webnovel

Give bag.2

Salsabila menatap isi dari kotak itu, ternyata sebuah jam tangan, sesaat kemudian Edwin mendekatkan kotak satu lagi, tampak jam tangan digital couple merk R****s berwarna hitam dengan bentuk sama persis hanya ukurannya saja yang berbeda.

" Hampir lupa nih " Edwin mengambil satu kotak kecil lagi dan menyerahkan pada Bila " tadi pas ambil jam ditoko, kata pegawainya lagi ada promo, terus dikasih bonus ini"

" Apa ini kak" Bila membuka kotak itu lagi terlihat sebuah kalung silver dengan desain bunga dibagian tengah kalung " cantik, kak apa ga berlebihan ya kakak ngasih jam mahal kayak gini?"

" Ga papa Bil, lagian itu aku beli dari uang tabunganku, bukan aku minta papa kok" Edwin menerangkan.

Bila sedikit tahu tentang jam itu, sebenarnya ia juga ingin membelikan sebuah jam tangan untuk Edwin tapi uang yang ia kumpulkan tidak cukup, harga jam merk tersebut sekita lebih dari Rp. 500.000 rupiah, baginya sulit mengumpulkan uang sebanyak itu setelah dua bulan berjuang saja ia hanya mampu mengumpulkan uang sebesar Rp. 600.00 bagi Bila sejumlah uang tersebut terbilang besar, apalagi jam yang Edwin berikan harganya pasti hampir dua juta, menerima hadiah itu membuat Salsabila sungkan, Edwin memakai jam itu lalu mengambil jam Bila dan memasangkannya ditangan Bila.

" Kak ini beneran ga papa, ini kan jam mahal"

" Bila.....ga papa, siniin tangan kamu" Edwin meraih tangan Salsabila dan mensejajarkan dengan tangannya " aku foto ya" lalu dengan kameranya Edwin memotret tangan mereka dan menunjukakannya pada bila " kelihatan bagus ya Bil, nanti aku kirim ke kamu"

Bila hanya tersenyum, namun jauh dilubuk hatinya ia merasa sangat tidak enak.

" Bil kamu ga pengen ngasih tanda tangan kamu buat aku, nih bajuku hampir penuh tanda tangan temen lho, buat kamu aku sisain tempat sendiri" Edwin mendunjukan seragamnya yang sudah penuh coretan, namun masih tersedia ruang kosong tepat didada sebelah kanan, disana telah tergambar sebentuk hati " nih tepat di sini khusus buat kamu, tanda tangan gih" Edwin menyodorkan permanent marker pada Bila.

Dengan malu Bila menorehkan tanda tangannya dan diberi tanda mengedipkan satu mata, mereka tampak bahagia seakan dunia milik ber dua (yang lain ngontak.....)

" Bila dua minggu lagi kamu ulang tahun kan?" EDwin bertanya dengan serius.

" Iya kak" jawabnya singkat.

" Kamu ga lupa kan?" edwin mencoba mengingatkan sesuatu " kalau kamu lupa aku ga keberatan kok ngingetin kamu".

" Kak Edwin..., masih lama kok" Bila terusik.

" Iya aku tahu, aku kan cuma ngingetin, tapi kalau misalnya kamu udah ga tahan, dan mau disegerakan, aku ga nolak, yah walaupun harus ngumpet-ngumpet dulu aku rela kok, beneran kan cuma dua minggu" Edwin menggoda

"Kak Edwin mah...., udah ya kak aku ada janji sama Fani" Bila mencari cara lari dari jebakan Edwin.

" Ah....Bila, selalu deh menghindar kalau lagi romantis-romantisnya, payah" Edwin meledek namun Bila tak menghiraukannya " Ya udah dua minggu lagi, kalau tiba saatnya, aku ga akan lepasin kamu lho"

" Iya kakak...udah ya Bila pergi dulu, kakak lanjutkan lagi sana sam temen-temen kakak, selamat siang" Bila meninggalkan Edwin dengan hati berbunga-bunga.

Tanpa sengaja Khafiz melihat kejadian itu hatinya dipenuhi dengan rasa cemburu, setelah Bila pergi ia segera berlari mendekati Edwin.

" Kak....lo sama Bila belum jadian kan?'

" Secara resmi belum, tapi gua yakin kalaupun lo nyataiin cinta lo didepan seluruh dunia dia tetep bakal milih gua" nana bicara Edwin seolah mengolok Khafiz.

" Seyakin itu lo kak, lo ingat ya kak gua belum nyerah sampai waktu itu tiba, dan gua yakin bukan cuma gua yang ga suka lihat lo sama Bila" Khafiz mengancam Edwin.

Mendengar ucapan Khafiz Edwin mendekatinya dan dengan dingin ia balik mengancam Khafiz " ingat diawal perjanjian kita, kita udah sepakat bersaing secara fair ga boleh ada kecurangan, kalaupun selama ini gua berada didepan lo untuk dapetin Bila, itu murni karena gua cuma deketin dia, gua ga pernah sekalipun ngejelekin nama lo didepan Bila, awas aja lo kalau lo berbuat curang". Edwin kemudian meninggalkan Khafiz setelah memperingatkannya dengan keras.

Khafiz tak gentar mendengar ancaman itu, hatinya telah mantap sebelum mereka berdua resmi jadi sepasang kekasih, dia akan tetap berusaha menjadi penghalang diantara keduanya, bahkan jikapun mereka sudah menjadi kekasih tak menutup kemungkinan untuknya memisahkan selama janur kuning belum melengkung di depan rumah Salsabila baginya ia masih punya kesempatan merebut hati Salsabila.

Keesokan hari merupakan hari libur kenaikan kelas selama 3 minggu Salsabila bebas dari pelajaran, ia menggunakan masa liburnya untuk pergi mengunjungi nenek, bermain dengan teman-temannya, membantu ibu dan belajar masak, tak jarang juga ia menemani ayah ke pasar, ketika salah seorang ibu-ibu bertubuh gempal dengan dangan baju syar'i berbelanja, ternyata ia adalah pelanggan ayah, melihat Bila yang cantik dan cekatan dalam melayani pembeli keluar kalimat candaan darinya

" Pak....anaknya dah gede, jodohin aja yuk siapa tahu memang mereka berjodoh"

Mendengar ucapan ibu itu Bila merasa kesal dan membalas " maaf bu dhe, biar gini-gini bila udah punya cowok, jadi bu dhe ga perlu repot nyariin"

Ayah yang mendengar ucapan bila hanya tersenyum " Masih kecil bu anak saya, baru mau masuk kelas XI, nanti kalau memang sudah siap menikah dan belum menemukan jodoh bisa kita lanjutkan , sekarang belanja saja yang banyak" ayah berinisiatif mengalihkan topik.

" hahahaha..." tawa ibu itu menggelegar

Bila memanyunkan bibirnya karena kesal, tapi tetap melanjutkan pekerjaannya.

Malam yang cerah bulan bersinar terang, tampak Bila sedang sibuk di dapur bersama ibunya, ia sedang menyiapkan makan malam, ia hendak memasak sayur lodeh, ayam kecap, tempe goreng dan sambal terasi, bau harum makanan tercium di seluruh ruangan.

" Bil nak Edwin sudah lama ga main ke sini ya, ibu kangen lho lihat wajah gantengnya" ibu membuka percakapan.

" Ih ibuk genit....." Bila mengejek ibunya " mungkin lagi sibuk UNPTN buk, makanya ga sempat main ke sini"

" Oh iya lupa ibuk, beberapa hari yang lalu, waktu kamu nginep dirumah eyang ada temenmu dateng, namanya siapa ya ibu lupa, anaknya ganteng kaya artis korea sopo itu" ibu berpikir nama teman bila.

" Khafiz buk, iya dia teman sekelas Bila buk" mendengar nama Khafiz disebut membuat moodnya agak buruk.

Jam menunjukan pukul 18.30 makanan yang Bila masak sudah siap dihidangkan dan semua anggota keluarga telah berkumpul bersiap untuk makan malam, tiba-tiba dari luar terdengar suara ketukan pintu dan ucapan salam, Salsabila paham benar suara siapa itu ia segera bangkit dan berlari.

" Biar Bila yang bukain buk " sambil berlari menuju ruang tamu.

Bila membuka pintu dan menjawab salam " Wa'alaikumsallam, silahkan masuk kak Edwin" Bila melihat Edwin membawa sebuah kotak, ia berkata dalam hati " bawa apa lagi nih orang" ia hanya mempersilahkan Edwin untuk duduk tanpa mengerti apa yang Edwin bawa dan dengan tujuan apa.

Next chapter