57 PERGI KE KOREA, BAGIAN 12: Pose

Masih di Camellia Hill, Nuansa sedang difoto-foto bak model oleh Neptunus. Namun yang tidak membuatnya tampak seperti model adalah posenya yang dari tadi tidak ada yang benar.

Mulai dari mulut monyong-monyong tidak jelas, lalu pura-pura menghirup wanginya bunga dengan mata tertutup namun dengan gaya yang sangat kaku, kemudian gaya pura-pura candid yang benar-benar kaku, dan terakhir, karena Neptunus sebagai fotografernya terus memprotesnya, Nuansa pun akhirnua jadi kesal sendiri.

"Tidak bisakah kau menggunakan gaya normal dan bagus?!" tanya Neptunus yang mulai lelah memfoto Nuansa dengan tidak ada satu pun hasil yang bagus, ada yang ngeblur karena Nuansa tidak berhenti bergerak dan malah terus bergaya, ada pula yang menunjukkan wajah Nuansa dalam keadaan terjeleknya, alias foto itu diambil pada saat Nuansa tidak mengondisikan mukanya.

"Apa aku terlihat seperti orang yang tidak normal?! Kenapa dari tadi kau protes akan hal itu terus?!" sewot Nuansa.

"Yang benar posenya, aku sudah lelah terus-terusan memfotomu tapi tidak ada satu pun hasil yang bagus!"

"Hih! Mana sini! Coba aku lihat," Nuansa menghampiri pria itu dan mengambil kameranya, ia pun lantas melihat hasil foto-fotonya, dan benar apa yang dikatakan oleh Neptunus, tidak ada satu pun hasil fotonya yang bagus.

"Sudahlah, aku sudah lelah memfotomu kalau begini terus jadinya," ucap Neptunus.

"Eh, eh, satu kali lagi, satu kali lagi saja," pinta Nuansa.

"Tidak, tidak, aku tidak mau, kau berpose entah bagaimana, sia-sia saja aku terus-terusan."

"Kali ini aku serius."

"Kau dari tadi mengatakan kalau kau akan serius, tapi pada kenyataannya kau tidak berhenti membuat pose-pose yang aneh."

"Tidak, tidak, kali ini aku bersungguh-sungguh."

"Malas."

"Neptunus, ayolah, satu kali lagi saja."

"T-i-d-a-k."

"Ck, ayolah."

"Tidak, tidak, waktu kita sudah habis, kita harus datang ke pernikahan anaknya teman Ibuku itu sekarang juga."

"Tapi-"

"Tidak ada bantahan lagi!"

"Akan kuberi kau keripikku sebanyak sepuluh kilo jika kau mau memfotoku lagi satu kali saja."

"Sepuluh kilo?" Neptunus tampak mempertimbangkan tawaran Nuansa tersebut.

"Ya."

"Hmm."

"Tidak ada tawaran lain?"

"Apa? Aku cuma punya singkong di rumahku."

"Hmm. Bagaimana dengan u-"

"Jangan bilang ukuran BH! Aku benar-benar menolaknya jika yang kau minta adalah ukuran BHku!"

Neptunus kemudian terdiam.

"Kau ini suka sekali menyela orang bicara ya, padahal aku tidak akan mengatakan itu tadi."

"Lalu apa?!"

"Rahasia."

"Humph, otak kok kotor."

"Otak siapa yang kotor?"

"Dasar tidak tahu diri."

"Hei!"

"Sudahlah, ayo kita pergi!" ajak Nuansa yang tampaknya kesal pada Neptunus, sampai-sampai ia salah memilih jalan.

"Kau mau ke mana?" tanya Neptunus pada gadis tersebut.

"Otak itu disapu makanya! Sudah jelas tadi aku bilang 'ayo kita pergi dari sini' tapi kau malah bertanya lagi!" sahut Nuansa.

"Aku mengepel otakku setiap hari, ngomong-ngomong, kau salah jalan, mungkin otakmu lah yang perlu disapu atau bahkan dipel."

Nuansa pun tersadar bahwa ia salah memilih jalan dan jadi malu sendiri, ia kemudian pergi ke arah yang benar.

"Hahahaha, sini, paling tidak aku lap dulu otakmu," kata Neptunus.

"Tidak lucu!" ujar Nuansa.

Neptunus lantas mengusap-usap pucuk kepala Nuansa, yang mana itu membuat jantung Nuansa tiba-tiba berdebar sangat kencang.

"Sekarang sepertinya otakmu sudah bersih, terima kasih padaku," ujar Neptunus, ia lalu bertatap muka dengan Nuansa, dan keduanya menjadi salah tingkah lagi.

Wajah keduanya memerah bak kepiting rebus sekarang, dan keduanya sama-sama memalingkan wajah mereka untuk mengurangi perasaan yang tidak bisa dijelaskan ini.

'Kenapa aku merasa nyaman saat dia mengelus kepalaku tadi?' batin Nuansa.

"Neptunus," Nuansa memanggil Neptunus dalam keadaan memalingkan wajah darinya.

"Apa?" sahut Neptunus yang juga masih memalingkan wajahnya dari Nuansa.

"Sepertinya otakku belum bersih."

Mendengar hal itu, sontak saja Neptunus langsung menoleh ke arah Nuansa lagi, namun Nuansa tetap memalingkan wajahnya dari pria tersebut.

Neptunus tampaknya peka dengan apa yang dimaksudkan oleh Nuansa, jadi ia pun menyentuh kepala gadis itu lagi dengan telapak tangannya, dan hanya tinggal perlu mengelusnya.

Bukannya mengelusnya lagi, Neptunus kali ini malah menjambak rambutnya, dan tentu saja hal ini membuat Nuansa berteriak kesakitan, sampai-sampai secara refleks gadis itu mencubit perut Neptunus dan membuat Neptunus berteriak kesakitan juga.

Entah bagaimana caranya, namun kejahilan Neptunus pada Nuansa selalu saja mendapatkan karma, seperti pada saat Neptunus menyorong-nyorongkan kedelai goreng pada Nuansa dan secara tidak sengaja Nuansa menendang rudalnya, dan kali ini Nuansa membalas kejahilan Neptunus secara tidak sengaja lagi, namun cukup untuk membuat pria itu kapok untuk melakukannya lagi, sepertinya.

"Aduh, kau ini jahat sekali, kenapa kau mencubitku? Apa salahku?" ujar Neptunus.

"Hei! Harusnya aku yang bertanya seperti itu! Kenapa kau menjambakku?!" Nuansa mengamuk.

"Kau bilang otakmu kan belum bersih, jadi kujambak rambutmu, siapa tahu kan kotoran-kotoran di otakmu itu juga ikut tertarik, iya, kan?"

"Kau-! Grrrrh!"

Tiba-tiba seorang pria berlari menghampiri mereka, pria ini bukanlah orang asing bagi Neptunus dan Nuansa, dia adalah suami Hana.

"Nuansa! Neptunus!" teriak pria itu.

"Kau?" kata Neptunus.

"Terima kasih," ucapnya begitu ia berhasil menghampiri Neptunus dan Nuansa.

"Kak Hana sudah melahirkan?!" tanya Nuansa.

"Ya, dia dan bayibya dalam keadaan baik-baik saja sekarang dan itu berkat kalian, jadi, terima kasih!"

"Wah, syukurlah!" ujar Nuansa dan Neptunus secara bersamaan.

"Bayinya laki-laki atau perempuan?" tanya Neptunus.

"Perempuan, kami namai dia Venus, mengambil dari nama sebuah Planet, seperti nama orang yang telah menolongnya, Neptunus," jawab suami Hana tersebut.

"Ahahaha, kami turut senang mendengarnya, dan selamat, kalian menjadi orangtua untuk lebih banyak anak sekarang."

"Ya, sekali lagi terima kasih karena telah menolong Hana tadi, kalau kalian tidak tepat waktu menolongnya dan membawanya ke rumah sakit tadi, entah apa yang akan terjadi. Intinya, terima kasih sebesar-besarnya."

"Sama-sama."

"Aku harus kembali lagi ke rumah sakit, jadi, permisi."

"Hati-hati di jalan."

"Sampaikan salamku untuk kak Hana!" seru Nuansa.

"Siap, dan semoga kalian bisa cepat menyusul, ya!" pungkas suami Hana itu, ia lantas pergi kembali ke rumah sakit.

"Dia ingin kita menyusulnya ke rumah sakit? Tapi kita tadi bilang kalau kita tidak punya waktu, kan?" kata Nuansa.

"Menyusul menjadi orangtua maksud dia," ujar Neptunus.

"Benarkah?"

"Ya."

"Aku bahkan belum kepikiran untuk menikah sekarang."

"Kalau nanti?"

"Sama siapa memangnya? Aku belum melirik pria manapun."

"Kau sedang melirikku sekarang."

"Itu beda!"

"Hahaha, baiklah, kau ingin aku ambilkan foto satu kali lagi saja? Gratis tanpa bayaran apapun."

"Sungguh?"

"Cepat, atau tawarannya akan berakhir satu detik lagi."

Nuansa pun kontan saja langsung membuat pose yang sangat bagus, dan kali ini ia terlihat seperti seorang model, Neptunus sampai mematung melihat Nuansa seperti itu, jantungnya berdebar lebih kencang dan semakin kencang.

Ia kembali mengagumi Nuansa untuk yang kesekian kalinya.

"Kau cantik," ucap Neptunus.

"Huh?" kata Nuansa yang mulai merasa pegal dengan posenya.

"Cepatlah, aku mulai merasa pegal," sambung Nuansa.

"Engh, ok, baiklah," segera saja Neptunus memfoto Nuansa dalam pose itu, dan keduanya merasa sangat puas dengan hasilnya, terlebih lagi Neptunus.

"Kau bisa menjadi seorang model jika kau mau, aku yakin kau bakal menjadi seorang supermodel jika kau memilih untuk menjadi model," ujar Neptunus pada Nuansa.

"Hm? Menjadi model? Kurasa aku tidak akan melakukannya, aku sudah nyaman dengan kehidupanku yang sekarang, maksudku, aku tidak ingin menjadi seorang bintang, aku tetap ingin menjadi orang yang sukses, tapi tanpa kilauan cahaya kamera setiap harinya. Lagi pula, aku bukan orang yang cocok untuk menjadi model, wajahku pas-pasan," ucap Nuansa.

"Kau sedang bercanda atau bagaimana? Kau itu-"

"Apa?"

"Engh, tidak, ayo kita pergi ke acara pernikahan itu, ini sudah mulai sore."

"Oh, astaga, ya, kau benar. Ayo, ayo." Nuansa kemudian berjalan duluan keluar dari Camellia Hill.

Hari ini keduanya cukup banyak melalui banyak hal, dan mungkin yang terbesar adalah ketika Neptunus datang dengan tepat waktu, lalu membopong Hana keluar dari Camellia Hill, sementara Nuansa sudah menghubungi Ambulans sebelum Neptunus datang dengan sedikit kendala bahasa yang dialaminya dengan pihak rumah sakit.

Namun meski begitu, mereka berdua berhasil menyelamatkan nyawa Hana dan bayinya, sebab ketika Neptunus berhasil membawa Hana keluar, Ambulansnya sudah tiba dan Hana melahirkan di dalam Ambulans tersebut.

Mereka merasa lega setelah itu semua berlalu, namun disaat yang bersamaan, mereka cukup merasa lelah untuk hari ini, namun sekarang, mereka harus menghilangkan rasa lelah itu, sebab keduanya harus datang ke pernikahan Kim Lion dan Nana Khalila.

avataravatar
Next chapter