webnovel

Penjelasan

Ketika Fani masuk ke dalam ruang rawat ibu Khafiz, dengan canggung ia duduk disamping laki-laki itu, walau masih terlihat pucat namun ada raut kebahagiaan diwajah ibu Khafiz.

"Nak Fani, sekarang ini Khafiz sudah benar-benar bisa menerimamu" dengan pelan ibu berkata.

"Maksut ibu?" Fani bertanya, ia menatap wajah Khafiz, ia tidak mengerti karena setahunya ibu Khafiz sakit karena khafiz telah menolaknya, tapi kenyataannya malah Khafiz menerima perjodohan itu.

Fani mengajak Khafiz keluar dari kamar itu untuk medengar penjelasan Khafiz "Fiz ini maksutnya apa, bukankah semalam kamu bilang, sudah menolak perjodohan kita"

"Ya..., tapi tiba-tiba semua itu berubah siang tadi".

Wajah kesal terlihat diwajah Fani, namun setelah Khafiz menjelaskan semuanya akhirnya ia memaklumi apa yang dilakukan Khafiz adalah demi orang tuanya, akan tetapi ia juga tidak habis pikir semua itu terjadi didepan Salsabila.

"Sekarang kami sudah tidak ada hubungan lagi, jadi kamu tidak perlu bingung".

"Ga bingung gimana, Fiz kalian putus karna aku, mau taruh dimana muka aku, apa yang harus aku katakan sama Bila".

"Bila menerima semua ini kok Fan, cuma memang dia belum tahu kamu gadis yang dijodohkan denganku".

"Makanya gimana aku ngadepin Bila, aku malu".

"Fan kita akan menemui dan menjelaskan semuanya bersama, besok kita akan menemui Bila".

Fani mengangguk, ia sudah terlanjur berjanji akan menerima perjodohan itu.

Edwin sedang menyiapkan beberapa baju yang akan ia bawa ke luar kota, setelah mengemasnya, ia keluar untuk berpamitan pada papanya.

Pak Baroto sedang duduk diruang keluarga sambil memegang ponselnya, ia tampak asik memainkannya, bahkan ketika Edwin telah duduk disampingnya ia tak menyadari hal tersebut.

"Pa asik banget, lagi chatting sama siapa"

"Sama cewek cantik dong" pak Baroto membalas pertanyaan Edwin dengan nada mengejek "ingat ga Win gadis yang bawain makanan buat papa, papatuh kenal sama dia tiga tahun lalu pas kamu berangkat ke Jepang, terus satu tahun lalu dia kerja di luar kota, tapi beberapa hari lalu dia kembali ke kota ini, Win kesempatan nih kamu dekati gadis itu ya" pak Baroto membujuk Edwin.

"Pa....maaf seperti apapun papa mau ngejodohin Edwin sama Nisa Nisa itu, Edwin ga mau, karena hanya satu gadis yang Edwin mau, dan namanya Salsabila".

"Kamu kebanyakan berhayal Win".

"Udah ah pa, Edwin cuma mau pamit mau berangkat menemui Reifan untuk menyelesaikan dokumen perjanjian Kerja, Selasa aku pulang".

"Yah.... padahal papa mau ngajak kamu ke rumah Nisa, ditunda ya, kamu berangkat besok sore ya".

"Ga bisa pa, kami mau menyelesaikan semua ini sabil liburan".

"Kamu jangan nyesel lho, ga papa ajak ke rumah gadis cantik".

Edwin melihat papanya dengan pandangan geli karena semangat papanya yang begitu ingin menjodohkan dirinya dengan sorang gadis bernama Nisa tersebut.

Malam Minggu ketika seorang gadis biasanya diajak keluar oleh kekasihnya, atau pria pujaannya datang berkunjung Bila justru dikunjungi seorang pria tua.

Sejak perkenalannya dengan Bila, pak Baroto memang sering mengunjunginya, ia juga sering meminta Bila pada orang tuanya untuk dijadikan istri, tapi orangtuanya tidak menganggap permintaan pak Baroto dengan seriyus, karena pak Baroto memang seorang yang suka bercanda.

Pak Baroto pulang dari rumah Bila pada pukul sembilan malam, setelah mengantar pak Baroto keluar Bila kembali ke kamarnya dan mengambil ponselnya, ia melihat ada sebuah pesan dari Fani.

📩"Bila kapan kita bisa ketemuan, ada hal yang harus aku jelaskan".

📨Oh maaf Fan, besok aku ga ada acara"

📩"Kita ketemu ya, di kafe biasa jam sepuluh"

📨"Oke"

Malam ini Fani sulit memejamkan matanya, ia terus berpikir bagaimana cara memberi tahu Bila tentang perjodohannya.

Keesokan hari disebuah kafe Fani tampak resah menunggu Salsabila, ia telah menunggu jauh lebih awal dari kesepakatan yang mereka janjikan.

Satu jam kemudian Bila datang ke tempat tersebut dan menuju tempat dimana Fani duduk, melihat Bila datang wajah Fani terlihat tegang, sehingga Bila memandangnya dengan penasaran.

"Fani ada yang salah sama aku, kok tegang gitu?"

"Ga Bil...aku ".

"Santai Fan, jangan tegang dong kaya terdakwa mau dijatuhi hukuman aja kamu"

Fani hanya tersenyum kecut mendengar kata-kata Bila.

Sudah hampir satu jam mereka duduk dikafe tersebut, namun selama itu juga Fani belum mengatakan apa tujuannya mengundang Bila.

Melihat tingkah Fani Bila merasa ada sesuatu yang membuatnya begitu resah "Fan kamu baru putus lagi ya sama pacar baru kamu?".

"Ga Bil sudah tiga bulan aku jomblo kok"

"Terus kenapa, kamu tegang gitu, aku kira kamu hamil terus pacar kamu mutusin" Bila menggoda Fani.

"Bila ngomongnya ngawur deh, emang aku sering ganti cowok, tapi aku masih prawan" Fani cemberut memprotes Bila.

Bila tersenyum melihat Fani, sehingga membuat ketegangan Fani sedikit berkurang.

"Fan kamu mau ngomong apa sih, aku kepo nih" Bila bertanya dengan penasaran

"Aku akan bicarakan semuanya sama kamu setelah seseorang datang".

"Ya elah... ribet amat".

Disaat mereka sedang berbincang-bincang seorang laki-laki datang menghampiri mereka, Bila terkejut melihat wajah tegang Fani setelah kedatangan laki-laki tersebut.

Bila semakin tak mengerti mengapa Fani begitu terbebani dengan kedatangan Khafiz, selain itu Khafiz juga menunjukan ekspresi yang tidak jauh berbeda.

"Fiz.." Fani memanggil pria itu

Khafiz duduk disebelah Fani berhadapan persis dengan Bila, Bila semakin tak mengerti dengan situasi yang ia hadapi.

"Sebenarnya ada apa, kalian membuatku muak, jelaskan atau aku pergi" dengan jengkel Bila berkata.

"Tunggu" Khafiz menahan Bila.

Setelah mempersiapkan diri Khafiz bercerita tentang perjodohannya dengan Fani yang srbenarnya ingin mereka tolak, tapi Fani tidak berani menolaknya sehingga Khafizlah yang bisa membatalkan perjodohan tersebut, akan tetapi karena keadaan ibunya dan desakan Bila yang sebenarnya tak mengetahui apapun, membuatnya terpaksa menerima perjodohan tersebut.

Bila mendengarkan penjelasan mereka dengan sabar, setelah Khafiz selesai menjelaskan Bila memasang muka dengan ekspresi yang sulit dijelaskan, namun sekian detik kemudian ia justru tersenyum dengan bahagia.

"Ya elah Fan, kenapa ga ngomong dari tadi aku ga papa kok, kan kita udah putus".

Fani dan Khafiz sama-sama tertegun melihat ekspresi Bila yang tanpa penyesalan.

"Kamu ga marah Bil, setelah tahu bahwa aku alasan hubungan kalian berakhir". Fani dengan sedih bertanya.

"Tentunya aku sedih karena kehilangan seorang laki-laki sebaik Khafiz, tapi kesedihanku tidak sepadan dengan kebahagianku, karena kalian adalah orang yang sangat penting buat aku" Bila berhenti sejenak ia mengambil tangan Fani dan Khafiz kemudian ia satukan "Fan...aku senang karena kamu akhirnya berhenti dari petualangan cinta kamu dan menemukan pria sebaik Khafiz"

"Bila...kamu ga marah"

"Tidak, aku justru sangat bahagia untuk kalian ber dua"

Fani dan Khafiz sama-sama terdiam mereka tak tahu harus berkata apa lagi, Fani yang tidak tega karena tanpa sengaja telah merenggut Khafiz, dan Khafiz yang merasa bersalah karena telah meninggalkan Bila demi gadis lain.

Akan tetapi berbeda untuk Bila, ia justru merasa bahagia karena Fani yang ia tahu adalah seorang gadis yang sedang menantikan cinta sejati ahirnya bertemu Khafizb yang selama ini mengharapkan restu orang tua untuk menjalani rumah tangga, yah walaupun restu itu bukan untuk Bila tapi Bila merasa sangat bahagia, terlebih ia bisa lepas dari hubungan yang selama ini tidak diinginkannya.

Happy reading

Bubu_Zaza11creators' thoughts
Next chapter