webnovel

Perjodohan

Penuh semangat Bila menuju kantornya dengan mengendarai taxi, ia mengenakan rok panjang warna biru tua dengan blazer biru muda dipadu jilbap yang senada dengan blazernya, ketika ia duduk ia melihat sebuah memo yang segera ia baca.

"Temui saya sebelum pukul 09.00, tertanda Sinta Wulandari" isi memo tersebut.

"Oh dari bu Sinta, ada apa ya" ia melirik jam dan ternyata sudah pukul 08.20 "masih empatpuluh menit, aku selesaikan laporan kemarin dulu aja"

Jam 08.55 Bila sudah mengetuk pintu mnajernya, ia segera dipersilahkan masuk, dengan tenang Bila duduk didepan atasannya, walaupun sebenarnya dalam hatinya menyimpan banyak tanya.

"Maaf buk, apa ada hal penting?" Bila memulai percakapan.

"Tentu..., sebenarnya harusnya pak Reifan yang memberitahu langsung, tapi karena beliau ada keperluan selama satu minggu di luar kota, beliau meminta saya untuk memberitahukan ini sama kamu"

"Maaf buk, kalau boleh saya tahu ada hal apa buk?"

Bu Sinta menjelaskan bahwa perusahaan mereka akan melakukan kerja sama dengan sebuah perusahaan kecil yang kebetulan terletak dikota tempat tinggal Bila.

Sebenarnya tugas tersebut sebelumnya akan didelegasikan pada orang lain, akan tetapi karena orang yang dimaksut masih melanjutkan pendidikan, maka perusahaan memutuskan untuk menggantinya.

Ada dua kandidat sebagai pengganti yaitu seorang tenaga pemasaran yang cukup handal, namun karena suatu alasan yang penting maka pihak perusahaan mengambil keputusan Bila lah yang akan melaksanakan tugas tersebut.

"Kenapa harussaya buk, bukankah saya masih baru ya buk di perusahaan ini?"

"Ya Nisa, saya tahu kamu masih baru, tapi saya percaya dengan kinerja kamu, selama ini kamu mampu menyelesaikan tugas kamu dengan baik".

"Tapi buk, saya merasa belum mampu, saya masih harus belajar banyak" Bila mencoba beralasan karena ia merasa belum pantas.

"Nisa... banyak alasan mengapa saya mengusulkan kamu, dan setelah saya mengajukan kamu dengan.alasan-alasan tersebut bos menyetujuinya, jadi kalau kamu keberatan silahkan kamu sampaikan langsung ke pak Reivan".

"Sebenarnya saya senang buk deket orang tua, tapi saya masih merasa belumpantas buk".

"Nisa.... saya beri waktu kamu satu hari sebelum pak Reifan pulang, terserah apapun keputusan kamu".

"Ya buk terimakasih, maaf bu saya pamit dulu"

Setelah berpamitan Bila segera kembali ke meja kerjany, sebenarnya ada alasan paling mendasar mengapa ia ingin menolak tawaran dari atasannya yaitu karena ia tidak mau sering bertemu Khafiz, baginya jauh dari Khafiz merupakan hal terbaik.

Dengan bertemu Khafiz lebih sering ia merasa jadi seorang pembohong, yang harus berkata "aku akan berusaha mencintai mu" tapi itu hanya dimulut saja, sedang hatinya masih mengharapkan Edwin dan tak bisa menggantikan keberadaaannya.

Malam ini Bila sedang berbincang dengan ayah dan ibunya melalui ponsel ia menceritakan apa yang tengah ia hadapi, dan meminta saran orang tuanya.

📞"Kalau pribadi ayah sih lebih seneng kamu di rumah nduk"

📞"Bila juga sebenarnya seneng yah, tapi kalau Bila di rumah, tentunya jadi sering ketemu Khafiz"

📞"Ya ga masalah to, tapi kalau kamu memang tidak nyaman ya kamu bicarakan dengan baik sama atasanmu"

📞"Baik yah, terus menurut ayah gimana?"

📞"Kami lebih senang kamu disini bersama kami, itu intinya".

Ahirnya setelah beberapa hari mempertimbangkan tawaran dan pendapat ayahnya Bila pun memutuskan langkah yang akan ia ambil.

Khafiz sedang berada direstoran bersama orang tuanya, mereka sedang menunggu kehadiran teman dari ibunya, Khafiz mengira mereka hanya akan makan malam bersama, tapi ibunya telah merencanakan untuk menjodohkan Khafiz dengan anak dari temannya.

Beberapa waktu kemudian orang yang mereka tunggu tiba, sepasang suami istri bersama seorang gadis berumur 25tahun, gadis itu terlihat cantik dengan gamis dan jilbap berwarna krem.

Ketika sampai dimeja keluarga Khafiz, Fani kaget dengan keberadaan Khafiz, ia berpikir mungkinkah laki-laki yang ingin dijodohkan orang tuanya adalah Khafiz.

Mereka berdua sama-sama kaget, perbedaannya adalah kalau Fani sudah tahu maksut dari pertemuan itu, sementara Khafiz belum.

Melihat reaksi anak-anaknya kedua belah keluarga merasa senang, mereka mengira kalau perjodohan mereka akan lebih mudah.

"Wah ternyata kalian sudah saling kenal ya nak?" ibu Khafiz dengan lembut bertanya sambil memegang tangan Fani.

"Ya bu dhe... kami satu sekolah ketika SMP, dan ketika SMK kami pernah satu kelas" Fani menjelaskan, akan tetapi ia begitu shock dengan perjodohan ini dari sekian banyak laki-laki mengapa harus Khafiz, kekasih sahabatnya, ia berpikir apa yang akan terjadi jika Bila tahu.

"Bagus dong, jadi perjodohan ini bisa lebih mudah" Ayah Fani menyela.

"Tidak" Fani dan Khafiz sama-sama menyanggah pernyataan itu.

Kedua orang tua mereka memandang Fani dan Khafiz secara bergantian dengan tatapan terkejut, membuat mereka tegang lalu dengan canggung Khafiz berkata.

"Maksutnya begini, kami kan berteman sudah lama, masak tiba-tiba kami harus menikah, ga semudah itu buk".

"Ya bun,yah...ga semudah itu" Fani menguatkan pernyataan Khafiz.

Fani dan Khafiz sama-sama bingung, mereka hanya saling berpandangan dan bertanya melalui tatapan mereka.

Orang tua mereka meninggalkan mereka berdua, supaya mereka bisa leluasa berbincang-bincang, setelah mereka hanya tinggal berdua mereka justru hanya saling memandang dengan tatapan dingin.

"Fan kamu tahu, kalau kamu mau dijodohin?"

"Tau...cuma ga tau kalau mau dijodohin sama kamu, tau gini aku tolak dari awal"

"Terus gimana?"

"Ya kamu sebagai laki-laki bilang ga mau atau apa kek, soalnya aku udah janji sama orang tuaku mau menerima perjodohan ini"

"Kok kamu main terima gitu aja" Khafiz memprotes.

"Ya gimana aku ga tahu itu kamu, sekarang gimana coba kalau Bila tau" Fani memandang penuh keputusasaan "aku tuh capek Fiz menjalin hubungan dengan cowok-cowok yang selama ini deket sama aku, mereka cuma bisa bohingin aku doang, makanya aku terima perjodohan inj" Fani menjelaskan dengan lemah alasan ia mau dijodohkan.

"emang ibu kamu ga tahu kamu punya pacar?"

"Tau cuma dia ga setuju hubunganku sama Bila".

"Ah....., terus gimana?" Fani mengacak-acak tisu dimeja makan, sambil menatap Khafiz kesal.

Khafizpun melakukan hal yang sama ia memandang seolah Fani adalah gadis bodoh.

Setelah mereka berbincang-bincang akhirnya mereka memutuskan untuk sementara menerima perjodohan ini, dan mengatakan pada Bila apa adanya.

Mereka berdua keluar bersama bersandiwara kalau mereka menyetujui perjodohan itu, melihat kedua anaknya tampak bahagia membuat orang tua mereka merasa yakin bahwa semua berjalan lancar.

Satu minggu kemudian

Bila yang sedang fokus dengan tugasnya dipanggil oleh bu Sinta, ia diminta untuk segera menghadap atasan mereka.

"Nisa pak Reifan sudah kembali, kamu diminta menemui beliau"

"Baik bu, saya segera ke ruangan beliau"

Bila segera menuju ruang atasannya setelah mengetuk pintu dan dipersilahkan masuk, ia memasuki ruangan kantor yang luas dan nyaman itu dengan perasaan dag dig dug.

Bila duduk tepat di depan Reivan sambil menunduk, ia belum berani menatap mata bosnya.

"Kamu yang bernama Khaairunnisa Salsabila"

"Benar pak" setelah menjawab bila mengangkat wajahnya sehingga wajah cantiknya telihat jelas.

Reifan menatap wajah Bila dengan seksama, seolah ia pernah melihat gadis itu, wajahnya begitu familiar, sebenarnya ketika ia masih kuliah bersama Edwin ia sering melihat foto Bila di kamar kost Edwin, tapi hal tersrbut benar-benar tak diingatnya.

"Bu Sinta sudah menyampaikan apa alasan mengapa saya memanggil kamu?"

"Sudah pak"

"Kamu menerimanya"

"Sebenarnya ini keputusan berat pak, saya belum lama bekerja disini, tapi insyaallah saya akan coba pak"

"Ok bagus, saya dengar kamu berasal dari kota tersebut kan?"

"Ya pak itu juga salah satu alasan saya"

"Ok..., jadi kamu akan mulai pindah tugas bulan depan, masih ada waktu dua minggu lagi, persiapkan diri kamu, dan selesaikan tugas anda di sini"

"Baik pak"

"Oke... saya rasa cukup, dan silahkan kembali bekerja"

Bila keluar dari ruangan Reifan, diluar bu Sinta sudah menunggunya ia langsung merangkul Bila dan menanyakan bagaimana keputusannya.

Setelah mendengar Bila menyetujui untuk ditugaskan di perusahaan yang bergabung dengan perusahanan mereka bu Sinta merasa lega, lalu mengucapkan selamat pada Bila.

Akhirnya waktu itu akan segera tiba.

Terimakasih atas dukungan para pembaca, mohon maaf jika masih banyak kekurangan.

Happy reading and love you all???

Bubu_Zaza11creators' thoughts
Next chapter