webnovel

Sejenak Tanpa Gangguan Suami

Hari yang panas walau masih jam sembilan pagi namun matahari sudah begitu terik.

Edwin tertidur diruang keluarga sambil menonton televisi, sementara Bila sibuk membantu ibunya di dapur.

Bila terlihat pucat dan lemas ( evek pengantin baru 😂😂😂 ) ketika ia sedang mencuci piring tiba-tiba terdengar suara prang.... Bila segera terperanjat, rupanya dalam beberapa detik kesadarannya hilang karena mengantuk.

Ibu segera mendatangi putrinya " kamu kenapa?".

"Maaf bu, kayaknya bila kecapean deh soalnya ahir-ahir ini kerjaan Bila banyak bu" Bila menjelaskan.

"Sebentar Bila bersihkan" Bila segera mengambil sapu untuk membersihkan kekacauan itu.

Ibu memperhatikan putrinya yang tampak pucat, dalam hatinya ia merasa kalau mungkin putrinya masih merasa pernikahan yang tiba-tiba itu membebaninya.

Putrinya dalam waktu singkat harus menyesuaikan lingkungan baru, mengurus mertua dan suaminya juga bekerha, mengingat semua itu ibu merasa prihatin untuk Bila.

"Kamu sakit nak, sudah istirahat saja sana, biar ibu yang melanjutkan".

"Ga usah ibu, Bila ga papa kok".

"Kamu pucet banget lho Bil, kamu kurang istirahat ya".

Bila bingung harus menjawab apa, apa lagi seketika bayangan kejadian semalam tiba-tiba memenuhi otaknya, mukanya jadi memerah, ahirnya ia menuruti perintah ibunya.

"Ya bu....maaf bu Bila ga bantu ibu"

"Ga papa, tingal beresin doang kok".

Bila masuk ke dalam kamarnya, hatinya masih diliputi perasaan malu "gara-gara kak Edwin semalam aku ga bisa tidur nyenyak" ia berkata dengan kesal dalam hati, namun disisi lain ada perasaan berdesir jika mengingat hal itu.

"Ah...." Bila benar-benar mengantuk " tidur dulu ah....".

Bila segera menjatuhkan tubuhnya dikasur kesayangannya, baginya ini hal ternyaman dihari liburnya ia bisa merasakan sejenak waktu tanpa gangguan dari suaminya.

Jam sebelas siang ibu sudah selesai dengan pekerjaannya didapur, ibupun sudah memasukan beberapa masakan untuk dibawa Bila pulang ke rumah mertuanya.

Ketika ibu keluar dari dapur ia melihat Edwin yang sudah terbangun dari tidurnya, kemudian segera mendekatinya.

"Nak Edwin sudah bangun?" nanti kalau pulang ibu nitip makanan buat pak Baroto ya?".

"Ya Bu" jawab lemah "bu Bila kemana?".

"Bila di kamar".

"Bila ga bantuin ibu?".

"Tadi sama ibu di dapur, tapi sepertinya dia kecapekan ibu suruh dia istirahat".

"Oh....makaaih bu".

Edwin membuka pintu kamar dengan pelan agar tak menimbulkan suara yang mengagetkan Bila.

Setelah ia masuh diperhatikannya wajah teduh istrinya yang tertidur pulas "maaf sayang kamh kecapean ya gara-gara aku" Edwin tersenyum kemudian berbaring disamping Bila.

Tak beberapa lama Bila menggeliat ketika ia akan mengubah posisi tidurnya tiba-tiba sebuah ciuman hangat mendarat dipipinya.

"Sayang bangun". bisik Edwin ditelinga Bila.

"Bentar....lima belas menit lagi".

"Bangun".

"Sepuluh menit".

"Bila.....bangun".

"Lima menit kak". Bila menjawab dengan nada kesal.

"Ya sudah, dua jam lagi sepertinya dua jam cukup untuk mengulang beberapa bagian dari kejadian semalam, aku siap kok".

"Ga...ga...ga...ga, enak aja" Bila segera bangun karena mendengar kata-kata nakal Edwin.

"Habis kamu susah dibangunin".

"Dasar mesum". Bila berdiri sambil mengusap matanya.

Edwin menarik tangan Bila lalu menjatuhkannya "kamu tadi bilang apa? aku mesum, sekarang aku tunjukan mesum yang sesungguhnya" Edwin seolah sedang mengancam Bila.

"Maaf kak, jangan ya emang ga malu sama ibu" senyum meledek jelas tergambar di bibir Bila".

Bila melepaskan diri dari dekapan Edwin kemudian keluar secepat mungkin.

Tiba di rumah pak Baroto sedang bersiap untuk keluar makan siang tepat ketika Edwin dan Bila masuk.

"Pak Darto mau kemana?".

"Mau nganter bapak keluar mas".

"Mau kemana?".

"Makan siang Win, simbok hari ini libur ga enak badan, ga ada yang masak". pak Baroto menjelaskan.

"Terus tadi pagi papa sarapannya gimana?" tanya Bila cemas.

"Tadi pagi makan bubur ayam, Darto yang beli di depan".

"Oh....." Bila segera mengajak mertuanya ke ruang makan, sambil menunjukan tempat makanan " papa ga usah makan diluar, ha sehat ini tadi sama ibu udah dimasakin".

"Wah....makan enak nih pastinya".

Setelah Bila menata makan yang ibu bawakan mereka ber empat makan siang bersama.

Malam yang cerah Bila sedang berdiri di depan jendela untuk menikmati indahnya sinar rembulan, sungguh ia ingin malam ini berjalan dengan lambat karena esok 8a harus pergi mempersiapkan semua sebelum ia kembali ke perusahaan Reivan.

Dari belakang seseorang memeluk Bila dengan mesra.

"Sayang....kamu berangkat Senin pagi aja ya, aku antar".

"Jangan kak, terus persuapannya gimana" Bila menyandarkan kepalanya di dada Edwin.

"Kalau gitu besok aku anter kamu terus aku pulangnya malam".

"Emang ga capek?, kakak kan ada rapat besok Senin".

"Aku tuh.... ga jauh dari kamu, kalu aku kangen gimana".

"Ih kakak, kaya anak kecil".

"Emang kamu ga ngrasa sedih berpisah sama aku".

Bila tak menjawab pertanyaan Edwin, ia hanya berbalik lalu memeluk Edwin dengan erat, kemudian mulai menangis.

"Kenapa?".

"Kak....kakak janji ya ga boleh ganjen kalau aku ga ada disini".

"Pasti sayang, tapi kalau mereka yang ganjen aku ga janji ya".

"Kakak....." Bila mencubit perut Edwin.

"Bila.....coba setiap malam kamu seperti ini, pasti kamu cepat nyusul Fani".

"Maksutnya".

"Maksutnya ini" Edwin mengangkat tubuh Bila kemudian segera membawanya ke ranjang mereka.

"Au....." Bila terkejut.

"Malam ini kamu harus menuruti semua yang ku inginkan".

"Emang aku bisa nolak?".

"Coba aja kalau bisa".

Suasana malam yang indah itupun menjadi saksi cinta mereka.

Happy reading

Bubu_Zaza11creators' thoughts
Next chapter