webnovel

Maaf Telah Melukai Hatimu

Edwin dan Dimas segera membawa Vita ke rumah dinas Dimas, sesampainya disana Dimas menggendong dan menempatkan calon istrinya dikamar mandi kemudian menyiramnya dengan air dingin.

Vita meronta-ronta dan ingin segera lari, namun tangan kekar Dimas menahannya tubuh merekapun basah kuyup, karena Vita menggenggam tubuh Dimas dengan Erat.

Beberapa waktu kemudian kesadaran Vita telah kembali, ia kaget mengapa saat ini ia justru bersama Dimas, dan ia juga asing dimanakah ia berada sekarang.

Ia mengingat benar bahwa tujuannya semula adalah mencegah Edwin pergi darinya dan ia berada di kamar Caca.

"Mad Dimas..." kata-kata keluar dari mulut Vita yang menggigil dan begitu pelan ia masih shock dengan keadaannya.

"Kamu sudah sadar Vit?" Dimas melepas pelukan Vita, dan menyuruhnya melanjutkan membersihkan diri, Dimas keluar dari kamar mandi dan mengganti bajunya.

Sebelum keluar menemui Edwin ia menyiapkan kaus dan celana untuk Vita, kemudian keluar untuk menemani Edwin.

Edwin sedang duduk di ruang tamu. ia masih tampak terguncang dengan kejadian yang menimpanya, ia merasa begitu buruk ia merasa menjadi pecundang dan penipu, dihari yang sama ia melamar Bila sekaligus membuat hancur hati gadis yang ia sayangi.

"Win... gimana keadaan kamu?" suara Dimas mengagetkan Edwin.

"Baik mas, gimana dengan Vita"

"Dia sudah sadar, dan sedang mandi, makasih ya Win kamu sudah membantuku" Dimas duduk disamping Edwin dan menepuk pundaknya.

"Mas...apa mungkin ini hukuman untukku yang sudah mengkhianati seorang gadis baik seperti Bila" Edwin berbicara suaranya serak menahan tangis.

"Maksut kamu?" Dimas bertanya tak mengerti apa yang membuat Edwin begitu terpukul.

Edwin menceritakan tetang Salsabila yang seharusnya sedang berbahagia menantinya pulang untuk memperkenalkan papanya pada keluarga Bila sekaligus mengikat Bila sebagai calon tunangannya, namun justru kedukaan yang ia berikan dan semua ini karena Caca.

Dimas yang mendengar cerita Edwin hanya mampu menatap Edwin dengan iba "Win kamu harus tetap optimis, jika memang kamu mencintainya perjuangkan gadis itu, aku siap membantu kamu kapan saja," Dimas memberi semangat juga menawarkan bantuan yang bisa Edwin tagih kapan saja.

Vita keluar dengan banyak pertantanyaan didadanya, belum hilang rasa penasarannya ia kembali dikejutkan dengan keberadaan Edwin, ia ingin sekali lari dari sana dan bersembunyi di lobang tikus ia sudah bisa membayangkan apa yang terjadi membuatnya begitu merasa menjijikan.

"Mas Dimas...E....Edwin kamu disini"

Dua laki-laki itu menoleh ke a rah Vita yang mematung, Dimas berdiri dan mendekati wanita yang aneh dengan penampilannya, Vita yang memakai baju kebesaran milik dimas tampak lucu sebenarnya, akan tetapi disituasi saat ini keimutan itu jelas tak ter ekspektasikan.

Vita mendekati sova digandeng dengan lembut oleh Dimas, ia duduk didepan Edwin tangan Vita mencengkaram paha Dimas karena merasa takut dan malu melihat ekspresi lusuh Edwin.

"Mas....apa yang sebenarnya terjadi?" pertanyaan Vita memecah keheningan didalam ruangan itu.

Edwin dan Dimas menjelaskan semua kejadian yang mereka alami, tentang kelakuan konyol Vita dan juga tentang penderitaan kekasih Edwin.

Vita kaget ternyata Dimas sudah mengetahui tentang hubungannya dengan Edwin ia juga merasa malu pada Dimas yang masih begitu baik walalu ia sudah mengkhianati cinta tulus Dimas, dibalik itu Vita juga merasa bersalah pada gadis yang belum pernah ia kenal.

Vita menangis sejadi-jadinya membayangkan hancurnya perasaan kekasih Edwin, ia teringat dulu dengan hanya Vita menghasut bahwa Edwin berselingkuh saja ia sudah begitu terbakar amarah, apa lagi gadis itu yang melihat kekasihnya sedang dalam keadaan tak senonoh bersama Dirinya.

Vita mau tidak mau harus menceritakan apa yang Caca lakukan padanya, tentang hasutan dan rencana Caca yang sudah ia lakukan, Vita tersadar akan semua kesalahannya, ia benar-benar merasa dirinya begitu konyol dan menjijikan setelah menuruti semua ide Caca yang busuk.

Suara tangis Vita menggema dalam ruangan itu, tubuhnya lunglai tak mampu menahan beban yang terasa menumpuk dibahunya "Maafkan aku Win..., aku.sudah egois aku begitu mudah terhasut oleh kata-kata Caca, mas Dimas maafkan aku yang sudah mengkhianati kamu, aku sungguh wanita yang menjijikan mas.... maaf aku sudah melukai hati kamu mas" Vita menjerit namun dalam lubuk hatinya juga lebih nelangsa membayangkan luka hati Dimas dan kekasih mantannya.

Dimas memeluk Vita dengan lembut dan menenangkannya "sudah Vit ini semua sudah terjadi, untung saja Edwin memberi tahuku jadi hubungan kita masih bisa diperbaiki, aku memaafkan kamu, sekarang yang lebih penting adalah gadis itu, aku bisa membayangkan sakit yang sedang ia alami" sambil berbicara Dimas mengelus rambut hitam Vita.

Vita mulai tenang walau napasnya masih tersengal namun ia sudah bisae mengendalikan emosinya "Win maaf...., seandainya aku bisa melakukan sesuatu untuk hubungan kalian seperti semula, aku pasti akan melakukannya walau harus berlutut memohon maaf dari gadis itu"

"Ya Vit terimakasih, jelas suatu saat nanti aku pasti membutuhkan bantuan kalian"

Didalam kamar hotel Bila masih bertahan dengan tangisannya ia belum bisa menerima keadaan ini, Fani masih memeluknya bahkan air mata Fani juga tak mampu dibendung lagi ia seolah merasakan sakit hati yang Bila alami.

"Bila...menangislah sampai kamu puas"

"Fan.... sakit Fan, kak Edwin mengapa kakak melakukannya kak,"

Malam sudah sangat larut Bila masih terdiam mematung ditepi ranjangnya,matanya sembap jilbapnya berantakan hatinya hampa, rasanya saat ini ia sedang berada pada posisi terburuknya.

"Bila..., cukup air mata yang kamu keluarkan untuk laki-laki brengsek itu, terlalu sayang Bil air matamu" Fani berbicara berusaha menguatkan Bila.

"Sakit Fan" jawab Bila lirih airmatanya kembali menetes.

"Bila cukup" Fani membentak Bila "aku tahu kamu saat ini sedang terpuruk, tapi kamu juga bisa membayangkan bagaimana orang tua kamu kalau mereka melihat kamu seperti ini"

Mendengar ucapan Fani bila segera menyeka air matanya, dan berusaha untuk menenangkan diri, Fani tahu titik kelemahan dan kekuatan Bila yaitu keluarganya.

"Kamu benar Fan, air mata yang aku keluarkan untuknya sudah terlalu banyak, dia tidak pantas menerima semua ini, lebih baik aku memikirkan orang tuaku kamu benar" Bila terdiam seolah sedang mengumpulkan serpihan hatinya yang berhamburan "tapi fan sakit" Bila memegang dadanya dan kembali menangis.

"Bila cukup"

Fani menyodorkan haduk dan pakaian Bila menyuruhmya membersihkan diri, dengan patuh Bila memenuhi perintah sahabatnya ia masuk ke kamar mandi setelah membersihkan tubuh dan mengganti pakaiannya, ia keluar Fani membantunya mengeringkan rambut, lalu bercerita sebentar samapai Bila benar-benar tertidur.

Setelah Bila tertidur kini giliran Fani yang tak bisa membendung air matanya, ia tak dapat membayangkan betapa hancurnya hati Bila, wanita yang selalu mempertahankan kesetiaannya harus menerima kenyataan dirinya dikhianati oleh laki-laki yang ia cintai.

Suara kicau burung begitu riuh, Fani terbangun dari tidurnya, ia berdiri dan membuka kelambu ternyata hari sudah berganti pagi, ia berbalik dan melihat Bila masih tertidur mata sembapnya masih terlihat jelas.

Fani mendekati Bila dan dengan pelan membangunkannya "Bila bangun sudah siang"

Mendengar suara lembut Fani Bila terbangun, ia tersenyum seolah sudah melupakan kejadian semalam "Jam berapa Fan, ia menoleh keatas melihat jarum jam telah menunjuk pada angka 08.00, waduh kesiangan ya kita"

"Ga papa Bil"

Bila duduk sambil mengusap matanya, iangatannya kembali pada kejadian semalam membuat wajah manisnya berubah muram seketika.

Fani yang melihat perubahan itu langsung menghibur dan memberi Bila semangat "udah ga usah nangis lagi, sayang tu air mata"

Bila melirik Fani dan tersenyum penuh nelangsa"Ya bawel aku ga akan nangis lagi" Bila meledek sahabatnya.

Mereka membersihkan diri mereka dan bersiap-siap untuk sarapan di restoran hotel.

Yang sabar ya Bila, Edwin terus perjuangkan cinta Salsabila dengan semua yang kamu bisa.

Happy reading ya all ???

Bubu_Zaza11creators' thoughts
Next chapter