webnovel

Rasa Bersalah Bag.2

Tingkah Edwin begitu manis ia seolah sedang merengek seperti anak kecil yang meminta sesuatu dari ibunya, dalam hati Bila sebenarnya sudah mrmaafkan Edwin, tapi ia masih ingin mengerjai Edwin yang telah membuatnya kesal dan menanggung rindu dalam waktu yang lama.

Bila masih bersikap dingin tanpa senyum, ia segera melepas genggaman tangan Edwin lalu melanjutkan pekerjaannya.

Edwin masih merasa frustasi dengan situasi ini, ia semakin gusar memikirkan kemarahan Salsabila, bahkan seandainya ia bisa menangis sambil berguling-guling ia akan melakukannya.

Bila mengambil kain pel dan ember berniat untuk mengepel setelah menyelesai mencuci piring, Edwin yang melihatnya seketika mendekati Bila dan meraih apa yang dibawa.

" Kamu mau ngepel, aku bantuin ya "

Salsabila memandang heran ia mengerutkan keningnya " emang bisa?"

"Bisa dong...., aku bantuin ya"

Rasanya Bila ingin mencubit pipi Edwin yang sedang kalang kabut demi mendapatkan maaf darinya, namun sekuat tenaga ia tahan, ia menyerahkan alat pelnya lalu beralih mengalirkan air kedalam mesin cuci, setelah menghidupkn mesinnya ia melangkah ke belakang untuk mengangkat jemuran.

Setelah 15 menit Edwin sudah selesai mengepel sampai teras, ia masuk ke dapur lewat pintu samping, ia menlipat celana panjangnya sampai dibawah lutut terlihat keringat muncul dikeningnya.

Bila yang melihat hal tersebut memalingkan wajah demi menyembunyikan senyumnya, saat itu Bila sedang menjemur pakaian.

" Bil ada yang yang lain yang bisa aku bantu?"

"Ga ada, kakak ga kangen sama papahnya po, kok belum pulang?"

"Aku ga mau pulang, sebelum kamu memaafkan aku"

Bila menghela nafas panjang " Kak...., aku ga marah kok, kakak pulang aja"

"Ga mau"

Edwin duduk dikursi panjang sambil memperhatikan Bila, yang sedang beraktivitas sepuluh menit kemudian ia terlihat membawa kranjang belanja, ia telah mengganti bajunya dengan baju gamis dan jilbap berwarna krem.

Edwin segera menyusul " kamu mau kemana? aku anter ya!".

" Makasih kak, aku bisa sendiri kakak pulang aja"

"Ga mau....."

"Terserah"

Edwin mengantar Bila kepasar, layaknya pasangan kekasih ia menemani Bila berbelanja bahan sayuran, waktu menunjukan pukul 11.00 mereka sudah selesai berbelanja dan segera kembali ke rumah.

Sesampainya di rumah ia menaruh belanjaannya pada wadah plastik dan menaruhnya dikulkas dibantu Edwin....., rasanya Edwin begitu manis hari ini.

" Kakak udah pulang saja, jujur ya aku tuh risih karna dirumah cuma ber dua sama kakak, ga enak sama tetangga, ntar disangka macem-macem lagi"

" Ga mau"

"Bebal amat sih jadi orang, udah dibilang aku ga marah kok"

"Kak kasihan papahnya lho, pulang sana udah diusir juga"

Edwin menggelengkan kepalanya lalu duduk kembali dibangku halaman belakang.

Bila meracik bahan masakan hari ini ia akan membuat sup ayam, pergedel tahu, orek tempe dan sambal ijo, dengan cekatan ia menyiapkan semuanya dan mengolah sehingga hidangan itu satu per satu selesai dibuat.

"Bila....Bila....seseorang masuk sambil memanggil nama Bila, ia adalah bu Hartini tetangga Bila yang cukup dekat.

" Ya bu dhe Bila didapur, masuk saja bu dhe"

"Eh cah ayu, lagi masak apa kamu wangi banget" ia menghampiri Bila melihat hasil masakan Bila dan mencicipinya, ketika menengok ke arah jendele ia melihat seorang lelaki sedang duduk yang memandangnya dan memberi senyuman " nduk itu pacarmu ya, bagus yo kaya artis India"

" Ya bu dhe, Udah diusir dari tadi ga mau pulang dianya, bu dhe bisa ga ngusirin dia Bila risih sebenarnya"

"Ono opo to nduk? kamu lagi marah sama dia?"

" Bila cuma lagi agak kesel aja bu Dhe sama dia"

Bu Hartini hanya tersenyum lalu menuju ke tempat Edwin duduk " mas kenalke saya tanggane Bila, biasanya dipanggil bu dhe sama Bila, mampir ke rumah bu dhe yuk"

"Ya bu dhe makasih, lain kali saja bu dhe saya nemenin Bila aja kasihan sendirian"

" Padahal Bilane ga seneng lho kamu temeni, ayu ke rumah bu dhe aja"

" Bilang ngomong gitu bu dhe, Bila tuh lagi marah sama saya bu dhe, saya udah minta maaf tapi Bila belum mau maafin saya, jadi kalau Bila belum maafin saya, saya ga akan pergi".

"Elah dalah jan anak muda ki,terserah kalian lah, bil bu dhe mau pinjem mixer mau buat kue tapi mixere rusak"

"Oh nggih"

Bila mengambilkan mixer dan menyerahkannya pada bu Hartini, setelah menggoda Edwin iapun pergi dari rumah Bila sambil mencubit dagu Bila " ora ilok nesu kesuen cah ayu, nanti nek didiemin pacarmu diambil orang lho"

Bila menatap kesal pada bu Tini yang tersenyum jahil,

" Kak pulang sana....., harus diusir berapa kali lagi sih, heran bebal amat"

"Tidak...., aku mau pulang kalau kamu udah senyum"

Bila tersenyum palsu " nih udah senyum, pulang sana"

" ga...." perut Edwin berbunyi sedari tadi ia menahan rasa ingin mencicipi masakan Bila yang wangi membuat cacing dalam perutnya demo, ia mendekati Bila " sayang aku laper banget nih"

" Ih ga malu banget ya anda, oh ya jangan panggil-panggil sayang" jawab Bika ketus

" Masakan kamu tuh menggoda perutku bil, sama kayak sikap kamu yang menggoda hatiku"

"Ga usah ngegombal deh , ga mempan".

"Bil mau kamu tuh apa sih senbenarnya? kamu sebenarnya merindukanku kan? Bila.... jujur aja, ini bukan Bila yang aku kenal"

" Maksut kakak apa, aku ga marah serius" Bila menjawab datar sambil menata makanan juga peralatan makan dimeja " kak Edwin ga malu ya dari tadi pagi bertamu ga pulang-pulang, ini udah jam dua lho, makan terus pulang"

"Bila tolong aku seriyus maafin aku ya, masak cuma gara-gara aku ga bales chatt kamu, sikap kamu jadi sedingin ini, maaf ya! aku janji ga akan ulangi lagi, aku janji akan ngasih kamu kabar setiap hari" Edwin meminta dengan sungguh-sungguh ia duduk didepan Bila sambil meraih tangannya.

Bila hanya duduk diam, wajahnya menunduk untuk menutupi matanya yang mulai berkaca-kaca mendengar pernyataan Edwin " cuma ga balas chatt ya, sesederhana itukah?" Bila membalikan pertanyaannya pada Edwin suaranya terdengar serak menahan tangis.

Edwin menjadi semakin tidak enak mendengar ucapan Bila, ia menyesal telah mengatakan semua itu, ternyata kata-katanya membuat gadisnya begitu terluka hingga ia menangis, sambil duduk dibawah kursi Bila ia meminta maaf dengan tulus " Bila maaf....aku ga bermaksut membuat kamu semakin seperti ini, maaf " kini mata Edwin mulai berkaca-kaca.

Bila mengangkat wajahnya diperhatikan wajah tampan Edwin, ingin rasanya ia memeluk pria didepannya, namun ia masih kesal dengan pernyataan dan sikap Edwin " kak, mungkin buat kakak apa yang kakak lakukan bukan masalah besar, dan mungkin memang aku yang terlalu melebih-lebihkan semua ini" Bila terdiam sebentar untuk mengusap air mata yang mulai membanjiri pipinya " tapi lebih dari itu kak, kakak sadar ga sih beberapa bulan terakhir ini komunikasi diantara kita semakin jarang, bahkan sudah tiga bulan baru hari ini kan kita ketemu bukan bagi aku ga ketemu kakak ga masalah, karena kita memang terpisah jarak yang jauh, tapi ga tahu kak aku merasa kalau kakak sudah mulai melupakan aku, dan aku berfikir mungkin kakak sudah menemukan yang lebih baik dari aku"

Seketika mata Edwin terbelalak mendengar kata-kata Bila, rasa bersalahnya semakin menjadi-jadi, ia teringat beberapa bulan ini setelah hubungannya dengan Vita membaik ia memang sedikit melupakan Bila u bahkan bisa dibilang kalau ia telah mengkhianati Bila yang begitu tulus menyayanginya " Bila maaf " Edwin memohon dengan suara lirih menandakan betapa ia merasa bersalah.

" Sudahlah kak..., aku ga marah aku hanya ingin kakak memperjelas hubungan kita, aku ga mau menunggu sesuatu yang ga pasti" Bila berkata dengan tegas ia tak lagi mengeluarkan air mata.

" Bil kamu salah paham, aku ga menggantungkan hubungn kita, aku...aku...aku hanya"

Kalang kabut ya kamu kak Edwin, makanya sebelum berbuat sesuatu pertimbangkan dulu akibatnya.

Give bintang dan votenya ya kak.

Happy reading.

Bubu_Zaza11creators' thoughts
Next chapter