webnovel

Rasa Bersalah.

Kegusaran yang Edwin rasakan sedikit mereda ketika diujung panggilan terdengar sapaan seorang gadis dengan nada dingin

📞 " Hallo "

📞" Hallo Bila sayang maaf belakangan ini aku lagi banyak tugas jarang buka hanphone sampai ga tahu kamu ngirim pesen, ini pesen banyak banget termasuk dari kamu, maaf ya sayang" Edwin mencoba memberi alasan.

📞" Oh..." Bila menjawab dengan singkat dan dingin.

📞 " Bil... kamu kenapa, marah ua sama aku, serius sayang maafin aku ya..., aku janji lain kali ya akan terulang lagi, tapi kamu jangan marah gini, kalau kamu ngambek gini aku jadi ga tenang.... jangan marah ya pliss...."

📞" Kegiatan kakak disana lebih penting, jadi aku ga masalah kok dilupakan sebentar, yang penting kegiatan kakak disana ga keganggu dan selesai dengan baik" Bila berkata masih dengan nada dingin.

Mak jleb... kata-kata yang keluar dari mulut Bila terasa bak pukulan tepat mengenai dadanya, ia semakin merasa bersalah dan malu, sampai tak tahu harus berkata apa.

📞"Anu....Bil bukan melupakan, cuma ga sempat" ia mencoba beralasan.

📞"Ya...terserah kakak, asal kakak bahagia"

📞"Bila jangan gitu dong, maafin aku ya....., aku harus apa biar kamu ga marah?"

📞" Aku ga marah, kak... udah dulu ya aku lagi ngerjain sial matematika, selamat malam" Bila menutup telfonnya tanpa mempertimbangkan perasaan Edwin, lalu melanjutkan mengerjakan soal.

Sejak panggilan tadi Bila menjadi susah berkonsentrasi, ia jadi gelisah dan akhirnya memutuskan untuk berhenti.

Bila berpindah ke ranjangnya dan segera bersiap untuk tidur, ia duduk bersandar dengan memeluk boneka tedy bear pemberian Edwin, matanya mengeluarkan bulir bening, ia segera menyeka airmatanya dan segera tidur.

Disisi lain perasaan Edwin semakin tidak menentu, rasa bersalah begitu erat menggerogoti jiwanya, malam ini waktu begitu pelan berdetak, sehingga tiap detik yang berlalu begitu terasa, satu malam terasa bagai setahun dan matanya sulit terpejam, dibenaknya hanya ada satu keinginan untuk segera pulang dan menemui Salsabila.

Sebenarnya ia ingin segera pulang tapi karena waktu yang sudah larut ia mengurungkan niatnya sampai pagi tiba.

Minggu pagi terdengr Adzan subuh, Edwin segera membersihkan diri setelah shalat ia segera menunggangi kuda besinya dengan kecepatan maximal, perjalannan yang seharusnya ditempuh dalam 2jam, menjadi hanya 1jam perjalanan.

Pukul 06.30 Edwin sampai didepan rumah Bila, ketika ibu ayah dan adik Bila bergegas untuk pergi menuju rumah saudaranya diluar kota.

Edwin segera turun dan memberi salam, setelah berbincang sebentar mereka segera meninggalkan Edwin dan mempersilahkannya masuk ke rumah.

Dengan pelan Edwin masuk ke rumah Bila, ia mencarinya sampai ke dapur, sesampainya dipintu dapur dilihatnya gadis yang membuatnya gusar semalaman sedang mencuci sayur, rupanya Bila sedang memasak.

Dengan tatapan bersalah dan rasa kasih sayang ia menatap tubuh belakang Bila yang saat itu memakai celana selutut dan kaus pendek, rambut pannjangnya terurai, Edwin mendekati Bila dengan hati-hati lalu mengelus rmbut hitamnya yang halus dengan pelan.

" Wangi amat lagi masak apa nih calon istriku"

Bila yang kaget dengan perlakuan dan kata-kata Edwin seketika berbalik, matanya terbelalak melihat kekasihnya yang sudah sesaat meluoakannya " kakak sepagi ini sudah disini, kakak kok masuk tanpa salam sih" Bila berkata dengan sedikit ketus.

"Maaf....sayangku" senyum nakal tergambar dari bibir Edwin " habis semalem kamu jutek banget, aku kan jadi gelisah, makanya pagi-pagi aku langsung ke sini dari kost"

Bila hanya diam sambil menatap aneh pada Edwin, lalu melanjutkan memasak.

Edwin yang merasa dicuekin menjadi salah tingkah, dengan ragu ia berdiri dismping Bila dan memperhatikan Bila yang sedang memasak, sepuluh menit berlalu dengan hening Edwin tidak berani berkata apapun sambil menahan rasa dingin dan perutnya yang agak kembung karena belum terisi hanya memperhatikan kecekatan Bila didapur, ia sedang memasak seblak sembari membuatkan secangkir kopi jahe untuk Edwin, setelah selesai ia menyodorkan cangkir pada Edwin.

" Nih minum...., biar badan kakak Enakan"

"Makasih.... kamu baik banget sih" Edwin mencoba merayu Bila.

Bila masih berekspresi datar menanggapi bualan Edwin, sambil terus menyelesaikan masakannya " kakak kok masuk tanpa salam ke rumah orang, ga sopan" Bila mengomel untuk mengeluarkan kekesalannya.

Edwin yang mendengar ocehan Bila tersenyum lega, bahwa gadis pujaannya sudah mau membuka mulutnya walau itu hanya sebuah omelan " ga kok....aku tadi udah ketemu ayah dan ibu di depan"

"Oh..."

"Bila....udah dong marahnya, aku tuh beneran takut deh kalau kamu marah gini, iya sih aku salah, tapi ga gini juga kali bil ngambeknya udahan ya"

"Siapa yang marah, emang aku pernah bilang kalau aku marah?"

"Kamu sih ga bilang, tapi mulut manyun kamu ini sudah cukup memperlihatkan" Edwin menggoda sambil berusaha menyentuh bibir Bila yang segera ditepis Bila.

" Ga usah macem-macem" Bila mulai menata sup yang dihangatkan ke meja kecil didapur lalu mengambilkan nasi " makan dulu nanti sakit" perintah Bila terdengar seperti seorang dokter yang sedang mengurusi pasien bandel.

Edwin tidak berani menolak, ia memakan hidangan sederhana didepannya dengan lahap " ini masakan kamu sayang"

"Ga usah panggil-panggil sayang, gatel dengernya"

Edwin hanya tersenyum kecut seolah kalah telak dari kekasihnya " Kamu kalau marah tambah cantik deh, Bila habis makan kita jalan-jalan yuk, kan udah lama kita ga ketemu" dengan manja Edwin meminta Bila.

" Maaf aku ada acara sama temen-temen, sebentar lagi juga datang mereka"

Bila membagi seblak menjadi empat piring, dan menatanya dimeja, lalu pergi ke ruang tamu setelah teman-temannta mengucapkan salam.

Bila bersama Khairina, Monika, dan Fani masuk ke dapur, tiga teman Bila kaget saat melihat Edwin yang sedang duduk menghabiskan sarapannya seperti anak SD yang patuh pada perintah ibunya.

" Upz....sorry kita datengnya ga tepat ya?" Monika menggoda.

" Cie....ada yg udah baikan nih yeeee" ledek Kgairina.

Edwin tersenyum ramah pada mereka sementara Bila msh dalam ekspresi dinginnya.

" Iya tuh Bila lagi ngambek, ga mau akur sama aku, tolongin dong" Edwin menyindir Bila.

" Bila....udahan dong marahnya, kasihan kak Edwin jauh-jauh dibekain kesini demi kamu, nanti kalau kamu baikan kita pergi bareng yuk" rayu Monika.

" Iya Bil nanti kita telpon cowok kita terus jalan bareng asik kan tuh....." sahut Khairina.

" Bener tuh Bil...udahan ya ngambeknya, kita jalan yuk" dengan semangat Edwin menyahut.

" Woey...woey....woey ingat disini ada jomblowati, ga usah bilang mau jalan sama cowoknya" Dengan nada pura-pura marah Fani menyela.

Lalu tawa menggelegar diruangan itu, bahkan Bila yang dari kedatangan Edwin terus memasang muka jutek ikut tertawa lepas

"Maaf" empat gadis itu saling berpelukan

" Udah ah becandanya ini seblaknya dimakan keburu dingin" Bila mengingatkan.

Mereka mengambil piring dan menuju halaman belakang rumah bila duduk dikursi bambu dekat kolam ikan untuk menikmati masakan Bila.

Bersama tiga sahabatnya Bila bisa tersenyum lepas, wajah cantiknya kembali berbinar, Edwin tidak berani mengganggunya ia hanya menatap gadisnya dari jendela dapur, melihat gadis yang sudah ia kecewakan tersenyum saja sudah mengangkat sedikit beban di pundaknya.

Satu jam lebih gadis-gadis itu bercanda, lalu akhirnya satu persatu mereka masuk ke dapur dan menaruh piring kotor ditempat cucian.

"Bila kita pergi dulu ya....kak Edwin silahkan dilanjut kangen-kangenannya" ledek Fani.

" Kita pamit duluan ya" tiga teman Bila berpamitan.

Kini tinggal Bila dan Edwin yang ada dirumah itu, melihat Edwin mulai senyum-senyum Bila kemvali memasang wajah jutek, ia membereskan meja nengambil piring bekas tempat makan Edwin lalu mencuci semua peralatan dapur yang kotor.

Edwin hanya tersenyum melihat tingkah Bila, ia tidak menyangka kalu gadis baik hati dan ramah itu bisa semengerikan ini jika marah.

" Bila...udahan ya pliss" Edwin menyatukan telapak tangann memohon maaf.

"Emang apa yg udah dimulai kok tiba-tiba minta udahan? kakak mau kita udahan ya, kalau itu yang kakak mau....."

Tangan kekar Edwin dengan segera menutup mulut Bila " Ga usah terusin, aku ga mau itu terjadi, aku ga mau pisah sama kamu, aku ga mau kehilangan kamu, Bila maafin aku, aku janji ga akan ngulangi hal ini lagi kelak, aku ga bakal nyuekin kamu, aku janji" Edwin berkata dengan tulus dan penuh penyesalan, sembari meraih tangan Bila dan menggenggamnya dengan erat.

Berhasil ga ya.....Edwin mendapatkan maaf dari Bila.

Happy reading ???

Bubu_Zaza11creators' thoughts
Next chapter