webnovel

System dan kilas balik

Namaku Gloom... setidaknya itulah yang aku ingat sebelum kematianku.

"ayo cepat nak... pilihlah keinginanmu"

suara tua terdengar di dalam ruangan aneh. didalamnya terdapat dua sosok yang saling berhadapan. sosok tua dan membungkuk adalah seseorang yang mengaku dirinya sebagai sang pencipta dan sosok lain didepannya adalah MC kita saat ini yang adalah aku.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Saat ini aku sedang memeriksa kemajuan dari Desa yang aku buat. Bertanya tanya tentang dewa? tentu saja ini adalah salah satu dari permintaan yang aku ajukan ke pada Sosok tua itu. Sosok itu sepertinya adalah seorang dewa Atau mungkin hanya mahluk kuat yang iseng saja.

Ada 3 keinginan yang akan dikabulkan oleh Sosok itu, salah satunya adalah system Pembuatan Desa yang saat ini sedang aku kerjakan.

System ini akan memungkinkanku untuk membuat bangunan seperti rumah, rumah sakit dan lain sebagainya yang akan mendukungku di dunia lain. Dengan system type building ini, aku tidak akan merasa khawatir tentang keamanan tempat tinggal.

Dunia yang saat ini aku kunjungi adalah Versi dunia dari tahun 2005 yang akan mengalami Masa apocalypse dalam beberapa bulan kedepan. Saat ini aku adalah seorang siswa di awal sekolah menengah pertama.

Aku hidup di Keluaga yang berkecukupan sampai suatu ketika kecelakaan terjadi dan menewaskan kedua orang tuaku. Saat itu aku masih sekitar kelas tiga Sekolah dasar, Aku hanya bisa menangisi kematian orang tuaku. Lalu aku ada disini, Lahan seluas 2 Hektar ditengah hutan yang tidak terlalu sulit diakses karena ada jalan yang cukup lebar untuk dilalui tiga mobil sekaligus. Lahan ini dulunya adalah tempat dimana orang tuaku ingin mendirikan sebuah Villa jauh dari keramayan kota yang sibuk.

Sekarang lahan ini akan aku gunakan untuk keperluanku sendiri, tentu saja untuk membuat Desa yang nantinya akan menolongku dari kesusahan.

Aku beruntung bahwa jalan ini dikenal sebagai jalan yang cukup angker, karena memang disaat malam tidak ada lampu yang menerangi jalan. Bahkan ada beberapa warga yg melaporkan penampakan penampakan aneh disekitar jalan ini. pada akhirnya pemerintah hanya membuat jalan baru yg lebih cepat sampai dengan memotong garis hutan dan akhirnya jalan ini dilupakan. Namun hal ini adalah kabar baik bagiku karena aku tidak ingin diganggu oleh siapapun saat mengerjakan rencana masa depanku.

(Tuan rumah dapat meletakkan Cetak biru didaerah ini)

Suara System sudah menyetujui pembangunan desa di lahan yang orang tuaku miliki ini.

Dikehidupan sebelumnya, lahan ini telah jual untuk keperluan kuliah. Namun saat ini, aku akan menempati lahan ini menjadi tempat teraman di masa apocalypse.

'Taruh cetak biru di area yang aku tandai lalu bangun desa segera' Aku mengatakannya kepada system untuk membangun desa yang sudah diatur tataletaknya diatas cetak biru. Tiba tiba tanah bergetar sedikit dan muncul bangunan yang telah di desain dari udara tipis. Aku agak terkejut dengan fakta bahwa bangunan begitu cepat dibuat.

Saat ini aku berada di depan salah satu dari 2 gerbang besar. Gerbang ini kira kira memiliki tinggi sekitar 2 meter dengan lebar sekitar 6 meter. Pagar disekitar gerbang juga memiliki tinggi 2 meter dengan beberapa paku seukuran kaki mencuat dari sisi depan pagar, Bahkan terdapat roll kawat besi yang ditaruh diatasnya.

Pagar saat ini masih terlihat menggunakan bahan dasar kayu. Meskipun begitu, itu sudah cukup untuk menghalau Monster di awal apocalypse.

Dari yang aku ingat dimasa lalu, Ada 5 fase Global Sebelum kematianku. Fase pertama adalah saat dimana kabut misterius yang sebenarnya adalah virus berterbangan kemana mana. Setelah itu terbentuk fase kedua dimana dunia menjadi sunyi karena kematian massal, Hanya ada 40% manusia yang entah bagaimana selamat dari Serangan virus. Lalu ada fase ketiga adalah fase dimana mahluk apapun yang mati mulai bangkit dan mahluk lain yang selamat mulai mendapatkan kekuatan, Di fase ini akan banyak kekacauan yang terjadi diseluruh penjuru dunia. Fase ini juga awal dari Dominasi laki laki yang merasa lebih unggul dari para wanita, Bahkan tidak jarang seorang wanita menjadi piala kemenangan bagi para laki laki. Namun itu semua akan berhenti di fase ke empat dimana para wanita mulai bersatu dan meninggalkan wilayah nya dengan Gila, beberapa bahkan tetap melanjutkan berjalan menjauh dari tempat dia berasal meskipun sudah kehilangan kedua kakinya dari beberapa amukan para laki laki yang marah. Akhirnya ke fase terakhir dimana para wanita dan laki laki tidak lagi hidup bersama sampai kemunahan terjadi. Tentu saja para laki laki sudah melakukan segala macam cara untuk menarik perempuan kembali bersama, Namun para perempuan lebih memilih kematian dari pada kembali bersama laki laki.

Manusia hanya bisa meratapi susu yg tumpah.

Difase kelima ini, perempuan mulai mengembangkan sifat rasialnya sampai melebihi sifat rasial yang dibanggakan laki laki. Lalu aku mati....

Tapi yang jelas, hanya ada dua kemungkinan. yang pertama adalah laki laki akan dianggap hama dan akan dilakukan pembasmian. Lalu kedua adalah menjadi budak dari para perempuan. tapi yg jelas, manusia akan tetap punah karena wanita di fase inj sangat tidak ingin memiliki anak.

Semua hal ini diatas terjadi karena para perempuan memiliki sifat rasial yang lebih condong ke hal hal magic dan pada titik tertentu dapat terbang dan menyerang dari udara. Sedangkan di kalangan para laki laki, hanya beberapa saja yang menumbuhkan rasial nya untuk dapat menyerang musuh diudara.

Sebelum aku mati, aku sudah mengalahkan 4 perempuan pada awal fase ke lima. Keempat perempuan ini sangat gila dan tidak peduli dengan apapun, bahkan hidupnya sendiri. Keempat perempuan itu dulunya adalah teman sekolahku, setelah kejadian kelam dari fase ke tiga dimana hampir semua wanita dijadikan barang jual beli. Mereka berempat tidak bisa menghindari takdirnya untuk melayani banyak sekali laki laki yang berbeda, Sampai suatu ketika mata dari keempatnya sudah tidak lagi memancarkan kemauan untuk hidup. Namun itu hanya awal... Awal dari pemusnahan masal terhadap seluruh laki laki.

yo.... author disini!!!

Penduduk_Lokalcreators' thoughts
Next chapter