webnovel

Rasa yang tumbuh secara perlahan

Setelah pertemuan kita kala itu, aku berharap semua akan kembali seperti sedia kala. Kau kembali ke khayangan tempat semestinya bidadari berada, dan aku ke bumi untuk melahap rutinitas sehari-hari. Hidupku sudah sangat teratur, dan aku tak ingin secuil episode perkenalan kita menjadi racun yang merusak rencanaku dimasa yang akan datang. Aku sudah pernah mencicipi asmara, dan patah hati yang ditimbulkannya selalu berdampak buruk. Aku tidak menginginkan itu untuk saat ini.

Namun, sebuah pesan singkat "Hai" darimu kembali memecahkan fokusku. Mati-matian aku berkata dalam hatiku bahwa perasaan untukmu hanya untuk sesaat, yang akan hilang ditelan waktu. Segampang itu kau bujuk aku kedalam permainanmu. 

Cinta selalu bersemi pada saat yang tidak tepat. Ia laksana putih diantara warna hitam. Cinta tak pernah datang tiba-tiba, ia akan diam-diam masuk kedalam rumahmu, membakar rumahmu, lalu membiarkan dirimu terbakar oleh api asmara.

Kau bagai boneka salju, yang hanya bisa ku pandang dari luar toko. Kau terlalu mahal untuk ku beli. Apakah aku harus menjadi pencuri? Yang harus mencurimu hanya karena aku tak rela kau dimiliki oleh orang lain.

Ku tegaskan pada diriku sendiri. Hatimu bukan untuk ku curi, melainkan untuk ku minta baik-baik.

Aku mulai giat berbalas pesan singkat denganmu. Perasaan ini mulai tumbuh bersamaan pesan-pesan tersebut. Dan semakin membesar seperti balon yang ditiup anak kecil. 

Kali ini aku tak bisa menghindar. Aku yakin bahwa hatiku sudah menjadi rumahmu, menjadi hak milik untuk kau rawat, atau mungkin kau hancurkan. Namun kau tak usah risau, sekarang yang terpenting adalah menyatukan perbedaan diantara kita.

Next chapter