32 Restoran Asia Timur

"Siapa gadis itu?" Emma tetap bertanya meskipun Neptunus mengatakan kalau dirinya malas untuk membahas hal itu.

"Kau tidak pandai bahasa Indonesia? Aku malas membahasnya," ujar Neptunus.

"Jawab saja."

"Kukira semalam kau paham."

"Aku hanya ingin memastikan."

"Dia pacarku, kenapa rupanya?"

"Kenapa kau berpacaran dengan orang asing?"

"Apa maksudmu?"

"Kupikir setelah dengan Tiana, kau akan berpacaran dengan salah satu mahasiswi di sini."

"Kenapa kau mengatur-atur hidupku?"

"Aku tidak mengatur hidupmu, aku hanya bertanya karena aku tidak mengenalnya."

"Kau menganggap aku perusak hubungan persahabatanmu, kan? Jadi kenapa sekarang kau belum merasa puas setelah aku berpacaran dengan gadis yang tidak kau kenal?"

"Karena dia miskin, aku tahu itu, dari bahasa tubuhnya saja sudah kelihatan."

"Lalu apa dampaknya untukmu?"

Emma lantas terdiam.

"Kau tidak mengharapkanku lagi, kan? Kau mengatakan kalau kau membenciku," kata Neptunus.

"Kalau kau tahu aku membencimu, kenapa kau datang semalam?"

"Kenapa kau mengundangku? Karena aku datang jika diundang." Neptunus kemudian pergi meninggalkan Emma dan Anne.

"Kau masih mengharapkannya setelah semua yang terjadi," ucap Anne setelah Neptunus pergi.

"Diam kau!" Emma lalu pergi.

'Aku masih tidak mengerti, kenapa dia masih menganggap semua orang takut padanya dan berlagak seolah semua orang harus tunduk padanya? Dia mengira dia sangat kaya? Semua orang di sini setara atau bahkan lebih kaya darinya,' batin Anne, tampaknya ia pun mulai jera bersahabat dengan Emma, semua orang mulai menjauhi Emma dan hanya ia yang bertahan.

***

Di dalam mobil Neptunus, Nuansa terbangun karena merasa kepanasan. Neptunus memang kelewatan, sudahlah mengunci gadis tersebut, ia malah mematikan ACnya lagi.

"Hngh." Nuansa mengerang dan mengumpulkan nyawanya.

"HUH? DI MANA AKU?!" ucapnya saat ia sudah sepenuhnya sadar. Nuansa berusaha membuka pintu mobil, namun sudah pasti tidak bisa.

"Di mana Neptunus?!" Gadis itu akhirnya mengoceh sendiri.

"NEPTUNUS!!!" teriaknya, namun kampus tersebut sangat ramai, jadi suara teriakan Nuansa tidak terdengar hingga keluar.

"Sialan! Kenapa dia tidak membangunkanku dan malah mengunciku dari luar?!" gerutu Nuansa, ia lantas mencoba untuk membuka semua pintu, namun tetap tidak bisa.

"Sial! Sial!"

"Siapapun! Tolong aku!" jerit Nuansa, ia mulai panik. Masih tidak ada yang mendengar dan meresponnya.

"Di mana?! Di mana ponselku?!" Gadis itu kemudian berusaha mendapatkan ponselnya.

"Di mana?! Di mana?!" Namun tampaknya ia lupa di mana dirinya meletakkan ponsel pemberian Neptunus itu.

"DI MANA?!"

"ARGH!"

"SIAPAPUN! HEI! KENAPA KALIAN SANGAT BUDEG?! PUNYA TELINGA KOK TIDAK DIGUNAKAN SECARA BAIK?!"

"NEPTUNUS BODOH! NEPTUNUS BODOH!" Nuansa masih belum putus asa, ia melompat-lompat dalam posisi duduk dan membuat mobil itu bergerak agar menarik perhatian orang-orang.

Saat gadis itu menoleh ke kiri, ia terkejut sebab sebuah wajah menempel pada kaca mobil untuk melihat apa yang terjadi di dalam.

"TOLONG!" Langsung saja Nuansa meminta tolong pada pria muda berusia 20-an itu. "Neptunus mengunciku dari dalam," sambungnya. Pria itu lantas memberikan kode yang berarti kata "sebentar", kemudian pergi entah ke mana.

'Kuharap dia kenal dengan Neptunus,' batin Nuansa.

Beberapa menit kemudian, Neptunus datang dengan pria tadi dan membebaskan Nuansa dari dalam mobil yang baunya ia benci itu.

"Huft. Lega," ucap Nuansa saat dirinya berhasil keluar dari dalam mobil.

"Kenapa kau-!" Nuansa sadar bahwa dirinya sepertinya tidak bisa membentak Neptunus di hadapan orang lain, lagi pula ia tidak mengerti bagaimana ia harus bersikap pada Neptunus di hadapan orang lain, jadi gadis itu memutuskan untuk diam saja dan tidak jadi berbicara.

"Kau tidak apa-apa, kan?" tanya Neptunus pada Nuansa.

"Ya, hanya sedikit sesak karena aku menahan napas, aku benar-benar membenci bau pengharum mobilmu," jawab Nuansa.

"Dia gadis yang semalam, kan?" Pria yang memanggilkan Neptunus untuk Nuansa tadi bertanya.

"Ya, dia pacar baruku," jawab Neptunus.

"Wow, kalian kenal di mana? Kenapa aku tidak mengenalnya?"

"Bahas itu nanti saja, kita seharusnya tidak berada di sini sekarang."

"Astaga! Pasti sudah dimulai!"

"Makanya, ayo. Jika kau ingin makan, aku merekomendasikan restoran di ujung jalan sana," ujar Neptunus pada Nuansa.

"Ok," kata Nuansa. Neptunus dan pria tersebut lantas pergi, sementara Nuansa pergi ke restoran yang dimaksud oleh Neptunus.

Setelah berjalan cukup jauh, Nuansa akhirnya sampai di restoran yang dimaksud Neptunus. Ternyata itu adalah restoran khusus untuk makanan ras Asia Timur, tepatnya khusus menyediakan masakan Jepang, Korea dan China.

"Neptunus hobi memakan makanan Jepang, China dan Korea?" gumam Nuansa, tanpa pikir panjang, gadis itu langsung masuk ke dalam restoran dan disambut oleh pelayan yang sangat ramah.

"Selamat siang, kakak," sapa si pelayan.

"Engh, aku masih 21, sepertinya kau lebih tua, jangan panggil aku kakak," ujar Nuansa yang merasa tidak enak hati. Tentu saja pelayan itu bingung karena sapaan 'kakak' umum digunakan orang zaman sekarang agar lebih sopan memanggil orang yang tidak diketahui usianya.

"Tapi-"

"Panggil saja aku Nuansa, nama itu memang agak aneh, tapi tidak aneh jika kau tahu nama lengkapku, memang sengaja panggilannya seperti itu agar beda dari yang lain," sela Nuansa.

"B-baiklah. Nuansa ingin memesan apa?" Pelayan tersebut memberikan daftar menunya pada Nuansa.

Nuansa lalu melihat-lihat menunya. Jujur, semua menunya tidak ada yang diketahui oleh Nuansa kecuali Sushi. Ia jadi ragu untuk memesan karena semua makanan itu sangat asing baginya, namun dirinya tidak mungkin mundur setelah keadaannya menjadi seperti ini.

"Engh, aduh, bagaimana, ya?" gumam Nuansa.

'Dari semua menu ini, yang kuketahui hanya Sushi, dan itu pun hanya namanya saja yang kuketahui. Apa yang harus kupesan? Bagaimana kalau rasanya tidak ada yang sesuai dengan lidahku? Sial, kenapa Neptunus merekomendasikan restoran masakan Asia Timur padaku?' batin Nuansa.

"Engh, kak, Neptunus biasanya memesan apa di sini?" tanya Nuansa.

"Huh?"

"Ah? Tidak, tidak. Ya ampun, kenapa aku bodoh sekali? Tentu saja tidak semua orang tahu dengan Neptunus, memangnya dia orang terkenal? Hahaha."

"Kau ini adiknya Neptunus?" tanya pelayan itu, pertanyaannya tentu saja mengagetkan Nuansa.

"Eh?"

'Sudah kuduga, kami memang tidak terlihat seperti pasangan,' batin Nuansa.

"Kau kenal dengan Neptunus?" Nuansa bertanya balik.

"Iya, Neptunus Bimasakti, kan?" Pelayan itu memastikan.

"Ya, yang berkuliah di sana, aduh kampus apa itu namanya, aku lupa."

"Dia langganan kental restoran ini, sudah bertahun-tahun. Setiap selesai berkuliah, dia selalu makan di sini."

"Benarkah?"

"Ya."

"Makanan apa yang biasanya di pesan olehnya?"

"Takoyaki, tidak pernah ada yang lain sejak pertama kali dia datang ke sini."

"Ah, kalau begitu aku pesan Takoyaki."

'Makanan seperti apa itu?' pikir Nuansa.

"Ok, ok. Kau ini, adiknya, ya?" Pelayan berjenis kelamin perempuan itu memastikan lagi.

"Eh? Hahaha, aku pacarnya," jawab Nuansa.

"Huh?" Pelayan itu terkejut mendengar jawaban Nuansa.

avataravatar
Next chapter