1 Sebagai Pelunas Hutang

"Lepaskan! Lepaskan tanganku!! Bapaaakkk ... Tolong aku, Paaakk ...." Teriakan seorang gadis delapan belas tahun yang kedua tangannya dicengkram kuat lelaki bertubuh besar dan kekar tidak dihiraukan oleh lelaki yang dipanggil 'Bapak.'

Nindy Cantika, gadis yang baru saja lulus Sekolah Menengah Atas terpaksa dibawa ke tempat salah satu rumah bordil di pinggiran kota. Keberadaan Nindy di rumah yang dipenuhi gemerlap lampu dijadikan pelunas hutang seorang lelaki paruh baya yang sering kali meminjam uang pada wanita bernama Madame Eva untuk berjudi.

"Baiklah! Aku akan menganggap separuh hutangmu lunas!" Perkataan yang keluar dari mulut wanita bergincu merah terang itu membuat Nindy terperangah. Kedua mata dan mulutnya membulat sempurna, menggelengkan kepala berulang kali. Tidak menyangka kalau lelaki yang selama ini dipanggil Bapak tega menjual dirinya.

"Kenapa separuh? Bukankah seharusnya lunas, Madame? Aku sudah menyerahkan Nindy kepadamu!" Protes lelaki bernama lengkap Danu Atmaja, menatap nyalang wanita yang kini sedang menghisap nikotin dalam-dalam. Lalu meniup asapnya ke depan wajah Danu.

"Hutangmu sangat banyak, Danu! Kau pun berhutang sudah dua tahun lamanya! Harga gadis itu hanya mampu melunasi bunga dan separuh hutangmu saja! Apakah kau tidak mengerti?" sahut Madame Eva, menunjukan ekspresi jijik.

"Tidak! Aku tidak mau di sini! Bapak tolong bawa aku pergi dari sini, Paaaakk ... Tolooongg ... Aku janji, Madame, aku janji akan melunasi hutang-hutang Bapakku! Aku janji!" Nindy memberanikan diri menyela perbincangan antara Danu dan Madame Eva.

Nindy harus dapat meyakinkan Madame Eva bahwa dirinya dapat mencicil hutang-hutang bapaknya dari hasil kerja di salah satu Cafe.

Mendengar perkataan Nindy, Madame Eva mendekati dengan senyum mengejek.

"Kau bilang apa tadi? Mau melunasi hutang Bapakmu?" Madame Eva mengulang perkataan yang keluar dari bibir tipis seorang gadis yang rambutnya sudah berantakan.

"Iya, aku janji! Aku sudah bekerja di salah satu Cafe, Madame! Aku janji setiap bulannya akan mencicil hutang Bapak. Mencicilnya sampai lunas!" Sungguh-sungguh Nindy berkata. Berharap Madame Eva percaya dan melepaskannya. Sepersekian menit tidak ada tanggapan, hingga menit berikutnya gelak tawa terdengar dari mulut Madame Eva.

"Hahahaha ... Kau lucu sekali gadis cantik. Apakah kau tahu, berapa hutang lelaki tua dan b*doh itu, heum?" tanya Madame Eva tepat di depan wajah putih gadis beralis tebal.

Nindy menggeleng lemah. Dia memang tidak mengetahui berapa jumlah hutang Bapaknya. Akan tetapi, Nindy yakin dapat mencicil hutang tersebut hingga lunas tanpa harus menjual dirinya pada Madame Eva.

"Dua - ra - tus delapan puluh juta rupiah!" Madame Eva mengeja nominal hutang Danu Atmaja tepat di depan telinga Nindy.

Kedua bola mata Nindy membeliak. Menoleh cepat, menatap intens Madame Eva. Mencari kesungguhan dari kata-kata yang meluncur dari bibir yang kini terselip sebatang rokok.

Lagi dan lagi, Nindy tidak menyangka jika Bapaknya memiliki hutang sebanyak itu. Ia lantas menoleh ke arah lelaki yang kepalanya merunduk dalam. Nindy sungguh tidak menduga jika hutang judi yang dilakoni Bapaknya sangat besar.

Selama ini, Nindy pikir bapaknya bekerja sebagai ojek online, Ternyata ....

"Tidak mungkin! Bapakku tidak mungkin memiliki hutang sebesar itu!" Nindy berusaha mengelak. Tidak percaya apa yang disampaikan Madame Eva.

Di rumah, Pak Danu orang yang tidak banyak bicara. Meskipun Nindy mengakui, jika lelaki yang semestinya menjadi kepala keluarga jarang sekali memberi uang pada Ibunya. Andai saja Nindy tidak bekerja di salah satu Cafe, mungkin kehidupan Nindy dan ibunya tidak akan terpenuhi. Beruntung, lulus sekolah ia langsung mendapat pekerjaan. Walau hanya menjadi pelayan di salah satu Cafe. Dapat menyelesaikan sekolah pun karena Nindy siswa yang berprestasi, sering mendapat beasiswa dari pihak sekolah. Sewaktu sekolah, Nindy sering berjualan gorengan milik Ibunya.

"Hahahaha ... Aku sudah menduga kau akan terkejut. Sudahlah, tidak perlu kau repot-repot bekerja di Cafe! Lebih baik kau bekerja di sini. Pekerjaanmu tidak berat! Hanya melayani tamu-tamuku saja. Bekerjalah menjadi wanita malam, Nindy cantik." ucap Madame Eva menjawil dagu Nindy. Nindy melengoskan wajah. Muak, melihat wanita yang seolah tak punya hati.

Air mata gadis itu luruh tanpa dapat dibendung. Ia menangisi nasib yang tengah menimpa. Seorang lelaki yang harusnya melindungi Nindy, kini tega menjualnya.

"Madame, aku mohon ... Anggap saja hutangku lunas! Aku bisa pastikan kalau Nindy masih perawan!"

Mendengar penuturan yang keluar dari mulut Danu Atmaja, hati gadis delapan belas tahun itu bagai ditikam pisau yang sangat tajam. Ternyata bapaknya memang sengaja ingin menjadikan Nindy wanita malam. Wanita yang melayani pria hidung belang. Wanita yang berteman dengan minuman bau alkohol. Wanita yang harus bersedia tubuhnya disentuh oleh banyak lelaki.

'Ya Tuhan ... Aku harap ini hanyalah mimpi buruk! Tidak mungkin Bapak dengan tega menjualku? Tolong Tuhan ... Bangunkan aku dari mimpi buruk ini ....' Nindy terus membatin seraya berharap jika apa yang dialaminya sekarang hanyalah sebuah mimpi.

Harapan Nindy menjadi seorang dokter hewan telah pupus. Nindy bercita-cita ingin menjadi dokter hewan meskipun jika melihat dari segi perekonomian sangatlah mustahil. Tetapi dulu Nindy sangat yakin, jika cita-citanya suatu saat akan tercapai. Tetapi sekarang, Nindy sudah meragu. Bukan menjadi dokter hewan, tetapi melayani para manusia berhati hewan. Nindy memejamkan kedua mata. Air mata semakin deras membasahi pipi mulusnya.

"Tidak bisa! Aku tidak akan menganggap hutangmu lunas! Beberapa menit lalu kau sudah menandatangani surat pernyataan ini, bahwa kau baru melunasi setengahnya. Bacalah!" Madame Eva melemparkan map biru berisi surat keterangan yang beberapa menit lalu ditanda tangani Danu.

Danu memang bodoh! Ia terlalu tergesa-gesa menandatangani surat pernyataan tersebut tanpa dibaca terlebih dahulu.

Tubuh Danu mundur beberapa langkah. Ia merutuki dirinya. Kenapa bisa sangat ceroboh?

"Jhony! Dom! Bawa gadis itu ke dalam kamar! Suruh Natasya membuat dia menjadi lebih cantik!"

"Baik, Madame!"

"Tidak! Tidak mau! Aku tidak mau di sini! Bapaaakk ... Tolong aku, Pak! Lepaskan tanganku, lepaskan! Bapaaaaak ...." Nindy berteriak sangat histeris. Tenggorokannya kering dan pedih. Tidak ada yang dapat dimintai pertolongan. Bapak yang seharusnya menjadi pelindung, kini justru menjerumuskan Nindy ke dalam dunia malam diusia yang sangat muda.

Danu Atmaja hanya terdiam membisu. Tidak menanggapi jeritan Nindy yang meminta tolong padanya. Hati Danu seolah menjadi batu. Bukannya berniat menolong, Danu justru sedang memikirkan cara melunasi sisa hutangnya. Lelaki itu bingung harus mencari uang kemana lagi untuk melunasi sisa hutangnya? Namun, bisikan setan merasuki dalam diri Danu. Ia lantas mendekati wanita yang kini duduk di atas sofa, menuangkan minuman beralkohol.

"Mau apa lagi kau? Sebaiknya kau pergi dari sini! Pergilah mengojek! Cari uang sebanyak-banyaknya untuk melunasi sisa hutangmu sebelum anak buahku mengusir kau dan istrimu dari rumah!" Tegas, Madame Eva memperingati lelaki yang kini sedang berjongkok di bawah kakinya.

"Madame, begini saja. Hasil uang yang didapatkan Nindy, beberapa persen kau potong saja untuk mencicil sisa hutangku." Sontak, Madame Eva menoleh. Menatap tajam lelaki yang tersenyum jahat.

Entah terbuat dari apa, hati seorang lelaki bernama Danu Atmaja? Sangat keji pada anak sendiri? Dia sudah menjual, sekarang justru masih meminta hak Nindy untuk melunasi sisa hutangnya.

Madame Eva tersenyum miring. Ia menepuk pundak Danu. Menarik napas sebelum menanggapi saran dari lelaki yang duduk di dekat kakinya.

"Kau sangat jahat Danu! Sangat kejam! Melebihi dari yang aku duga! Baiklah, kalau memang itu maumu! Penghasilan yang didapatkan setiap kali Nindy melayani, aku akan memotongnya enam puluh persen."

Seketika, senyum Danu mengembang. Ia bernapas lega, tidak lagi memikirkan sisa hutang pada wanita yang telah lama menggeluti dunia malam, Madame Eva.

avataravatar
Next chapter