akan berubah jadi idiot bila didepan dia."Denis memprotes.

"Kali ini tolong percaya padaku."Alex menghentikan langkahnya dan membalikan tubuhnya ke arah Denis.

"Dia sedang dalam kesulitan,biarkan aku jadi pahlawannya,dan jangan ganggu momen ini."Alex menepuk bahu Denis.

"Oh...itu."Mulut Denis membentuk bulat.

"Baiklah...selamat bersenang-senang,urusan kantor serahkan padaku."

"Aku mengandalkanmu."Alex tersenyum pada Denis.

Next chapter