2 Pertemuan yang sederhana

Dunia ini sedang diguyur hujan tatkala jalan hidupku ditakdirkan untuk berubah selamanya seperti roda yang berputar pada porosnya. Ada kamu disudut sekolah, menembus pertahananku secara membabi buta. Aku mengidamkan tubuhku kedalam pelukanmu untuk selamanya. Tembok benteng yang kubangun selama ini, runtuh dalam sekejap. Padahal, pertemuan kita sungguh sederhana, tak sedramatis drama-drama korea yang dibawakan oleh para aktor pujaan para kaum muda. Meski begitu, bagiku kau sangat istimewa, seperti kota Yogyakarta. Bahkan, aku sempat tak percaya kau ini manusia. Mungkin kau adalah malaikat yang sedang menyamar, diturunkan bersamaan dengan bom nuklir yang meledakkan benteng pertahananku. Dan aku hanya pasrah mengikuti alurnya, membiarkan perkenalan kita dimulai.

Tolong! Jangan pergi dulu. Aku tak ingin pulang kerumah lalu menghayalkanmu saat akan pergi tidur. Kau terlalu sempurna untuk aku biarkan menari disetiap mimpiku. Sudah, duduk saja disebelahku, hingga matahari terbit dari barat bila perlu. Aku tak akan keberatan. Jangan menanyakan alasannya. Jantungku berdetak kencang saat melihat senyum manismu, meski aku tahu senyumanmu adalah senyum palsu. Dan aku berharap, kelak dapat aku temui senyummu yang sesungguhnya. Dan jika tidak keberatan, aku ingin menjadi alasan pada setiap senyumanmu.

Kau pun pamit dengan meninggalkan wangi tubuh yang semerbak harum. Tanpa mau bertanggungjawab diriku yang termabuk sendirian di sudut sekolah. Jika kasmaran adalah miras, maka kau adalah penjualnya. Dan aku adalah pecandu yang rela menjual jiwanya agar dapat bersamamu sekali lagi.

avataravatar
Next chapter