19 Don't wanna love again: Faras

Rasa tidak nyaman itu masih gue pikirkan sedang Abi kini tengah duduk disebelah gue menonton tv, dirumah hanya ada kita berdua dan para pembantu yang berada didalam kamar tidur siang. Gue bersandar sambil memakan popcorn caramel yang tadi gue buat.

Cemilan lainnya juga ada di meja, gue sangat menyukai nyemil. Jadi acungkan kaki kalian bagi tukang ngemil. Eh! Maksud gue adalah, angkat tangan kalian, bukan kaki kalian.

"Kenapa ya, larva kuning suka banget keluarin ingusnya yang kuning sampe bisa panjang begitu?."

Gue mulai bertanya konyol karena di umur 23 tahun Abi masih menonton kartun sedang anak kecil yang seharusnya malah menonton film yang tidak dengan umurnya.

Jadi, gue dan Abi gap year setahun. Umur kita sama, beda setahun dengan Farrel dan Salma. Abi adalah teman gue sedari SD dan bertemu di SMA kembali, kami jadi dekat sampai sekarang.

"Ya mana gue tau. Gue bukan produsernya."

"Ihhh... abisnya dia juga suka banget kentut terus keluarin ingus, kan jijik."

"Sama kan kaya lu, tiap pagi ingusan mulu. Sekalinya kentut udah kaya suara klakson mobil tronton!. Terus, kalau disuruh ke dokter malah nggak mau, bilangnya lu udah kebanyakan minum obat nggak usah ditambah lagi. Ninti jigi simbih sindiri, hilih kintil!!."

"Taunya ngana kena sinusitis kan!."

Gue geplak mulut Abi sampai teriak kaget, mulutnya suka nggak bisa mengikuti alur topik random yang gue bahas, malah ngungkit hal lain-lain. Beuhhh.

Minta banget gue cubit ginjalnya.

Gue ngakak dengar cibiran terakhir Abi yang sekarang memeluk gue dari samping terus menyandarkan kepalanya diatas kepala gue.

"Ya ampun... lo kok mungil banget sih kalau gue peluk!. Gemes gue jadinya!!."

Terus Abi cium-cium kepala gue bertubi-tubi sambil melingkari lengannya diseputaran leher gue seakan menyekik gue pun protes minta di lepas.

Di kira gue apaan pake acara di cium-cium gemas, iya sih. Gue emang menggemaskan, sombong dikit tidak apa-apa kan?.

Kemudian film berputar dengan gue dan Abi yang sudah tidak tertarik menonton, kami berdua tidak suka menonton film sebenarnya hanya jika gabut saja kami mencari film seperti sekarang.

Sudah lima hari Abi menginap dirumah gue dan dia bilang karena papa dan mama gue belum pulang dari perjalanan bisnis dia akan menemani gue dirumah.

Tapi yang gue liat dari sikapnya, kayanya ada problem dalam keluarga dia. Terkadang Abi akan melamun dan menatap fokus pada satu titik, berpikir keras. Sering gue mendapati itu dari kelakuan Abi yang biasanya selalu hyper aktif.

"Lo oke kan, Bi?."

"Hem... Gue oke."

Dan Abi menjawab sambil menatap kedua pasang mata gue intens sekali, gue jadi salting. Abi itu tampan dan manis, tapi ketika dia diam menatap pada satu titik seperti sekarang memandang gue itu sangat tegas dan tidak goyah.

Tapi hati gue yang goyah, beruntung otak gue pake mode getar jadi tidak bergetar otak ini di buatnya.

"Apa gue masih belum bisa mendapat kesempatan itu?."

"Hah?"

Gue langsung cosplay jadi patung karena yang di lakukan Abi adalah mencium tepat di bibir. Gue diam terpaku sampai bibir Abi bergerak melumat bibir bawah gue dua kali kemudian melepasnya.

"Apa belum ada kesempatan?."

.

.

.

GRUP ANGKATAN 43 BREAKING NEWS!!

Unlimated new: Gila!! *Send picture* Si Abi beli jam tangan couple yang harganya di atas 20 juta WOIIII!! Ginjal gue meronta-ronta. Yang kemarin habis datang ke pesta khusus jalur emas VIP dan ketemu banyak orang hebat.

Unlimated new: Langsung beli jam yang cuma ada 15 di dunia DONK BOOOO!.

Udin: Mungkin hasil dari BO. Isu-isu, isinya kumpulan orang pencari cuan melalui BO dan sekawannya:).

It's Inay: Halah!! Pake duit orang tua aja bangga. Gue donk, kerja paruh waktu buat bayar kosan sama makan sehari-hari plu nyicil uang UKT kuliah. Kagak sombong tuh!!.

Jay: Halah. Kaum miskin bacot!.

Syahrani: Posthink aja kali. Gak usah su'udzon lu pada!. Bisa jadi mereka pete-pete belinya dari nabung bareng-bareng.

Unlimated New: Baca captionnya donk Maemuna!!. KALAU DIA BELIIN BUAT KAWAN SUPER MAINANNYA!!

It's Inay: @Jay Iri bilang bosss!.

Froy: Anjing banget ya. Enak bener jadi orang kaya jalur VIP. Langsung beli tanpa negooo. Apalah gue kaum rebahan ini. Bernapas gratisan aja sudah bersyukur.

Fiona: Ih! Kebiasaan banget deh geng mereka. Pamer mulu kalau beli yang mahal-mahal!! RIAA!!

Benteng Takesi: Widih!! Holang kaya bikin breaking news apa lagi?.

Gue scroll dengan sedikit malas ketika Anggun, teman gue ini datang lagi dan memberi tahukan jika angkatannya membuat grup khusus untuk update setiap postinagn dan kegiatan orang-orang kaya di kampus.

Termasuk gue dan tiga serangkai sahabat gue.

Uh, melihat postingan Abi gue jadi mengingat ciuman itu lagi. Sialannya, si Abi bersikap biasa saja ketika gue malah bertanya bali, kesempatan apa yang dia pertanyakan pada gue.

"Liatkan. Mereka pada julid cuma gara-gara postingan jam tangan Abi dan yang lagi lo pake ini."

Anggun mengangkat tangan gue sewot. Dia ini biasanya kalau sedang ada masalah selalu merecoki gue dengan tingkah menyebalkannya dalam menjulidi orang. Gue hanya kana mengiyakan terus atau mengatakan tidak agar pembahasan yang dia bahas terhenti.

"Kemarin juga laki gue sempet jadi pembahasan, mereka ngirim poto dia jalan sama cewek yang kaya lonte di bar. Langsung deh, gue di katain nggak becus jaga laki, wajarlah gue di selingkuhi tingkah gue aja kaya setan. Begitu kata mereka. Ada ya, orang semacam mereka, ngatain gue setan tingkah mereka lebih dari setan, iblis lah setara."

Anggun terus berucap sambil gue sesekali mengangguk namun tetap mendengarkan.

Gue masa bodo, tidak mau ambil pusing dengan grup yang di adukan Anggun pada gue. Banyaknya mereka tidak tau, bahwasannya kami sudah menabung untuk membli jam tangan dari hasil kami menaruh investasi dan saham yang di ajarkan oelh Abi pada kami.

Hasilnya kami tabung dan menunggu produk jama tangan ini mengeluarkan tipe terbaru yang hanya ada 15 biji tiap tahunnya.

'Can i call you baby. Can you be my friend. Can you be my lover up until teh very end?. Let me show you love, oh no pretend. Stick by my side even when the world is caving in, yeah...'

Suara rington hp gue membuat Anggun berhenti mengoceh dan gue segera mengangkatnya. Bang Daniel menelpon, dalam hati beryukur karena intrupsinya.

"Halo bang..."

"..."

"Hm... Iya, aku bisa kok. Di Restorant Barbara, minggu sore. Oke, aku bisa kok. Asal jemput aja hehehe. Byeee kalau begitu, jangan lupa makan ya bang."

"Siapa? Pacar oppa lu itu ya?."

"He'em."

"Gila sih hahaha, di putusin Gibran si anak pengusaha, dapet CEO oppa-oppa korea. leged banget emang jadi lu itu, antik-antik dapetnya."

"B aja sih, padahal."

.

.

.

Gue menghapus air mata yang tersisa di pipi kasar, si bajingan entah bagaimana bisa ada disini. Di restoran yng dijadikan Daniel untuk bertemu. Dia menj=cegat gue dan meminta gue kembali.

Bedebah banget. Lupa kali, siapa yang membuang gue selayaknya sampah didepan mahasiswa lain.

Gue berjalan cepat menuju meja namun sebelum itu gue menarik napas agar sedikit tenang. Duduk di meja tiba-tiba saja seorang laki-laki dimeja sebelah gue berlutut memegang bunga dan sebuah cincin yang dia sodorkan kepada perempuan dihadapannya.

"Will you marry me, Maria?."

"Apasih, bangun Gerry!!. Malu diliatin orang!."

Kemudian suara sorakan terdengar meneriaki si perempuan agar menerima lamaran itu, sangat klise tapi terlihat romantis dari sebagian wanita didunia.

"Aku nggak akan bangun sampai kamu jawab, Marry me?."

Wajah si perempuan kesal dan tidak terlihat senang akan lamarannya.

"Kamu kalau aku lamar begitu, apa akan menerimanya?."

Tanya Daniel mengalihkan gue dari kursi sebelah kami, mengangkat alis bertanya.

"Kalau aku lamar kamu seperti itu, apa akan kamu terima?."

Oh, tentu saja. Gue tidak suka lamaran yang kebanyakan para selebable gunakan untuk melamar kekasihnya. Gue hanya suka jika dia meminta gue langsung pada orang tua dan mengenalkan gue juga kepada orang tuanya.

Tapi gue tidak bisa menjawab tidak bukan jika dilamar didepan umum seperti ini.

"Kamu nggak jelas banget! bangun atau aku pergi!."

Si perempuan benar-benar meninggalkan si lelaki yang masih berlutu itu, semua yang ada di restoran langsung terdiam menahan napas. Ini adalah momen paling memalukan seumur hidup, lamaran yang ditolak di depan umum.

Ditonton banyak orang yang tidak dikenal.

Tapi anehnya, lelaki itu berdiri dan berbalik sedang bang Daniel mengambil bunga itu dari tangan lelaki tadi dan berlutu dihadapan gue. Sial!.

Serial drama apa lagi ini?.

"Faras, apa kamu mau menerima pinangan lelaki dewasa ini untuk mendapingi sisa hidup yang ada dalam sebuah ikatan pertunangan sebelum emnuju jenjang serius kita. Masa depan paling cemerlang yang ada karena hadirnya kamu disana."

Kemudian semua sorakan itu kembali terdengar memekkan dan gue merasa stagnan disana. Tidak tau harus bagaimana, karena sejujurnya gue tidak mau hal seperti ini tapi sudah terpampang didepan mata begini.

Apa bisa gue menolak lamaran CEO didepan banyak orang yang sekarang mulai mengarahkan kamera ponselnya kearah kami.

Sungguh membebani kedua pundak.

Gue mengangguk dan bang Daniel memeluk gue erat sekali. Indra penciuman gue dapat menghirup wangi parfum mahal miliknya yang, kok rasanya kaya parfum yang dia belikan untuk gue ya.

"Terima kasih banyak. Terima kasih..."

Tentu gue balas memeluk tubuh tegap nan kokoh miliknya.

Semua bagian tubuh bang Daniel keras oleh otot, tidak ada lemak layaknya pada perut gue.

Uh, ku langsung merasa tak layak bersanding dengaan bang Daniel. Tubuhku tenggelam sempurna tertutupi tubuh besarnya.

Dengan kejadian ini, gue melupakan insiden gue bertemu dengan mantan bajingan gue di toilet resotran tadi. Gue benamkan wajah pada dada bidang bang Daniel dan memejamkan mata nyaman.

avataravatar
Next chapter