webnovel

Bagaimana rasanya punya seorang ayah?

Mereka sedang menikmati makan malam yang sederhana dengan menu yang sangat sederhana.

"Maaf ya neng,makanannya begini!"pak yamin berkata lirih.

"Tidak apa pak,saya sangat bersyukur bisa ketemu dan mengenal bapak dan Amira,masakan Amira enak jadi ingat alm ibu."Zahra menikmati makanannya dengan lahap.

Amira nampaknya sangat pendiam dan tidak banyak bicara,namun bibirnya sesekali tersenyum saat matanya melihat ke Zahra.

"Apa kegiatan Amira sehari-hari?Zahra melihat Amira yang sedang menikmati makanannya.

"Dua minggu mendatang aku wisuda."Amira tersenyum manis pada Zahra.

"Amira mendapatkan bea siswa untuk kuliahnya."Pak Yamin menambahkan komentarnya.

"Bapak tidak akan mampu mebiayai Amira kuliah,Syukurlah kecerdasan dan kepintarannya membawa keberuntungan untuknya."Sesekali pak Yamin terbatuk-batuk,wajah keriputnya membuat lirih di hati Zahra saat mendengarkan ceritanya.Amira sangat beruntung masih mempunyai seorang ayah,walaupun hidup mereka dalam keadaan pas-pasan tapi kedua ayah dan anak ini masih bisa saling menjaga.

"Neng .....kok bengong?,ayo di makan."Pak Yamin dan Amira heran melihat Zahra melamun.

"kamu dari kota mana,kenapa sendirian dikota ini?suara Amira sangat lembut.

"Mmmm.....aku sebenarnya..."Zahra ragu memeruskan kata-katanya.

Melihat raut wajah Zahra yang sepertinya enggan untuk bercerita pak Yamin berkata-kata sambil terbatuk-batuk dan menutupi mulutnya.

"Sudah-sudah habiskan dulu makanannya,nanti kita ngobrol lagi."

Amira memberikan segelas air putih pada pak Yamin.

"Minum dulu pak...,pelan-pelan."

"Jangan lupa diminum obatnya yang tadi ya pak."Zahra mencoba mengingatkan pak Yamin.

pukul 8 malam,setelah selesai makan malam Amira dan Zahra membereskan meja makan dan mencuci piring.

"Amira.....apakah kamu keberatan aku tinggal disini malam ini."Zahra menggigit bibirnya.

Amira menolehkan wajahnya ke Zahra dan menghentikan kegiatannya,

"Kenapa berkata seperti itu?,apakah sikapku menunjukan kalau aku kurang bersahabat?"

"Mmmmm.....aku takut merepotkan kalian."suara Zahra semakin pelan.

"Tamu itu membawa rezeki,seperti kamu sudah menolong kami.Berarti kamu adalah rezeki yang dikirimkan Tuhan untuk menolong kami,harusnya kami berterimakasih padamu."Amira tersenyum kembali pada Zahra.senyumnya terlihat sangat tulus.

"Mmmmm....Amira..."Zahra ragu-ragu untuk meneruskan kata-katanya.

"Kamu boleh tinggal dirumah ini sampai kapan pun."Amira seperti sang ahli membaca fikiran.Lagi-lagi senyumnya mengembang untuk Zahra.

"Benarkah?,aku boleh...."Zahra seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya.

Amira menganggukan kepalanya dan kembali meneruskan mencuci piring.

"Amira seperti apa rasanya punya seorang ayah?Zahra memandangi Amira serius.

Amira mengerutkan keningnya,gerakannya ini membuag alisnya miring sebelah.

"Hahahahahhahaaha.....,apa maksud kamu?"Kali ini Amira tertawa lepas,dia terlihat sangat cantik.

"Dari aku kecil aku tidak pernah melihat ayahku,kata ibu ayah sudah lama meninggal,aku rasa kamu sangat beruntung."mata Zahra memandang dengan kosong.

"Ya....aku sangat beruntung sekali punya bapak."Amira memberikan piring-piring yang sudah dicuci pada Zahra untuk disusun ke rak piring.

"Zahra....kenapa kamu ke kota J,apakah ada yang harus kamu kerjakan?"Amira membuat Zahra gugup.

"sebenarnya aku.....aku...."Zahra bingung harus berbohong atau jujur pada Amira.

"Ayolah....siapa tau aku bisa membantumu."Amira menunggu jawaban Zahra.

Zahra menatap mata Amira,beberapa saat dia masih ragu,namun kemudian dia memutuskan untuk menceritakan semuanya pada Amira.

"Selain untuk mencari seseorang,aku sebenarnya sedang kabur dari seseorang yang ingin menikahiku."

"Setelah ibu meninggal,Baron memaksaku untuk menikah dengannya,aku sempat disekap,tapi syukurlah dengan bantuan dari istri-istrinya akhirnya aku berhasil kabur dan sampai dikota ini."Zahra menarik nafas panjang.

"Apakah Baron orang yang sangat berpengaruh di kota tempat kamu tinggal?"Amira merasa prihatin pada Zahra.

Zahra hanya menganggukkan kepalanya,sebenarnya dia tidak ingin mengingat-ingat kembali masalahnya dengan Baron.

"Apakah tidak ada saudara yang bisa melindungimu?"Amira semakin penasaran.

"Ibu tidak punya siapa-siapa dikota itu,ibu juga bilang kalau dia tidak punya saudara,dia hanya yatim piatu."Zahra merasakan sesak didadanya.

"Bagaimana dengan saudara dari ayahmu?"Amira melontarkan pertanyaan yang tidak pernah terfikirkan oleh Zahra.

"Ibu tidak pernah cerita soal itu,atau alamat yang diberikan ibu ada hubungannya dengan itu."Zahra sepertinya sedang menyadari sesuatu.

"Boleh aku lihat?Wajah Amira tak kalah seriusnya dengan Zahra saat ini.

"Sebentar,aku akan mengambilnya."Zahra bergegas menuju ke ruang tengah dan membuka tasnya.

"Ini dia...."Zahra menyerahkan secarik jertas yang sudah lusuh pada Amira.

"Tulisan ini seperti sudah lama sekali,"Amira memeriksa kertas itu.

"Setelah ibu menyerahkan kertas itu,ibu pergi selamanya,ibubtidak sempat mengatakan apapun padaku."Zahra menahan kesedihannya.

"Komplek Ratu seruni blok A kota J,Tuan William Jayanto.,ini perumahan konglomerat."Amira membaca tulisan di kertas itu.

"Apakah kamu tau siapa tuan William jayanto?"Amira menatap serius pada Zahra.

Sebelum Zahra bisa menjawab pertanyaan Amira,keduanya dikejutkan dengan suara seperti gelas pecah dari ruang depan.Keduanya sontak berlari ke ruang depan.

"itu dari kamar bapak"Wajah Amira pucat pasi.

Benar saja,setelah keduanya masuk ke kamar pak Yamin mereka dikejutkan dengan pemandangan yang mengerikan.Pak yamin dengan posisi terduduk dadanya bersimbah darah,gelas pecah ada disebelah kakinya.Pak Yamin masih dalam keadaan sadar,wajahnya sangat pucat,tangannya yang bersimbah darah memegangi area dadanya.

"Bapak....."Tangis Amira pecah seketika.

Zahra berusaha agar tidak panik dan segera memikirkan tindakan apa yangbharus diambil untuk menolong pak Yamin.

"Amira...tenanglah,jangan menangis ayo kita bawa bapak ke RS."Suara Zahra terdengar bergetar,tubuhnya juga gemetaran melihat darah yang begitu banyak yang masih keluar dari mulut pak Yamin.

Amira menggelengkan kepalanya."Aku tidak punya uang."

"Jangan fikirkan itu,kita urus itu nanti."Zahra meyakinkan Amira.

"Kamu minta bantuan tetangga untuk memindahkan bapak ke angkot"aku akan menyiapkan angkotnya,berikan kuncinya padaku."Zahra menyarankan pada Amira.

Amira mengangguk,kemudian memyandarkan tubuh pak Yamin diatas tempat tidurnya.

"Bapak tunggu disini ya,bapak bertahan ya."

Pak Yamin menganggukan kepalanya dengan nafas yang tersengal-sengal.

Beberapa menit kemudian para tetangga datang membantu Amira dan Zahra untuk mengangkat tubuh pak Yamin ke dalam angkot.Setelah itu Zahra dan Amira pergi menuju RS terdekat,ada beberapa tetangga yang ikut serta dengan mereka.

Amira masih menangis,tubuh pak Yamin dibaringkan dengan kepala nya dipangkuan Amira.

"Jangan nangis neng,bapak tidak apa-apa"Pak Yamin berbisik dengan nafasnya yangbtersengal-sengal.

"Bapak pasti sembuh ya pak"Bu Warni salah satu tetangga Amira berusaha menenangkan ayah dan anak itu.

Amira mengangguk,sesekali dia tersenyum dalam tangisannya.

"Sudah sampai,aku akan meminta bantuan pada perawat,bapak-bapak dan ibu-ibu,tolong bantu Amira untuk mengeluarkan pak Yamin dari angkot ya."Zahra keluar dari angkot dan langsung masuk ke RS untuk meminta bantuan.

"Sus...suster tolong saya,keadaan gawat darurat,bapak saya sakit,sekarang ada diluar."

Zahra datang bersama beberapa perawat dan membawa Brankar.

"Ayo bantu kami memindahkan pasien ke brankar."Salah satu perawat memberikan intruksi.

Setelah tubuh pak Yamin sudah terbaring diatas Brankar,para perawat tersebut segera mendorongnya ke rawan instalasi gawat darurat.

"Tolong diurus dulu administrasinya agar bisa dilakukan segera tindakan pada pasien."salah satu dari perawat itu berkata pada Zahra.

"Baik suster..."Zahra segera mengambil dompet dari ranselnya.

"Zahra...."Amira semakin terisak.

"Tenanglah....aku punya "Zahra meyakinkan Amira.

"Kamu ajak bapak dan ibu-ibu ke ruang tunggu,okey."

Amira menganggukan kepalanya.

Zahra segera mencari mesin ATM,tidak berapa lama dia sudah menemukannya.Uang tunainya sudah habis dan hanya tersisa dua ratus ribu saja di dompetnya,Ada saldo sebesar tiga ratus juta di kartu ATMnya,uang itu adalah pemberian ibunya beberapa tahun yang lalu,Zahra tidak pernah menggunakannya sisa harta terakhir dari ibunya,setelah semua lahan perkebunannya terjual untuk biaya perobatan.Sebenarnya saat itu Zahra ingin menggunakan uang itu untuk perobatan ibunya,tapi ibunya menolak,karena ibunya tau bahwa penyakitnya tidak akan bisa sembuh.

"Ini hak kamu sayang,simpanlah pergunakan untuk keperluanmu,"Zahra mengingat kembali kata-kata ibunya saat memberikan uang itu.

Saat mengecek saldo Zahra menjadi heran,jumlah uang didalamnya bertambah 50juta.Setelah mengingat-ingat uang itu berasal dari mbak yuyun istri ke 4 Baron,saat membantunya kabur dari sekapan Baron mbak yuyun berkata sudah mentransfer sejumlah uang ke nomor rekeningnya.

Setelah Zahra menarik tunai ATM,dia bergegas untuk menyelesaikan administrasi agar pak Yamin diberikan tindakan lanjut.

Karena tergesa-gesa dan berlari Zahra tidak memoerhatikan langkahnya dan menabrak seseorang,

"Brukkkkk....."

Orang itu segera menangkap tubuh Zahra yang hampir terpental dalam pelukannya.

"Maaf-maafkan saya,saya terburu-buru."Dengan nafas yang tersengal-sengal Zahra tidak melupakan etikanya.

"Maaf mas...,mas...,mas..,tolong lepaskan saya,saya sedang terburu-buru."Zahra menatap seorang pria yang sedang memeluknya sangat erat dan tidak berkedip memandang wajahnya.

Pria tersebut belum melepaskan tubuh Zahra dari pelukannya dan masih menatap Zahra dengan dalam,

Zahra berusaha melepaskan tubuhnya dan meminta pria tersebut untuk melepaskannya,namun setelah beberapa kali Zahra memintanya,pria tersebut belum bereaksi sama sekali,Zahra panik wajahnya memerah dan memanas seketika.

"Mas....saya buru-buru,tolong lepaskan saya,

Dalam keadaan seperti ini Zahra jadi salah tingkah dan bingung.

"Apa sebenarnya yang terjadi dengan orang ini."Zahra berkata dalam hatinya.Saat matanya bertemu dengan mata pria tersebut Zahra merasa canggung dan tidak nyaman,hembusan nafas pria tersebut membuat bulu kuduknya berdiri.

"Hei....kakak,apa yang sedang kamu lakukan?Suara seseorang membuat Zahra menoleh ke arahnya.Dia seorang pria juga,tangannya mengguncang-guncang tubuh pria yang sedang memeluk Zahra.

"Wah kamu mesum di tempat umum,fikiranmu dimana?"Pria itu berceloteh sembarangan.

"Bu...bukan..."Zahra menggelengkan kepalanya.

"Hei....kakak,lepaskan dia"Kali ini pria tersebut menarik tubuh pria yang sedang memeluk Zahra.

Pria itu tersadar dan dengan tiba-tiba melepaskan pelukannya pada Zahra.Zahra menghembuskan nafasnya lega.

"Maaf...aku tidak sengaja."Suara pria itu membuat Zahra tertegun untuk beberapa saat.Namun dia harus kembali ke pada urusannya.

"Saya yang harysnya minta maaf,saya sangat buru-buru,Zahra berlari dan meninggalkan ke dua pria tersebut.

"Tidak sengaja apanya,yang aku lihat kau sangat menikmati itu."Kedua pria itu adalah sepupu,yang dipanggil kakak adalah Abraham Alexi Pratama,seorang pengusaha mudah sukses dan ternama,sedangkan adik sepupunya adalah Denis Putra Wijaya,bisa dibilang kaki tangannya Alex.

"Diamlah....suaramu sangat berisik."Alex melangkahkan kakinya ke arah Zahra pergi.

"Hei...kakak,mau kemana kau? Ruangan Oma dirawat ada disebelah sini."Denis segera memprotes.

"Emmmm....aku mau ke toilet sebentar."Alex menutupi kepikunannya.

"Ha....jangan-jangan kau akan mengejar wanitamu itu?"Denis sangat berisik.

"Hati-hati dengan lidahmu bocah!"Alex menatap Denis dengan dingin.

Denis bersiul dan berpura-pura melihat ke atas,matanya menghindari tatapan Alex yang akan membunuhnya itu.

"Ayo...."Alex melangkah melawan arahnya.

Tinggalkan komentar,dan beri nilai kalian.

jangan lupa vote nya.

indahsetianingsihcreators' thoughts
Next chapter