1 BAB 1 Pertarungan Jalanan

Deru dan debu kendaraan menyapu wajah dan badannya hingga deodoran anti ketek dan parfum 30 ribuan tak bisa menangkal serangan bau apek keringatnya. Hawa yang panas juga menguras emosinya, Galang, sang jurnalis pemula yang baru saja merasakan kerasnya Jakarta.

Motor bebek Kawasaki KAZE yang cukup usang rupanya sedikit membuatnya kerepotan karena sesekali motor keluaran 90-an itu batuk batukan dan endut endutan, untung tidak sampai diare atau muntah-muntah.

"Apalagi sih, padahal isi bensin sudah, ganti busi sudah, emang sih 2019 harus ganti motor" gumam Galang.

Ia menoleh kanan kiri, sambil menyeka keringat yang terus membanjiri jumper berlabel whynot-nya.

Sambil terus mendorong motornya yang mogok rupanya ia merasakan firasat yang tidak bagus. Dadanya seperti berdegup lebih kencang sambil mencoba mencari tahu kenapa ia bisa sekhawatir itu.

Resah pula ia rasakan, karena ia harus segera mewawancarai seseorang narasumber yang terbilang spesial karena terkenal sebagai tokoh masyarakat plus kaya raya dan memiliki banyak usaha, tapi galaknya ngalahin guru matematikanya Galang sewaktu SMA.

Tak lama ponsel Galang berdering, dan ia kalang kabut karena ajudan sang narasumber yang menelponnya.

"Siap Pak, baik, semoga saya segera tepat waktu sampai sana Pak, mohon maaf pak, sekali lagi mohon maaf", ujar sang jurnalis yang masih bau kencur ini.

Tanpa banyak keluh, Galang berpikir keras bagaimana caranya bisa sampai ke daerah Kuningan, Jakarta sementara ia masih terdampar di Cipinang dengan kondisi motor yang tidak layak jalan. Tak jauh dari tempatnya menyandarkan motornya, terlihat ada warung kopi yang sepi. Kemudian ia menghampirinya dan menitipkan motornya sekalian STNK nya.

"Dek, Ari kamu teh yakin nitipin motor sama STNK nya, kalo saya jual gimana atuh?" tanya tukang warung.

"Pak, kalo mau jual, jual aja, tapi di atas 3 juta ya, nanti ke saya 3 juta, nah bapak dapat sisanya berapa lah, lumayan kan? hehehehe...serius Pak, atau Bapak yang mau beli? dengan senang hati saya lepas 2,5 aja pak buat bapak mah," canda Galang.

"Bapak tenang aja, setelah tugas saya selesai saya ke sini lagi, dan bawa ke bengkel. ini darurat Pak saya harus wawancara orang, buru-buru," kata Galang.

10 menit berlalu, tapi ia tak kunjung menemukan ojek. Jika menggunakan taksi, ia tidak yakin dengan uang yang ada di dompetnya.

Ia segera mengambil secarik kertas di tasnya lalu menuliskan "Tolong" dengan spidol. kertas pun ia acung acungkan sambil berharap ada pengendara yang mau berbaik hati.

Seperti dalam sinetron, tiba-tiba seorang pengendara mengerem dan tepat berhenti di depannya.

"Mas, pasti butuh pertolongan, yuk saya antar, ," kata si pengendara.

"Waduh mas, terima kasih banyak ya, maaf ngerepotin nih," kata Galang.

Setelah menaiki motor tersebut, si pengendara tampak mengeluarkan ponselnya dan mengetik pesan singkat. Tak lama kemudian, motor melaju dengan kencangnya.

selama perjalanan, tak banyak kata yang terlontar dari si pengendara yang mengaku bernama Ubay.

AWAL PETAKA

Tiba-tiba motor melaju pelan lalu masuk ke gang sempit dan perlahan berhenti di depan sebuah rumah petak yang sepi. Tampak di sekitarnya ada onggokan besi tua dan bekas gerobak mie yang sudah rusak.

"Mas, kok kita ke sini, kenapa?" tanya Galang

"Oh sebentar, tidak apa-apa," kata Ubay ketus.

Sementara Galang masih dalam kondisi bingung, tampak tiga orang berbadan tegap keluar dari rumah petak.

Salah satunya lalu setengah teriak, " Oh, ini yang namanya Galang Pratama, si wartawan brengsek yang menulis fitnah ke bos kita?"

"Tunggu, ini pasti salah paham, emang salah saya apa Mas? sambil melangkah mundur.

"Lu, gak ingat apa yang sudah lu tulis seminggu lalu ya? lu nulis berita ngaco, bikin bos gw bisnisnya goyang," timpal satu orang preman lainnya.

"Tujuh hari kita cariin lu, hahhaha, gw ikutin jejak lu, dan dapat juga akhirnya, sekarang abis lah riwayat lu," sambung Ubay.

Dalam kondisi terkepung, Galang berpikir jika harus kabur, ia akan merasa sebagai pengecut. Akan tetapi jika melawan sama saja dengan bunuh diri.

Kata hatinya mengatakan, ia harus melumpuhkan sedikitnya dua orang lalu melarikan diri.

"Bung, kalian badan gede, tatoan, tapi nyalinya cuma sebesar batu ginjal ya.

Keroyokan, payah kalian semua, kalo berani satu satu tangan kosong, itu baru namanya jagoan," tantang Galang.

"Eh, ni bocah banyak bacot ya, Bro, ayo kita hajar aja nih," Ajak Ubay pada tiga rekannya.

Tapi ketiga rekannya hanya diam, sambil memakan cilok, gorengan dan es kepal Milo.

"Lu aja maju duluan, masa ga bisa ngalahin anak ingusan," hardik Baron sambil jilatin es kepal.

Pertarungan satu lawan satu pun tidak terelakan. Ubay melancarkan serangan dengan melakukan pukulan hook kanan, tapi dengan sigap Galang menghindar sambil memandang tajam gerakan susulan lawan. kemudian Ubay berlari sambil memukul lurus seperti menghunus. kesempatan ini tak disia-siakan Galang dengan cara menghindar sejengkal lalu melakukan tangkisan luar, sementara itu kakinya melakukan tendangan lurus ke ulu hati hingga Ubay terpental satu meter. Melihat keseimbangan Ubay yang goyah, Galang melakukan serangan susulan dengan melakukan lompatan sambil menendang ke arah telinga, hingga Ubay benar benar jatuh tersungkur lunglai. melihat rekannya roboh, ketiga preman lainnya langsung bereaksi. Baron yang pertama kali menyerang dengan melakukan pukulan hook kanan. Galang menyambutnya dengan menghindar ke kanan lalu memegang pergelangan Baron sambil membanting ke arah kiri. Tapi di saat yang sama rekan Baron bernama Jarot memukul dari arah samping dan tepat mengenai pelipis Galang hingga sobek dan mengeluarkan darah. Tahu situasi memburuk, Galang meraup pasir bercampur kerikil di sekitarnya lalu melepaskannya ke dua preman yang menyerangnya hingga mereka teriak kepedihan karena matanya kemasukan pasir. Melihat peluang ini, Galang tak ragu lagi melarikan diri. Ia terus berlari tanpa arah sementara darahnya terus berceceran. Berlari tanpa henti membuat matanya berkunang-kunang hingga sempoyongan. Tubuhnya sudah tak kuat lagi dan ia akhirnya tersungkur di depan sebuah rumah besar dengan gerbang tertutup rapat kayu bermotif naga dan elang.

Tak lama kemudian, pintu gerbang terbuka. Mobil merah metalik Range Rover langsung mengerem berhenti karena melihat sesosok pemuda berlumuran darah telungkup di bagian sudut gerbang.

Sosok perempuan muda berumur 20 Tahuan turun dari mobil bersama sopirnya. Ia memerintahkan sopirnya untuk mengangkut sang pemuda alias Galang ke mobilnya.

Setelah 15 menit berlalu, Galang berangsur sadarkan diri.

"Astaga, saya lagi di mana ?" sambil kaget karena berada dalam mobil bersama seorang cewek cantik pula.

"Oiya tadi lu pingsan depan rumah dan karena tak tega liat babak belur, gue mau antar ke klinik terdekat. Sekarang gimana kondisi lu? tanya Vanya, seorang anak konglomerat di daerah Tebet.

"Waduh, terima kasih mba ..oiya saya Galang. Saya tadi dikeroyok sekumpulan preman sekitar 20 orang lah, tapi saya baru bisa melumpuhkan separuhnya, tapi saya babak belur lalu entah mengapa saya sudah berada di depan rumah Mbak," kata Galang mendramatisir ceritanya biar tampak seorang jagoan.

"Goblok lu, lu pikir lu IP Man yang bisa ngalahin puluhan orang dalam satu pertarungan....gak usah bokis lu. Lagian gak penting cerita lu..Ok lu gue turunin di depan, di situ ada klinik. lu ga usah bayar, lu tunjukkan kartu nama ini," sambil nyodorin kartu nama yang super wangi.

PETUALANGAN BARU

Sehari kemudian, Galang menghadap Pemrednya, Pak Sukiman, di kantor yang terletak di kawasan Jakarta Timur.

"Kamu sudah mengecewakan saya, wawancara penting dengan Pak Jarot kamu lewatkan. Ini sudah keduakalinya kamu melakukan kesalahan fatal, dan hari ini anggap saja hari terakhir kamu ya. Maaf saya sudah tidak bisa mempertahankan Kamu."

Demikian ungkap Sukiman sang Pemred Cahaya Baru, sebuah tabloid tentang kriminal yang lumayan menghebohkan karena pemberitaan tentang dugaan bisnis haram seorang pengusaha muda.

"Apa, saya dipecat Pak.. ini tidak adil pak, saya kan sudah pernah membuat tulisan yang menaikkan oplah tabloid ini. Wah Anda keterlaluan, saya kan bilang saya terlibat insiden, saya dikeroyok preman," Kata Galang sambil menggebrak meja.

"Manajemen telah membuat keputusan, saat kamu melakukan kesalahan tempo hari, kita sudah memberikan peringatan, dan kali ini terjadi lagi," kata Sukiman dengan nada tinggi.

"Oke, jika gitu keputusannya​, terima kasih, tapi suatu saat Anda pasti menyesal Pak, karena saya tahu kartu mati Anda," ujar Galang dengan sedikit emosi.

" Ini pesangonmu, selamat tinggal, sukses di tempat baru," kata Sukiman ketus sambil menyodorkan amplop.

**

Hari baru mulai berbeda. Galang kini hanya termenung sambil menatap dinding kontrakan yang penuh dengan poster Brucee Lee.

sesekali ia turun dari ranjangnya dan mulai memukuli sansak 1,5 meter yang ia gantungkan di dalam ruang tengahnya yang lebih mirip Dojo.

Galang nekat mengontrak meski harganya cukup bahaya bagi kantong nya yang bergaji kurang dari Rp 6 juta saat bekerja di media.

"aku harus ngapain ini, sudah sebulan nganggur, belum juga ada panggilan kerja dari mana-mana," gumam Galang sambil menendang sansak.

Saat membuka buka kantong kecil di rangsel army kesayangannya, untuk mengambil ponsel pintarnya, tak sengaja tercecer sebuah kartu nama Vanya Finatia.

"Hmm..kayaknya aku harus coba menghubunginya, siapa tahu ada kerjaan yang cocok buatku.

segala saluran ia lakukan dari mulai Telepon, SMS hingga WA, semuanya tidak digubris.

**

Sementara, di kediaman Vanya, yang arsitekturnya bergaya American style-nya​ Mark Zuckerberg tapi dengan versi lebih lega, tampak sang ayah Vanya, sedang memberikan briefing kepada 5 anak buahnya.

Sedangkan Vanya sibuk dengan gadgetnya seperti sedang menyoroti akun IG yang kian hari kian banyak followernya.

Kadang-kadang ia juga membuka surel, dan media sosial lainnya baik Twitter atau Facebook. Ia hanya ingin memastikan, apakah ada haters yang membuatnya jengkel.

Karena mulai bosan, ia kemudian mengambil kunci mobil dan bergegas pergi namun ia sebelumnya menghampiri ayahnya.

"Pah, aku jalan bentar ya, males nih di rumah, aku mau ketemu temen-temen ya," kata Vanya.

"Sayang, kamu harus dikawal ya, Papah ingin kamu tetap aman, ya, please ya?" punya ayahnya.

"Pah, Jakarta aman kok, tenang aja, gak usah dikawal, aku bisa jaga diri, dadaah, " sambil bergegas memasuki Range rovernya.

Saat melaju sudah lumayan jauh dari rumahnya, Vanya melihat dua pengendara motor yang terus mengikuti lebih dari 2 km yang telah ia lalui.

Rasa khawatir pun mulai muncul ketika bertambah lagi satu pengendara motor yang kian memepet mobilnya. Tanpa pikir panjang ia langsung tancap gas, dan berusaha melewati apapun kendaraan​ yang ada di depannya.

Namun naas, mobil yang ia kemudikan malah oleng dan menabrak gerobak bakso yang berada di dekat trotoar. Untungnya, sang tukang bakso sigap dan koprol jungkir balik menghindari tubrukan mobil Vanya. Tapi beberapa mangkoknya terbang dan menghantam cewek dan cowok yang sedang asik pacaran di taman. Sementara itu, panci yang berisi kuah panas menimpa salah satu kawanan pengendara mencurigakan yang mepetin mobil Vanya. Sontak saja, ia teriak kepanasan dan segera menghentikan motornya lalu segera menghampiri tukang es cendol dan meraup es batu yang agak cair dari gerobaknya lalu disiramkan ke kepalanya yang kepanasan, sambil nyicip nyicip.

Dalam situasi chaos ini, rupanya ada seorang selebgram yang kebetulan sedang ngaso di bawah pohon karena kepanasan. Melihat suasana yang kacau, ia langsung menyalakan kamera ponsel nya lalu menyiarkan kejadian ini secara live.

Dalam sekejap, suasana kacau ini viral, hingga Galang pun ikut melihat video live ini.

sementara itu, setelah mobil yang dikemudikan Vanya menabrak Gerobak, namun ia masih bisa terus melaju, tapi akhirnya terhenti karena menabrak pohon, hingga roboh dan menimpa satu motor lain yang mengejarnya. Akhirnya, hanya satu motor yang masih bertengger dan akhirnya mendekati Vanya.

Sang pengendara turun, dan membuka helmnya. Ia perlahan mendekati Vanya yang juga telah turun dari mobil. Tanpa basa basi pria tersebut bergerak cepat untuk mencoba menyergap Vanya, tapi sial, meleset karena Vanya langsung meliuk dan berlari.

Melihat kejadian ini masih live, Galang yang paham di mana daerah itu ia langsung tancap gas.

Kejar kejaran terus terjadi. Tapi 5 menit kemudian, Vanya melihat keajaiban, karena saat ia akan disergap, tiba tiba datanglah seorang pria bernama Galang yang menghadang sang pria jahat.

"Parah lu, berani kok sama perempuan, Vanya ke sana dulu, biar kubikin anak gaul salah kostum ini pergi ke Puskesmas," kata Galang.

"Eh, sialan, lu jangan ikut campur, lu gak ngerti, lu berurusan sama siapa? sebelum selesai, sebaiknya lu video call sama mamah lu, barangkali itu jadi yang terakhir," ancam pria bertato kepiting hitam ini.

Galang yang sudah panas memasang kuda kuda ala Bruce Lee. lompat lompat tipis, sambil menyiagakan dua kepalan tangan sambil sedikit teriak menggunakan falsettonya.

sang lawan, langsung memukul hook sambil lompat. Tapi Galang santai saja menghindar ke kanan tapi langsung memutar badan dan melakukan tendangan ala Van Damme di film blood sport. tendangan tersebut tepat mendarat di hidung musuh hingga patah dan mencong 10 derajat. Tapi sang musuh tak lantas roboh hanya terhuyung sedikit. Galang tak menyia-nyiakan momentum, ia lantas menendang secara bertubi-tubi ke arah kepala hingga sang musuh terdesak dan tercebur ke got. Galang bingung, karena musuh berlumuran air got, tapi ia ingin menginterogasi nya. Saat sedikit hilang fokus, sang musuh perlahan melarikan diri.

avataravatar
Next chapter