webnovel

Chapter 0 - Self

Angin berhembus lembut di bawah pohon sakura yang mekar berjatuhan.

"Apakah ini mimpi?"

'Terasa sangat nyata...'

"Takahara Hairi..."

Seorang suara gadis kecil memanggilku, kutelusuri ia berdiri di samping pohon sakura tersenyum kearah ku.

"A-..."

'aku tidak bisa mengeluarkan suaraku.'

"Hairi, Ini semua adalah salahmu! Andai kamu tidak memilih pilihan tersebut, hidup mu takkan penuh dengan sengsara!"

Gadis itu masih tersenyum walau mengutarakan perkataan yang bernada marah.

'apa... Salahku?'

Sial suaraku tidak bisa keluar, aku ingin sekali membalas ucapannya dan bertanya apa salahku tapi tenggorokan serasa di kunci dan pita suara seakan di ambil, aku hanya bisa memperhatikan gadis itu dari kejauhan saja.

"Hairi, Menyerahlah..."

Seketika angin kencang menerbangkan dedaunan sakura yang langsung menyapu pandangan ku, semuanya berubah buram.

Gadis itu tiba-tiba berada di hadapan ku, namun pandangan ku seolah seperti TV yang rusak bergaris. Aku tidak bisa melihat wajahnya walau dia sedekat ini denganku.

"Matilah... Kau hanyalah Aib!"

Tiba-tiba dia mencekikku dan pandangan ku berubah gelap. Dan dalam kegelapan muncul suara ayam berkokok.

"Ghh... Arghh..."

'ternyata itu alarmku!'

"...Mimpi yang sama lagi "

/07.30 AM/

Aku memandangi sebentar jam kotak di samping meja tidurku. Pukul setengah delapan pagi, aku harus bersiap dan segera berangkat kerja. Tak mau ketinggalan kereta tentunya.

> Memories of >>>> Vol 1 Amenthys

Aku, Takahara Hairi Seorang maniak pekerja berusia 40 tahun yang hidup hanya sesuai julukanku 'maniak' pekerjaan.

Tinggal di prefektur Tokyo, bekerja sebagai seorang Data Analyst di sebuah perusahaan Teknologi.

Pasangan? Pacar? Itu adalah hal yang kusesali dalam hidup ini karena aku tidak memiliki nya satu pun.

Tapi wise man pernah bilang jika kau tidak bekerja kau tidak akan hidup, karena uang hanya diperoleh dengan kata ' kerja ' jadi tanpa pasangan hidup menurut ku itu tidak masalah. Awalnya aku berpikir seperti itu...

Hari ini seperti biasa, Kereta cepat ini penuh dengan orang yang sama seperti ku berangkat kerja, tapi ada juga anak sekolah dan kuliahan.

"Hahhh, aku merindukan jaman itu... Aku seharusnya membuat teman supaya tidak kesepian."

/Sebentar lagi, Stasiun Tokyo 02/

"Ohh waktunya aku turun, uhmm permisi... Permisi..."

/Jeglek/

'pintu kereta terbuka'

"Fiuh akhrinya sampai. Oke..."

/Terimakasih dan harap Hati-Hati/

Aku melihat kereta yang kutumpangi itu pergi.

"Hairi... Bunuh dirimu!"

"Eghh?"

Tiba-tiba suara seorang gadis memasuki kepalaku dan tak lama wujudnya terlihat di seberang stasiun. Gadis yang sama di dalam mimpi.

'Dia tersenyum kepadaku'

Seperti seolah tersihir oleh wajahnya, aku berjalan menuju ke rel kereta.

"Hum?... Hey berbahaya apa yang kau lakukan!"

'aku tersadar'

Seorang petugas memaharahiku karena tidak segera pergi dari tempat itu dan juga melewati pembatas jalur.

"Ma-maafkan saya pak!"

"Haduh apa kau ingin bunuh diri huh? cepat pergi nanti kamu terlambat bekerja!" Ucap petugas itu yang kemudian berjalan kembali ke posnya.

'Bunuh diri... Itu kedengaran nya...'

"Gadis itu sudah hilang, sial apa aku gila?"

/07.55 AM/

Ugh aku bisa benar-benar terlambat, aku harus bergegas.

Namun dalam perjalanan ke kantor aku masih selalu memikirkan hal yang sama, gadis itu, seakan ini sudah menjadi rutinitas wajibku hampir 10 tahun lamanya. Yup Gadis dalam mimpi jika tidak salah ingat dia hadir dalam mimpiku sejak 10 tahun yang lalu, bertepatan juga dengan aku memutus hubungan dengan keluarga ku sendiri.

Hah sangat menyedihkan sekali hidupku ini, keluarga ku bukan keluarga yang baik bisa dibilang? Ayahku atau yang harus ku panggil bajingan judi dan pemabuk? Atau ibu tiriku yang harus ku panggil nenek lampir karena kekasarannya? Entahlah hidup tanpa mereka lebih baik dari yang kuduga tapi ada sesuatu yang hilang.

Kembali ke gadis itu, dan sebenarnya aku sudah memiliki julukan untuknya, dia adalah Amenthys.

Seorang gadis kecil yang bisa dibilang berumur sekitaran 12-14 tahun atau setara dengan anak SMP. Berwajah cantik dengan rambut hitam yang dikucir kuda. Matanya yang juga berwarna hitam membuat aura Amenthys menjadi mengerikan dan terkadang senyuman nya juga.

"Aku mengingat berkali-kali kalau aku tidak memiliki adik perempuan maupun teman perempuan yang dibawah ku."

Yah untuk Sekarang lebih baik aku fokus kerja terlebih dahulu, pekerjaan ini takkan selesai dengan sendirinya.

> Memories of >>>> Vol 1 Amenthys

Lampu gemerlap kota Tokyo menghiasi jalanan malam ini, para pekerja yang juga baru pulang maupun ada yang sedang berpergian menghiasi suasana malam ini.

"Ughh lelah... Meeting hari ini tidak berjalan bagus."

Aku berjalan dengan kepalaku yang sakit tidak karuan karena pekerjaan hari ini.

'hey sayang malam ini ayo kerumahku'

'Mama, papa! Ayo ke restoran itu lagi'

'hahaha kau anak yang hebat'

"Ughh situasi ini! Menyebalkan..."

Sejauh mata dan telinga ku menangkap, semua orang disini yang kulewati seakan tak memiliki kesedihan. Mereka selalu tersenyum bahagia.

Berbeda denganku.

Terlahir dengan keluarga seperti itu, ugh aku juga tidak tahu sifat ibuku seperti apa? Dan dimana dia? Hah...

'Hairi melihat ke atas langit'

"Kenapa engkau tak memberikan ku satu kebahagiaan saja untukku Lord. Satu saja kehangatan dan kebahagiaan yang tak pernah kurasakan seumur hidupku"

Rasanya ingin sekali untuk mengakhiri kehidupan yang pahit ini.

"Yaa karena kau adalah Aib, tak akan ada yang memberimu kehangatan."

"Ughh... A-Amenthys..."

Gadis itu muncul di seberang jalan, dengan senyuman nya yang sudah 10 tahun menghantui ku.

"Aku bisa membebaskan mu... Dari penderitaan yang tiada henti ini... Hairi."

Seketika kepala ku berdengung, pandangan ku di sekitar berubah. Orang-orang yang semula berada di jalanan menghilang bahkan tempat ini berubah menjadi sebuah taman. Taman Hijau yang di samping Amenthys berdiri sebuah pohon sakura besar, yang daunnya sudah berguguran.

"Tidak... Kau tidak nyata."

Aku mencoba ingin membalas perkataannya namun seakan aku hanyalah orang bisu yang tak bisa berkata apa-apa.

"Aku nyata Hairi, aku ada di hadapanmu. Datanglah..."

Amenthys membuka lebar kedua tangannya seolah ingin memeluk ku dengan erat.

"U-ughh..."

Tubuhku bergerak sendiri berjalan pelan mendekati Amenthys. Mataku hanya berfokus pada wajah Amenthys, bahkan aku tidak bisa menggerakkan leherku sama sekali.

"Hehehe. Hairi... Kemarilah, aku akan mengobati luka-luka mu dan membiarkanmu..."

Sekarang aku tiba di hadapan nya, wajahnya yang putih agak gelap tertutup bayangan dedaunan pohon di atas.

Ia memelukku dengan erat.

"Lihatlah aku nyata, dan... Kau tidak sendirian Hairi. Aku akan selalu bersamamu Hairi dan Amenthys hehehe..."

'Perasaan apa ini'

"Dan MATILAH HAIRI! BUNUH DIRIMU SENDIRI!"

/Bruak/

"Huh..."

Kesadaranku pulih kembali, namun hal yang pertama ku dengar adalah teriakan orang di sekitar ku. Namun itu tak bertahan lama, Kegelapan yang tiba-tiba muncul menelan kembali kesadaranku, selamanya.

/News/

Kejadian Tabrak Lari! Seorang pria yang baru pulang bekerja di tabrak lari oleh Van Hitam yang saat ini masih dalam pengejaran Polisi. Kejadian ini terjadi di Tokyo di jalan ××××

"Halo pak! Uhm iya aku Dokter Psikiater Matsumoto.... Ehm iya, iya itu benar..."

"A-apa? Tidak mungkin!"

/Phone Close/

"Takahara Hairi... Pria yang malang, sayang sekali aku tidak bisa menyelamatkannya."

"Hahhh, harusnya aku menyuruh nya untuk datang kesini hari ini mungkin kejadian ini tak akan terjadi..."

>Takahara Hairi>>>> 5 Tahun lalu, Psikiater

"Hmmm ini agak sulit, belum pernah saya mendengar kasus seperti ini... Dan lagi... Hmmm." Psikiater itu terus memperhatikan sekujur tubuh Hairi dari bawah kaki hingga ujung kepala rambut.

"Hmmm, bahkan penampilan juga tidak. Ini Sulit." Sambungan nya.

"Lalu bagaimana dengan diagnosis nya dok?" Hairi bertanya.

Psikiater itu terus bolak-balik memperhatikan kertas yang ia pegang dan wajah Hairi.

"Semua Milikmu tidak ada yang menunjukkan gejala Abnormal malahan itu sangat normal. Tapi mimpimu seakan menggambarkan Trauma, Mental disorder, dan Esensial Bunuh diri. Tapi itu tidak dilakukan oleh otakmu berdasarkan grafik ini. Hmm..."

"...." Hairi terdiam, ia juga tidak mengerti apa yang di maksud dokternya itu.

"Untuk sekarang lebih baik kamu kurangi dulu pekerjaan beratmu dan juga berhenti memikirkan hal yang tidak penting atau hal yang berdampak pada moodmu. Dan tak ada gangguan untukmu memulai tidur jadi itu juga bisa di jadikan istirahat." Imbuh dokternya.

"Baiklah Dokter terimakasih..."

"Yah untuk sekarang itu saja, saya akan terus memantau keadaanmu. Datang lagi kesini sesuai jadwal ya... Hati-hati."

Hairi kemudian pergi dari tempat itu.

"Hahh... Ini aneh... kenapa memiliki gejala yang ambigu!"

Dokter itu kemudian berdiri mengambil secangkir kopi panas dan menyeruput nya, sembari melihat sebuah buku dongeng kuno. Berjudul Dies irae Amenthys voir.

"Kisah pemuda ini mirip sekali, dengan Eryk Swzekiel."

/End/

Yo guys penulis pemula di sini, siap menerima saran dan kritiknya kawan kawan

Nantikan chapter 2

ttd

Memories Off

ReyVenSkiecreators' thoughts
Next chapter