2 Hari Sial

BYURR!!!!

"Apa-apaan sih kamu Marianne? Apa salah aku? Kenapa kamu nyiram juice ke aku?" tanya Tasya tidak terima atas apa yang Marianne lakukan.

Apa yang Marianne lakukan kali ini mengundang perhatian dari teman-teman sekelas Tasya. Mereka yang awalnya sibuk sendiri dengan kegiatan mereka tiba-tiba berhenti dan memalingkan pandangan mereka untuk melihat kearah Marianne dan Tasya. Dan Tasya hanya bisa menghela nafasnya pasrah, entah mimpi apa ia semalam hingga hari ini harinya benar-benar diisi dengan beberapa masalah. Padahal selama ini Tasya selalu menghindari hal-hal yang bisa menyebabkan masalah untuk hidupnya dan nenek.

"Lo tanya salah lo apa? Lo bilang apa ke pak Rendi HAH?!!" teriak Marianne didepan Tasya.

"Aku enggak bilang apa-apa ke pak Rendi Anne" ujar Tasya lirih, ia sengaja tidak membalas ucapan Marianne dengan suara yang sama karena itu bisa membuat masalah baru nanti.

"BOHONG!!!" teriak Marianne kemudian mendorong Tasya hingga membuat Tasya jatuh dari tempat duduknya.

"Auhh" Tasya hanya bisa meringis, menahan rasa sakit di pantatnya karena harus jatuh dan menatap kerasnya lantai kelas.

Teman-teman sekelas Tasya tidak ada yang mau membantu Tasya ataupun melerai pertengkaran mereka berdua, justru mereka malah menganggap kalau ini adalah sebuah tontonan gratis yang wajib mereka saksikan.

"Gak mungkin pak Rendi marah saat ketemu gue tadi didepan!! Lo ngomong apa HAH sama dia!!" bentak Marianne dengan suara yang amat sangat melengking itu, hingga membuat Tasya sedikit meringis karena suara Marianne benar-benar membuat telinganya tidak nyaman.

"Sumpah Anne!! Ake enggak ngadu apa-apa ke pak Rendi" bela Tasya menatap Marianne.

"HA HA HA.... Orang kaya lo main sumpah-sumpahan segala!!" tawa Marianne mengejek apa yang Atasya katakan tadi.

"Gak sadar diri banget si lo!!! Orang miskin kaya lo itu gak pantes ngomong kaya gitu! Lo dirumah gak ada kaca ya!!!!" bentak Marianne pada Tasya.

Karena tidak mau berdebat Tasya hanya bisa menghela nafasnya pelan, sangat sulit menghadapi orang-orang yang mempunyai kepribadian seperti Marianne ini.

"Kenapa lo diem!! Jawab gue tolol!" Marianne benar-bentar tidak ada puasnya untuk memarahi Tasya.

Sekali lagi Tasya harus menghela nafasnya pasrah sembari menutup kedua matanya, ia memutuskan untuk mengiyakan semua perkataan Marianne saja agar semua masalah ini cepat selesai. Karena pikir Tasya jika ia mengatakan hal yang sebenarnya percuma, Marianne tidak akan percaya kepadanya dan itu hanya menghabis-habiskan waktunya saja. Jadi lebih baik jika ia mengiyakan perkataan Tasya dan paling-paling ia harus menerima beberapa perlakuan yang tidak menyenangkan lagi.

"Maaf Anne" lirih Tasya.

Mendengar hal itu membuat Marianne semakin murka, karena ternyata apa yang ia ucapkan itu benar dan sedari tadi Tasya hanya berusaha mengelak saja.

"CIUM!!!" perintah Marianne menjulurkan kakinya agar dicium oleh Tasya.

"Apa?" Tasya benar-benar syok dengan perkataan Marianne, ia tidak menyangka jika Marianne bisa melakukan hal ini kepadanya. Ia menoleh kearah teman-temannya berharap kalau ada salah satu diantara mereka yang akan membantunya atau setidaknya meminta agar Marianne menyuruhnya untuk melakukan hal lain.

Tapi sayangnya Tasya bukanlah siapa-siapa dikelas mereka, bahkan mungkin keberadaannya tidak dianggap. Oleh sebab itu teman-teman sekelasnya tidak ada yang mau membantunya, tapi mereka juga tidak mendukung perbuatan Marianne. Karena bagi mereka itu hanya akan merugikan diri mereka sendiri jika hal ini bisa sampai ketahuan oleh guru, bagaimanapun sekolah mereka adalah sekolah yang sangat taat dengan peraturan. Jadi mereka hanya menonton saja tanpa melakukan apapun.

"Cepet!!!! Atau lo mau hidup lo sengsara!!" ancam Marianne kepadanya.

Mau tidak mau Tasya melakukan seperti yang Marianne katakan, ia mencium sepatu Marianne. Tapi saat mencium sepatu Marianne, tiba-tiba saja Marianne mengayunkan kakinya hingga menendang wajah Tasya dan membuat Tasya jatuh terjengkang kebelakang.

"Makanya jangan macem-macem lo sama gue!! Rasain sendiri kan akibatnya!" Marianne berjalan menuju tempat duduknya dengan senyum yang mengembang karena sudah puas dengan apa yang ia lakukan kali ini. Ia benar-benar tidak akan memaafkan orang yang sudah berbuat macam-macam kepadanya.

Sementara Tasya meringis merasakan luka yang ada dibibirnya akibat tendangan dari Marianne tadi. Ia pun segera bergegas bangkit berdiri dan berjalan ke tempat duduknya.

"Auhhh" ringis Tasya saat mencoba memegang lukanya, ia melihat diponselnya seberapaparah luka akibat ulah Marianne.

"Untung enggak besar lukanya" ucap Tasya bersyukur dalam hati. Karena jika luka itu besar ia tidak tahu bagaimana cara menjawab jika nanti sang nenek bertanya kepadanya.

Tak lama kemudian, seorang guru pun masuk kedalam kelas mereka dan memulai pelajaran hari itu. Mereka mendengarkan penjelasan guru itu dengan seksama. Karena mereka saat ini sudah dikelas XII makanya mereka sangat serius mendengarkan penjelasan dari guru itu. Ditambah kelas mereka adalah kelas unggulan yang ada disekolah, dan untuk peringkat terbaik dikelas itu nantinya akan mendapatkan beasiswa untuk berkuliah disalah satu universitas swasta yang terkenal sangat bagus akan pendidikannya dan tentunya hanya kalangan perekonomian atas saja yang bisa masuk kesana karena memang biaya pendidikan diuniversitas itu sangatlah mahal selaras dengan fasilitas dan kualitas pendidikan yang ada disana.

Hingga tak lama kemudian bel istirahat pun berbunyi, sang guru mengakhiri pelajarannya dan tentunya diakhiri dengan beberapa tugas yang harus mereka kumpulkan dalam beberapa hari kedepan. Setelah sang guru keluar dari kelas, para siswa pun ikut keluar untuk pergi makan siang dikantin. Tetapi hal kitu tidak dilakukan oleh Tasya, karena setiap hari Tasya selalu membawa bekal makanan. Ia tidak mau membuang uangnya percuma untuk membeli makanan yang bisa dibilang cukup mahal untuknya, jadi ia lebih memilih untuk membawanya dari rumah karena selain bisa sedikit menghemat itu juga terjamin kebersihannya.

"Acaaaa!!!" seru Vallerie masuk kedalam kelas Tasya sembari menenteng beberapa makanan yang ada dikedua tangannya.

Mendengar ada yang memanggilnya, Tasya pun menoleh dan tersenyum saat tahu kalau Vallerie lah yang berjalan mendekat kearahnya.

"Lo bawa bekal apa hari ini?" tanya Vallerie langsung mengambil kursi untuk duduk disamping Tasya.

"Aku bawa ubi bakar nih Val, kamu mau?" Tasya menunjukkan bekal yang ia bawa dan menawarkannya pada Vallerie.

"Wahh!!! Enak tuh kayanya, mau dong!!" Vallerie sangat bersemangat dengan bekal Tasya kali ini, ya walaupun hari-hari sebelumnya ia selalu semangat untuk memakan bekal Tasya sih. Entah mengapa Vallerie lebih suka memakan bekal yang dibawa oleh Tasya daripada jajanan kantin ataupun bekal yang ia bawa.

Pelangi tersenyum melihat kelakuan satu-satunya sahabat yang ia miliki disekolah ini, selalu seperti ini sejak mereka berada dibangku kelas X. Awalnya memang mereka berada dikelas yang sama, namun karena Tasya yang mempunyai kepintaran jauh dibanding Vallerie makanya dikelas XI dan XII mereka berbeda kelas, tapi hal itu tidak mempengaruhi pertemanan mereka.

Jika dilihat-lihat Tasya sangat beruntung mempunyai teman seperti Vallerie. Seorang gadis yang berasal dari keluarga yang bisa dibilang mampu mau berteman dengannya yang jelas-jelas berbeda dari tingkat sosial maupun fisiknya, Vallerie adalah gadis yang ceria, mudah bergaul dan pastinya juga cantik. Tidak seperti dirinya yang selalu terlihat cupu dengan kepang 2 rabutnya serta kaca mata besarnya itu. Tapi Vallerie tetap mau berteman dengannya bahkan tidak pernah membeda-bedakannya dengan teman yang lain, untuk itu Tasya sangat bersyukur mempunyai Vallerie disekolah ini.

Tanpa menunggu 2 kali Vallerie langsung mengambil kotak makan Tasya dan memberikan kotak makannya sendiri kepada Tasya.

"Val" panggil Tasya merasa tidak enak menerima bekal makanan Vallerie. Karena saat membuka bekal itu Tasya tidak familiar dengan makanan yang ada didalamnya dan ia juga berpikir pasti ini adalah bekal yang hanya bisa dimakan oleh orang-orang dari keluarga mampu saja. Makanya Tasya merasa sungkan untuk memakan bekal itu.

Vallerie yang sedang asyik memakan ubi bakar itu menoleh kepada Tasya tapi tanpa mengucapkan sepatah katapun karena didalam mulutnya masih penuh dengan ubi.

"Aku gak bisa makan bekal kamu" ucap Tasya tiba-tiba.

"Kewwnaapaa??" tanya Vallerie dengan mulut yang masih penuh dengan makanan itu. Tanpa menunggu jawaban dari Tasya, Vallerie tahu apa arti dari tatapan Tasya. Hal ini memang sering terjadi jika Vallerie membawa makanan yang tidak familiar bagi Tasya.

"Itu namanya sushi Ca, udah gak papa makan aja" ucap Vallerie sembari tersenyum.

"Enggak ah, nanti kaya waktu itu" tolak Tasya halus, mengingat saat terakhir kali ia memakan bekal Vallerie yang aneh ia harus berakhir dengan muntah-muntah setelahnya.

"Enggak Sya, gue jamin kali ini lo suka deh!" Vallerie meyakinkan Tasya agar mau memakan bekal makanannya itu.

"Tapi terserah lo si kalau gak mau makan bekal gue juga gak apa-apa, paling nanti dirumah gue dimarahin sama mama" Vallerie mengeluarkan jurus andalannya agar Tasya mau memakan bekal makanannya itu.

"Huftt!!! Iya deh" Tasya hanya bisa menghela nafasnya kasar karena lagi-lagi ia tidak bisa menolak ucapan Vallerie. Pelangi pun mulai memakan bekal milik Vallerie. Dan ternyata apa yang dikatakan oleh Vallerie benar, walaupun makanan ini tidak familiar tapi nyatanya cocok dilidahnya.

Melihat raut wajah sahabatnya ini membuat Vallerie tersenyum.

"Gimana?? Enak kan?" tanya Vallerie.

"Iya enak" ujar Tasya dengan senyum yang mengembang diwajahnya.

Entah mengapa.....

avataravatar
Next chapter