webnovel

Kesanggupan

Edwin memandang Bila, ekspresi wajahnya penuh penyesalan " Bila... aku minta maaf, aku ga ada niat untuk menggantungkan hubungan kita, aku juga ga pernah berpikir menemukan pengganti kamu ga ada yang lebih baik buat aku dari kamu, aku hanya sedang banyak tugas aja"

"Iya aku ngerti..., tapi apa ga bisa ya kalau cuma ngabarin atau hanya sekedar membalas pesan ku, ga ada satu menit kan?" Bila memprotes.

"Iya Bil.... aku salah, aku ga akan ulangi itu lagi aku janji"

"Kak... kamu ga perlu berjanji untuk hal ini, siapa tahu kelak kamu akan mengulanginya".

"Bila....pliss, apa harus srperti ini kamu menghukumku" tubuh Edwin terkulai lemas dilantai penuh dengan penyesalan.

"Udahlah kak, kakak buktiin aja kalau kakak ga akan mengulangi hal yang sama, sebenarnya aku ga marah kok sama kakak, aku cuma kesel aja, kok bisa gitu kakak ga ada kabar sama sekali, aku kan....." Bila tak berani melanjutkan bicara hampir saja ia mengatakan kalau ia sangat merindukan Edwin.

"Iya Bil aku akan melkukan apa yang kamu mau, aku janji"

"Jangan cuma janji, sanggup ga kakak menepatinya"

"Sanggup-sanggup banget" Edwin menatap Bila dengan semangat penuh dengan kebahagiaan "sekarang kamu udah maafin aku kan".

"Udah berapa kali sih aku bilang aku ga marah, aku cuma kesel, lagian aku cuma sedikit ngerjain kakak kok, biar ngrasain kesel seperti yang aku rasa" Bila menjelaskan dengan memasang wajah dan senyum jahil "dengan kakak datang sepagi tadi aja itu sudah membuat aku memaafkan kakak kok"

Edwin menatap heran pada Bila, ia tidak menyangka kalau gadis didepannya sanggup mengerjainya sampai separah ini, Edwin yang merasa geram langsung berdiri dan mendekap Bila dengan gemasnya.

"Upz.... jangan macam-macam ya" Bila menghardik Edwin sambil melepas pelukan Edwin.

"Maaf habis kamu tuh ya....jail amat, ga papa bil dikit doang lagian ga ada yang lihat".

"Ih ga banget" Bila memasang muka jutek " Udah makan, habis ini pulang kasihan papa kakak, ini nanti dibawa buat papanya kakak" Bila mengoceh seperi emak-emak lalu menyerahkan wadah plastik berisi sup dan makanan lain.

Edwin mengangguk penuh semangat, dengan srmangat ia melahap makanan dimeja, setelah selesai ia segera berpamitan pulang.

"Aku pulang dulu ya, jangan marah lagi, jangan buat aku ketakutan ok!" Edwin berkata dengan nada tulus.

"Ya....tergantung, pulang sana enek aku lihat muka kakak dari tadi" Bila mengejek.

Edwin kesal melihat wajah jutek Bila " Bila bilang aja, kamu kangen kan, kamu seneng aku disini, jangan menggoda ku" kata-kata Edwin menggoda.

"Apaan, ga mungkin aku kangen sama cowok nyebelin kaya kakak"

"Kamu bilang aja, kamu sedang menggodaku kan, kamu mau aku peluk lagi", setelah mengatakan ledekan pada Bila Edwin mencubit dagu Bila yang tetlihat kesal lalu pergi " makasih ya I love you" kata sayang keluar dari mulut Edwin sembari menujukan makanan yang Bila berikan untuk papanya.

Bila tersenyum memandang Edwin, ia merasa lega ternyata apa yang ia bayangkan semua salah.

Edwin melajukan motornya menuju rumah, namun sebelum sampai ia menyempatkan diri berhenti disebuah toko perhiasan ia membeli sebuah kalung kecil dengan liaontin berbentuk hati yang terbuat dari batu kristal dengan bunga disampingnya.

Setelah mendapatkan kalung indah itu ia segera menuju rumahnya.

Sampai ia di rumah ia segera menemui pak Broto yang sedang duduk diruang keluarga, melihat jagoannya pulang pak Broto merasa kaget bercampur bahagia.

Edwin menyalami dan memeluk papanya, lalu meletakkan makanan buatan Bila, pak Broto memandang kotak itu penuh tanda tanya.

"Pa...udah makan?"

"Belum masih kenyang, kenapa?"

"Ini aku bawain sup ayam spesial" ia membula wadah dan meletakakan makanan tersebut didepan papanya.

"Beli dimana? mbok tolong ambilkan nasi ini Edwin bawain saya sup"

"Ya pak" sahut ART keluarga Edwin, tidak lama kemudian seorang wanita berusia 40thnan keluar membawa sepiring nasi "Eh mas Edwin pulang, mau makan sekalian"

"Makasih mbok, aku udah makan" Edwin mengambil nasi dan menyerahkan pada papa "pa...ini tu masakan calon menatu papa"

"Maksut kamu?"

"Ini masakan gadis yang pernah ngasih kue itu lho pa"

"owh....lha mana gadise, kenalke to ga cuma makananya yang kamu kenalin".

"Belum waktunya, dia masih sekolah" Edwin mengambil kotak kalung yang baru ia beli dan menunjukannya pada papa " pah ini bagus ga?"

"Bagus" papa tak berkomentar banyak, ia lebih memilih mencicipi makanan yang dimasak calon menantunya, wajah pak Broto penuh rasa puas dan kagum menikmati sup buatan Bila " Wau....enak banget masakan pacar kamu, gini ni kalau nyari istri" papa memuji masakan Bila lalu melanjutkan makan

Edwin tersenyum melihat papanya, ia menaruh kbali kalung tersebut, lalu menemani papanya makan.

Setelah pak Broto selesai makan Edwin masuk ke kamarnya, ia mengambil han phonenya dan membuka kotak berisi kalung tadi, ia menciumk kemudian mengambil kertas kecil dan menulis sesuatu.

" Teruntuk Salsabilaila kesayanganku entah berapa ratus kalipun rasanya aku tidak puas untuk mengucapkan kata maafkan, maafkan semua yang sudah melukaimu, anggaplah hadiah kecil ini sebagai tanda permintaan maafku" diakhir memo itu ia menggambar bentuk hati dan ditulis dengan namanya " yang kan slalu menyayangimu"

Sang raja siang telah kembali ke peraduannya diganti dengan anggunnya sang dewi jingga yang anggun dan lembut menebar sinarnya.

Salsabila sedang duduk diteras memperhatikan betapa mempesona sang rembulan, sambil mengingat betapa lucunya wajah Edwin ketika sedang panik, membuatnya tersenyum sendiri.

Edwin juga tengah memikirkan hal yang sama, ia begitu takut akan kemarahan Bila, padahal ia hanya dicuekin saja namun baginya itu merupakan hal yang cukup menakutkan, apalagi jika Bila sampai tahu tentang hubungannya dengn Vita bisa-bisa untuk selamanya ia akan didiemin.

Edwin memandang rembulan yang indah dan baginya nampak wajah lugu Bila yang sedang tersenyum jahil setelah mengerjainya habis,-habisan, namun ia juga ingat akan airmata dan luka hati bila " maaf Bila " ia berkata lirih.

Siang yang terik Bila sedang berjalan menuju halte bus ia pulang sendiri, dua temannya sedang sibuk dengan les mereka, sedang Fani sudah pulang lebih dulu.

Bila mengernyitkan dahinya mata indahnya menatap dengan heran melihat sosok laki-laki macho yang duduk dibangku halte dengan memakai jaket kulit coklat dan jeans hitam dengan kaca mata hitam yang menambah ketampananny, ia mengenal betul siapa pria itu, Bila mendekatinya dengan tersenyum masam.

" Belum balik kuliah kak?"

"Belum, aku masih kangen sama kamu, kita jalan dulu yuk".

"Aku capek..., mau pulang" Bila masih bersikap datar.

"Bila...., kita sudah lama ga ketemu masak kamu ga mau sih aku ajak jalan"

"Ok jangan lama-lama tapi"

"Ya....ga lebih dari jam 4, kamu udah sampai rumah"

Edwin membukakan pintu mobil penumpang, setelah Bila masuk ia mengikutinya dan segera masuk lalu melajukan mobilnya menuju kafe dimana Bila pernah memberi jawaban atas cintanya dengan drama kejahilannya.

Edwin tersenyum memperhatikan Bila mengingat betapa jahilnya seorang gadis lugu yang ia sayangi.

"Ih ketawa sendiri, kenapa?"

"Bil kamu tuh jahil amat ya jadi cewek"

"Maksutnya?"

Belum sempat menjawab pertanyaan Bila Edwin sudah memarkirkan mobilnya dan mengajak Bila keluar menuju kafe tersebut, setelah duduk dan memesan makana mereka berbincang-bincang.

"Bil ingat ga, dulu pas kamu ngerjain aku di sini"

Bila tersenyum mendengar pertanyaan Edwin "terus..."

"Kemarin kamu juga sudah menjahiliku lagi lan, tengil juga kamu ya"

"Salah sendiri kakak bikin aku nangis"

Edwin kembali tersindir dengan ucapan Bila "maaf, tapui lain kali kalau kamu ngerjain aku lagi awas kamu, jngan salahkan aku kalau aku melakukan sesuatu yang ga kamu sukai".

"Seperti.....????" Bila menggoda

"Seperti mencium bibir kamu, inget ya... ini bukan hanya ancaman"

Bila menelan ludah mendengar Bicara Edwin wajahnya memerah seperti tomat, ia jadi salah tingkah.

Percakapan mereka terhenti ketika seorang pelayan datang membawakan pesanannya, setelah meletakan dan mempersilahkan mereka makan ia meninggalkan mereka.

Suasana menjadi hening Bila masih kaget dengan ledekan Edwin, ia memilih diam daripada harus menerima godaan Edwin lagi yang pastinya akan membuat wajahnya memetah kembali.

Next chapter