webnovel

11. PENANTIAN

Di kamarnya yang rapi Andre menghembuskan nafas panjang.

"Fiuhh..."

Jantungnya belum bisa berhenti derdegup cepat. Berterimakasih pada sikap introvert yang dia bangun, jika tidak dia tidak mungkin bisa berbicara setenang itu barusan.

Bukan dia tidak paham dengan sikap Clara, hanya saja pada dasarnya dia adalah seorang yang mudah gugup jika berurusan dengan yang namanya 'cinta'.

"Hah selanjutnya."

Dia kembali melihat hpnya lalu menelpon Robert.

"Halo."

"Halo bert."

"Eh, kamu ndre. Sorry barusan ga sempet liat nama langsung aku angkat, kirain Kuin."

"Haha, gapapa."

"Bert, besok billiard yuk. Refreshing dikit sebelum masuk minggu tenang," sambungnya.

"Boleh, udah lama juga."

"Sip.. tapi aku ke Clara bilangnya kamu yang ajak ya."

"Hahaha... Itu toh. Dasar, ok lah. Santai aja."

"Eh?"

"Haha, udah tenang aja, aku ngerti kok."

"Hehe. Thanks ya bro."

"Ok, besok sore ya."

"Sip."

Andre mematikan panggilan, tidak mau menggangggu terlalu lama karena tau Robert sedang menunggu telpon dari kekasihnya.

"Ok beres," katanya senang.

Bosan tidak ada yang dikerjakan, Andre mengambil gitar dan memainkannya. Melodi yang sama yang didengarkan oleh Clara saat Nando merayunya.

***

Sabtu hari ini sekolah berlalu dengan cepat, tidak ada hal spesial yang terjadi di sekolah.

Sepulang sekolah Clara dan Kuin berjalan menuju kelas Ana, rencananya mereka juga akan mengajak Ana pergi dengan mereka nanti sore.

Sampai di kelas Ana, kelas sudah sepi.

"Hah? Ini pada kemana anak kelas X ya?"

"Ga tau Clar, tumben banget."

Clara melihat seorang teman sekelas Ana sedang berjalan ke arah lapangan SMP. Melihat itu dia coba bertanya pada teman Ana.

"Hei."

"Oh, iya kak," jawab anak itu agak terkejut.

"Kamu liat Ana?"

"Oh itu dibawah kak di lapangan SMP," jawab anak itu.

"Hah? Ngapain?" tanya Kuin.

"Oh.. itu. Ana lagi ditembak kak Simon."

"Eh!"

Mereka berdua terkejut dan langsung berjalan kebawah, tak lupa berterimakasih kepada anak yang memberi mereka informasi tadi.

Sesampainya di lapangan SMP, lapangan sudah ramai. Banyak anak-anak SMA yang bergerombol di sana. Clara dan Kuin langsung masuk ke gerombolan melihat apa yang terjadi.

"Ana, sebenernya aku udah lama suka sama kamu."

"Eh? Tapi kan.."

"Iya, kak simon tau kita baru aja kenal beberapa bulan. Tapi kak Simon serius pengen lebih deket sama kamu."

"Ehmm.. gimana ya."

Ana seperti berpikir dengan keras. Anak-anak lain bersorak sorai meneriakan 'terima.. terima'. Clara dan Kuin yang melihat ini hanya geleng-geleng dan tersenyum senang.

Mereka cukup mengenal Simon. Simon adalah wakil ketua OSIS. Meskipun masih kelas XI, dirinya cukup terkenal dikalangan siswi kelas XII. Bahkan tidak sedikit siswi kelas XII yang menyukai Simon.

Selain karena wajahnya yang tampan, jago olahraga dan cukup pandai, Simon juga dikenal sebagai siswa yang sangat bertanggung jawab.

Cukup lama Ana berpikir, akhirnya dia mengambil keputusan.

"Ehm kak," ekspresi Ana tidak bisa ditebak.

"Iya?" jawab Simon takut-takut.

Ana menghela nafasnya, membuat semua orang yang ada disana jadi terdiam.

Ini Simon yang nembak kenapa jantungku jadi ikutan berdebar, begitulah kira-kira yang ada dipikiran para penonton saat ini.

"Maaf kak."

Simon langung tampak kecewa, namun dia mencoba tetap tegar.

"Iya gapapa, makasih ya udah mau jujur."

"Eh?" tanya Ana bingung.

"Kamu nolak aku kan?" kata Simon bingung yang diamini oleh setiap siswa yang menonton.

"Hah? Siapa bilang?"

"Itu tadi bilang maaf," katanya bingung.

"Oh.. hehe kak Simon motong sih."

"Ana mau bilang, maaf Ana ga pernah pacaran sebelumnya. Jadi maaf kalo nanti Ana jadi pacar yang kurang baik," lanjutnya.

Mendengar jawaban polos Ana ini, semua terdiam.

"Ya ampun," kata Clara dan Kuin bersamaan melihat kelakuan adiknya tersayang ini.

"Eh? Jadi aku diterima nih," Simon memecah keheningan.

"Iya, kenapa juga Ana nolak."

"Yes!!!"

Simon tak bisa menahan kesenangannya. Dia mengangguk cepat dan berlari mengelilingi lapangan.

"Eh?" Ana bingung.

"Hahaha, santai Na, tadi sebelum kamu kesini dia janji kalo kamu terima dia, dia mau lari keliling lapangan 20kali."

"Ehh..."

Clara dan Kuin hanya tertawa melihat kelakuan mereka. Tidak ingin mengganggu lebih lama, mereka pergi dari sana.

"Kayanya kita berempat aja deh nanti," kata Clara sambil berjalan pergi.

"Iya nih. Haha"

Merekapun pergi meninggalkan lapangan dan menuju parkiran motor. Robert dan Andre sudah ada disana.

"Aku pulang sama Clara ya ay. Kasian dia pulang sendirian."

"Oh Ana nerima Simon ya?" tebak Robert.

Mereka berdua mengangguk.

"Ya gapapa, kalo gitu kita ketemu nanti ya jam 5. Nanti naik motor aja, lagi males bawa mobil," lanjut Robert.

"Ok."

"Oh, ya udah berati jam 5 nanti dirumah Kuin kan ya?" Andre bertanya.

"Iyes." jawab Clara.

"Ok deh kalo gitu aku duluan ya. Sampai nanti," kata Andre pamit.

"Aku juga deh, mau tidur dulu," Robert mengikuti.

"Ok. Kita juga mau langsung pulang kok"

Akhirnya mereka mengambil motor dan pulang ke tujuan masing-masing. Seperti biasa tentunya Clara akan langsung ke rumah Kuin.

***

Dirumah Kuin, Clara langsung disambut oleh tante yang sedang asik menonton tv diruang keluarga.

"Clara, lama ga kesini kemana aja?"

"Dia kan punya adek sekarang ma," Kuin yang menjawab.

"Eh? Mama kamu hamil? Mulai kapan? Kok tante ga dikabarin?"

"Haha nggak tante. Itu Clara minta papa sama mama buat adopsi temen Clara, Ana."

"Eh? Oh, Ana yang kamu cerita itu Kuin anak kelas X."

"Iya ma."

"Oh.."

Tante berpikir ini bukan topik yang baik untuk dibicarakan, jadi tante mencoba mengalikan.

"Makan yuk. Kebetulan tante masak semur hari ini."

"Ma? Ini ada anak mama lo disini. Kok yang diajak Clara aja."

"Hehe. Kamu kan lagi diet."

"Eh? Mama!" jawab Kuin Cemberut.

"Haha.. tukan Clar."

"Iya tante. hahaha." Clara tertawa mengerti maksud tante.

Kuin memang selalu kesal jika seseorang menceritakan program diet dirinya.

"Ya udah yuk makan. Ayo Kuin juga, ga usah diet dulu ya."

"Gak laper!" jawab Kuin kesal.

"Ih dia ngambek te, yuk sama Clara aja."

"Haha iya nih, yuk."

Jadilah mereka pergi berdua ke ruang makan meninggalkan Kuin sendirian disana. Mereka tau Kuin paling tidak betah ditinggal sendirian seperti itu.

Benar saja, belum lama mereka duduk di meja makan Kuin sudah ikut duduk disana.

"Laper Kuin?" goda Clara.

"Tauk!"

Kuin yang masih kesal, tidak mempedulikan Clara dan mamanya. Mengambil piring dia mulai mengisinya dengan nasi dan lauk sampai penuh.

Melihat tingkah Kuin ini Clara dan tante saling lirik dan tertawa secara sembunyi-sembunyi.

Akhirnya mereka semua makan diiringi beberapa obrolan mama Kuin dan Clara. Kuin? Tentu saja masih makan dalam diam, kesal kepada kedua orang yang duduk makan bersamanya.

Selesai makan Kuin langsung pergi ke kamar.

"Tante Clara jalanin tugas dulu ya."

"Ok sukses ya. Haha."

Clara masuk ke kamar Kuin. Kuin sedang cemberut disana sambil memainkan hpnya.

"Hehe, princess ngambek nih?"

"Bodo!"

"Hehe.."

Clara mendekatinya dan duduk disebelahnya. Menyenggol-nyenggol lengan Kuin, mengganggunya bermain.

"Ih, apaan sih Clar!"

"Hehe, ya maap sih. Habisnya kamu nyuekin sahabat sejatimu gini."

"Bodo."

"Hehe... Padahal aku mau cerita."

"Tau ga sih Andre tuh ga peka banget! Kesel aku," kata Clara melanjutkan cerita tanpa menunggu respon dari sahabatnya itu.

Kuin melirik Clara. Yah begitulah cewek, sedikit banyak pasti punya hobi bergosip. Apalagi Kuin, bukan punya sedikit hobi, namun bisa dibilang dia memang cukup suka bergosip.

Mission success tante. Hehe, batin Clara.

"Ah padahal kemaren aku ngode-ngode dia udah," lanjutnya lagi.

"Eh gimana-gimana?" Kuin yang sudah terpancing jadi bersemangat.

Clara yang sudah kepalang tanggung, akhirnya menceritakan seluruh kejadian kemarin.

"Hahaha.. masa sih Clar."

"Iya serius."

"Oh jadi kamu suka sama Andre nih ceritanya?" goda Kuin.

Berpikir percuma membohongi sahabatnya itu Clara akhirnya jujur. Karena seperti dirinya yang mengerti Kuin, begitupun sebaliknya.

"Yah, gimana ya. Suka sih tapi ya.."

"Ya udah kalo suka bilang suka, ga usah tapi-tapi lagi," potong Kuin.

"Hehe, kan malu."

"Jih, dasar."

"Hehe.."

Begitulah mereka akhirnya mulai mengobrol seperti biasa sambil menunggu waktu janjian mereka.

***

Si misterius mencoba menghubungi sahabatnya. Tidak ada jawaban.

"Eh, tumben," katanya tenang.

Dia duduk di tempat belajarnya lalu membuka laci. Mengambil sebuah foto dan memperhatikannya baik-baik.

Dalam foto itu menunjukan dua bocah kecil yang sedang bermain bersama.

"Clara, kamu ga berubah ya."

"Aku berharap banget suatu saat kita bisa bersama."

Puas mengenang masa lalu, dirinya mengembalikan foto itu kelaci dan menutupnya.

Hpnya berbunyi, panggilan dari sahabatnya.

"Halo"

"Halo, sorry ya tadi hpku ketinggalan dibawah."

"Haha, gapapa santai aja."

"Kenapa?"

"Ah nggak, aku mau cerita-cerita aja sih."

"Oh.. Okok."

Akhirnya mulailah mereka mengobrol. Cukup lama mengobrol, si misterius memutuskan mengahiri panggilannya setelah mendengar saran- saran dari sahabatnya itu.

"Ok deh, thanks ya."

"Ok, santai aja."

Tuttt

Panggilan selesai. Si misterius merasa lelah. Memutuskan untuk tidur sebentar sambil menunggu sore, dirinya merebahkan tubuhnya ke tempat tidur dan mulai memejamkan mata.

***

Clara dan Kuin sudah selesai bersiap-siap. Mereka pergi kebawah untuk menunggu Robert dan Andre diteras depan.

Sekitar jam setengah lima, Robert dan Andre datang bersamaan. Kuin berdiri dan membukakan gerbang.

"Makasih Kuin," sapa Andre sopan sambil memasukan motornya.

"Sini-sini, nih ada camilan. Abisin dulu si Kuin kenyang udah," canda Clara.

Kuin yang masih agak kesal dengan Clara, mendatangi dan merampas camilannya.

"Loh?" sahut Clara bingung Kuin mengambil camilannya.

"Mau aku simpen buat nanti. Lagian aku mau mampir beli jus di Soehat(Jalan Soekarno Hatta, jalan teramai di malang, banyak stand dan kedai makanan disini)."

"Eh, lo tapi... Aku masih.."

"Udah nanti lagi," jawab Kuin puas akhirnya bisa membalas Clara.

Andre dan Robert sudah cukup lama mengenal mereka. Mereka berdua tahu jika terjadi hal seperti ini, berarti Clara habis membuat Kuin kesal. Mereka tahu sekali tidak bijak membantu Clara saat ini.

"Haha, udah yuk berangkat," ajak Robert.

"Tapi.." Clara masih berusaha memberontak, tidak terima makanannya dipisahkan darinya.

"Yuk Clar," ajak Andre juga.

Melihat dukungan dari kedua cowok itu, Kuin menunjukan senyum penuh kemenangan pada Clara.

Awas aja kamu Kuin, tunggu pembalasanku, batin Clara.

*Ini uda mirip-mirip di sinetron gitu, kaya pas si antagonis punya dendam ke protagonisnya. Cuma bedanya ini demi makanan. Hehe*

Clara memandang tajam kearah camilan yang dibawa Kuin. Saat Kuin sudah tidak terlihat Clara menghembuskan napasnya kesal.

"Huff ya udah deh," katanya memasang ekspresi sedih.

Kedua pria yang sedang melihat sikap Clara ini hanya menggeleng-gelengkan kepala. Tidak paham dengan cara manusia ajaib di depannya ini berpikir, bagaimana dia bisa begitu mencintai hobinya. Makan.

Tak lama kemudian Kuin keluar.

"Yuk!" ajaknya.

"Ok, yuk!" Balas para pria.

"Iya," jawab Clara lemas.

Melihat ekspresi putus asa sahabatnya itu, Kuin tertawa puas.

"Hahaha.."

Tidak tega melihat sahabatnya yang menjadi lemah seperti itu karena camilan, bahkan sudah tidak mampu membalas ejekan dirinya, Kuin akhirnya memutuskan untuk menghiburnya.

"Ay nanti kita mampir McD kayu tangan dulu ya. Aku pingin ice cone."

Mendengar kata McD, Clara kembali bersemangat.

"Yeyyy! Yuk berangkat," kata Clara mendahului mereka semua.

Melihat ini mereka bertiga saling lirik. Seperti dapat membaca pikiran satu sama lain mereka akhirnya tertawa bersama.

"Hahaha..."

Clara tidak mempedulikan mereka dan berjalan menuju motornya.

"Loh? Ngapain Clar?" tanya Andre heran.

"Eh? Berangkat kan."

"Ya ngapain bawa motor sendiri, ribet banyak-banyak motor," jawab Andre.

"Lah terus aku naik apa?"

Kuin yang melihat sahabatnya ini benar-benar kehabisan kata. Baru saja tadi siang dia mengatakan Andre tidak peka, tapi justru dirinya sendiri kini yang bertindak seperti itu.

"Jalan!" jawab Kuin kesal.

"Eh... Kok jahat sih."

Kata orang polos dan bodoh itu dipisahakan oleh sebuag garis tipis. Melihat sahabatnya kini Kuin jadi tahu alasannya.

"Ya ampun, ya bareng Andre lah sapa lagi!"

"Toh si Andre ga bonceng sapa-sapa," jawab Kuin kesal.

"Ga keberatan ka ndre?" tambahnya lagi.

"Nggak lah, malah aku emang mau saranin gitu tadi."

"Oh.. paham-paham sekarang."

"Jadi aku bareng Andre, Kuin bareng Robert. Gitukan?"

"..."

Mereka semua terdiam.

"Ya udah yuk berangkat, keburu malem. haha.." kata Clara lagi.

Mereka hanya bisa menghela nafas, melihat perilaku cewek satu ini. Robert dan Kuin memegang pundak Andre.

"Yang sabar ya," kata keduanya.

"Haha, santai aja."

Mereka mengancungkan jempol tanda salut pada Andre.

Begitulah akhirnya mereka berangkat.

***

Setelah selesai mampir di McD, mereka menuju tempat billiard. Tidak lupa mampir untuk membeli jus.

Ditempat billiard Andre dan Robert langsung memilih meja dan mulai bermain. Sedangkan Clara dan Kuin duduk nyaman di sofa sambil asik melihat kedua cowok itu beradu skill di meja billiard.

Setelah lelah bermain, Andre dan Robert duduk istirahat dulu sambil makan kentang goreng yang sudah dipesan Clara.

"Haha, udah lama ya."

"Iya nih, skillmu tetep bagus ya bert."

"Haha. Tapi tetep aja ga bisa ngalahin kamu."

"Eh iya, kayanya tadi aku liat sefa sama cowoknya di meja depan," kata Kuin.

"Oh ya?" tanya Robert.

Kuin mengangguk.

"Sefa siapa?" Clara memiringkan kepalanya.

"Oh itu temen Kuin sama aku Clar, temen les."

"Samperin dulu yuk ay."

"Ok. Kita nyamperin temen bentar ya," pamit Robert.

"Gapapa kan Clar? Ndre?" tambah Kuin.

"Oh ok. Santai aja," jawab Andre yang diamini oleh anggukan Clara.

Akhirnya mereka berdua pergi. Meninggalkan Andre dan Clara dalam keheningan.

"Clar minta ya?" tanya Andre memecah keheningan.

"Oh, ok ambil aja."

"Makasih."

"Iya sama-sama."

"Ndre, aku mau tanya sesuatu boleh gak?" sambung Clara.

"Ya udah tanya aja. Mau tanya apa emang?"

"Kamu sekarang kok tiba-tiba berubah jadi lebih terbuka gitu."

Andre hanya tertawa menanggapi pertanyaan Clara. Merasa pertanyaannya tak terjawab Clara pun mendengus kesal.

"Oh. Haha.."

"Huhh.. serius ih."

"Haha, ok ok.."

"Alasannya simpel kok."

"Apa?"

"Penantianku selama ini udah selesai."

"Hah?"

"Ya, aku nunggu seseorang yang mau terima aku apa adanya sih."

"Dan ternyata dengan sikapku yang kaya gitu. Ada satu cewek yang bener-bener masih mikirin bahkan belain aku," lanjutnya

"...." Clara terdiam.

"Aku suka kamu Clar."

Next chapter